Isnin, Julai 23, 2012

Penyusunan Ayat-Ayat Al-Quran



Tertib atau susunan ayat di dalam al-Quran mengikut pendapat para ilmuwan adalah tauqifi iaitu ketentuan daripada Nabi Muhammad berdasarkan wahyu daripada Allah. Sebahagian ilmuwan menyatakan pendapat ini adalah ijmak atau sepakat semua ilmuwan.

Antaranya al-Zarkashi dan Abu Ja`far bin al-Zubair. Abu Ja`far mengatakan: “Tertib ayat-ayat dalam surah-surah berdasarkan tauqifi daripada Rasulullah dan atas perintahnya, tanpa ada perselisihan kaum Muslimin.” Mengikut as-Suyuti, ijmak dan nas atau dalil yang ada menegaskan ayat-ayat al-Quran itu berdasarkan tauqifi daripada Nabi Muhammad.


Jibril menurunkan ayat al-Quran kepada Nabi Muhammad dan menunjukkan kepadanya tempat di mana ayat-ayat itu perlu diletakkan dalam surah ataupun ayat-ayat yang turun sebelumnya. Lalu beliau memerintahkan kepada para penulis wahyu menulisnya di tempat itu.

Beliau mengatakan kepada mereka, “Letakkan ayat-ayat ini pada surah yang dalamnya disebutkan begini dan begini,” ataupun “Letakkan ayat ini di tempat itu.”

Usman bin Abil melaporkan, “Aku sedang duduk di samping Rasulullah, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu kembali semula. Kemudian katanya, ‘Jibril datang kepadaku dan memerintahkan supaya aku meletakkan ayat ini di tempat itu daripada surah ini,“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan serta memberi kepada kaum kerabat…” (Surah al-Nahl ayat 90).

Berpuasa Bukan Alasan Islam itu Lemah

Sudah kedengaran ada yang mengeluh bila tibanya bulan Ramadan kerana ianya adalah kewajipan semua muslim berpuasa di bulan ini. Keimanan yang nipis menjadikan kita merasai bulan puasa adalah satu kelemahan pada diri. Lemah untuk bekerja, lemah untuk melakukan pelbagai aktiviti yang kebiasaanya kita lakukan di bulan yang lain.
Mutu kerja mula menjadi merosot kerana alasan letih berpuasa. Surau di tempat kerja mula dipenuhi bukan untuk solat sahaja, malah sebagai tempat melabuhkan kepala, tidur sejam dua di waktu bekerja. Menjadikan bangsa lain beranggapan puasa menjadikan orang islam lemah dan tidak produktif. Kita patut menghindari perspektif ini di mata bangsa lain yang bukan beragama islam.
Kita perlu menjadikan bulan puasa, bukan sahaja bulan untuk beramal ibadat tetapi juga sebagai bulan untuk kita membuktikan pada penganut agama lain, bulan ini menjadikan kita pekerja yang tetap produktif, bukannya malas. Berpuasa bukan alasan untuk kita menjadikan mutu kerja kita menurun malah lebih baik, setidaknya sama dengan bulan yang lain.
Mari kita mengenang kembali kisah perjuangan tentera islam di bulan Ramadan sebelum ini yang tidak pernah menjadikan alasan berpuasa untuk mereka dianggap lemah, malah bulan inilah yang lebih menaikkan semangat mereka demi membuktikan agama islam dan amal ibadatnya tidak menghalang perjuangan menegakkan islam.
 

Mengapa Al Quran Diturunkan Dalam Bahasa Arab?


Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. Satu hal lagi, nantinya akan timbul pertanyaan jika tidak berbahasa Arab; mengapa Al-Quran turun dengan bahasa lain, padahal para mukhatab awalnya berbahasa Arab? Al-Quran sendiri juga menyatakan dalam Ayat Fushilat, ayat ke-44:” Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?” Oleh karena itu, kondisi alamiah yang telah menuntut Al-Quran turun dengan bahasa Arab.

Hanya saja dengan merujuk kepada sebagian ayat-ayat suci Al-Quran, kita akan mendapati sisi-sisi lain dari turunnya kitab mulia ini dengan bahasa Arab. Berikut sisi-sisi tersebut:

1.   Bahasa Arab merupakan faktor penting dalam rangka diterimanya Al-Quran oleh bangsa Arab saat itu. Allah berfirman:”Dan kalau Al Quran itu kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, Lalu ia (Rasul) membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.” (Syu’ara’, 198-199). 

Dan wajar sekali jika agama Islam ingin tersebar ke seluruh penjuru dunia maka bangsa Arab yang hidup di kawasan tempat Rasul diutus harus menerimanya dan dari para mukmin inilah agama itu tersebar ke seluruh dunia. 

2.  Bahasa daerah (bahasa sendiri) itu lebih berpengaruh dari pada bahasa lain. Allah berfirman:”Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.”(Ibrahim: 4)

3.  Tantangan Al-Quran yang ditujukan kepada para pengingkarnya menuntut risalah ini dituang dalam sebuah bahasa yang dapat dipahami dan dimengerti oleh para mukhatab pertamanya. Allah berfirman:”Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah, 23) 

Atau dalam Surah Yunus disebutkan:”Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuatnya.” Katakanlah: “(Kalau benar yang kalian katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.”(Yunus, 38)

Sumber:  http://eraalquran.wordpress.com