Isnin, Jun 30, 2008

10 Sebab Mengapa Islam Mengharamkan Rokok

1. Rokok menjejaskan akal (mental)
2. Rokok membahayakan kesihatan fizikal
3. Rokok membahayakan keselamatan diri dan orang lain
4. Rokok membahayakan keturunan
5. Rokok mengganggu manusia lain
6. Rokok menimbulkan akhlak buruk
7. Rokok mensia-siakan waktu hidup
8. Rokok bercanggah dengan maruah keislaman
9. Rokok membazirkan harta (wang)
10. Rokok mengandungi dadah

Antara Fatwa merokok itu HARAM ialah:-* Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Hal Ehwan Islam Malaysia kali ke 37 yang bersidang pada 23 Mac 1995 di Kuala Lumpur.

* Fatwa yang termasyur di seluruh dunia iaitu Al-Marhum Mufti Saudi, Syeikh Abdul Aziz bin Baaz

* Fatwa Al-Azhar terdahulu iaitu Syeikh Abdullah Al-Masyd (Ketua Lembaga Fatwa Azhar), Dr. Ahmad ‘Umar Hashim’ (Naib Canselor Al-Azhar) dan lain lain

Misteri Terbelahnya Bulan

Allah SWT berfirman: "Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah (Q.S. Al-Qamar: 1)"

Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut :

Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an.

Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah ?

Maka saya menjawabnya: "Tidak, sebab kehebatan ilmiah dapat diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya.. Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta'alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu".

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah SAW membelah bulan. Kisah itu adalah di masa sebelum hijrah dari Mekah Al-Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan ?" Mereka menjawab: "Coba belahlah bulan ..." Maka Rasulullah SAW pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya. Maka Allah SWT
memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar,

"Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!".

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?". Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!!!".

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap ....." sampai akhir surat Al-Qamar.

"Ini adalah kisah nyata", demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdirilah seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan?" Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab:

"Dipersilahkan dengan senang hati."

Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah........" Maka aku pun bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah-lah Yang Maha Tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian kebenaran..

Maka aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi hangat antara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa. Dan di antara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?" Mereka pun menjawab, "Tidak, ..!!!

Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun. Maka presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, "Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!!" Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab,

"Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali".

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, "Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin !!!!"".

Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah ... (aku pun bergumam), "Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar, dan ... saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam..




Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq

Khamis, Jun 26, 2008

Kaabah Dibina Lima Kali



Dibina oleh malaikat sebelum Nabi Adam as, iaitu daripada permata yaquut merah. Kemudian diangkat ke langit pada banjir besar yang melanda Makkah. Kata-kata ini disokong oleh firman Allah yang bermaksud: "Dan (ingatlah) tatkala Ibrahim meninggikan (membina) dasar Baitullah berserta Ismail (seraya berdoa):
Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui," – surah al-Baqarah, ayat 127.

Sendi itu diangkat menunjukkan bahawa sendi, iaitu asasnya sudah pun ada (dibina), jadi Baitulllah al-haram sudah pun ada sebelum Ibrahim as dan Ibrahim membinanya semula di atas asas itu.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahawa Nabi Adam telah mengerjakan haji sebanyak 40 kali dari India ke Makkah berjalan kaki, kekallah ia tawaf Kaabah itu, begitu juga diikuti oleh anaknya hingga pada hari berlakunya banjir, lalu Allah angkatkan ke langit keempat.

Diriwayatkan bahawa Allah membina di langit sebuah rumah yang dikenali sebagai Baitul Makmur. Dia menyuruh malaikat supaya tawaf sekelilingnya, kemudian Dia menyuruh malaikat di bumi supaya membina sebuah rumah di bumi mengikut ukurannya dan bentuknya, dan mereka hendaklah tawaf sebagaimana ahli langit tawaf Baitul Makmur.

Sebenarnya Nabi Ibrahim tidak tahu di mana ia harus membinanya, lalu Allah memberitahu kepadanya tempatnya
dengan angin yang bertiup. Angin tadi menyapu sekeliling rumah itu, lalu Ibrahim membinanya di tapak asal.

Dalam doa Ibrahim as, ada dalil yang menunjukkan bahawa dia membina binaan itu di atas asas yang terdahulu sebagaimana firman Allah: "Rabbanaa taqabbal minna – surah al-Baqarah, ayat 127. 'Taqabbal minna' bermaksud "terimalah daripada kami (amalan kami)."

Ada perbezaan di antara lafaz 'qabul' dan 'taqabbul' dalam bahasa Arab. Lafaz 'taqabbul' dibina atas takalluf atau susah
payah; digunakan apabila sesuatu perkara yang dibuat itu ada kekurangan yang mana tidak layak diterima amalan itu melainkan melalui jalan kemurahan Allah.

Berbeza dengan lafaz 'qabul'. Lafaz ini tidak ada makna seperti lafaz 'taqabbul'. Seandainya Ibrahim as membina asasnya
sebagaimana binaannya, nescaya kerjanya menjadi lengkap dan sempurna, tiada lagi kekurangan, dan dia tidak berdoa dengan lafaz 'taqabbul', sebaliknya dengan lafaz 'qabul'.

Pemilihan lafaz 'taqabbul' ini sebagai pengiktirafan daripada Ibrahim as sendiri dan juga anaknya Ismail as mengenai
kekurangan dalam pekerjaan itu. Dia tahu bahawa bukan dia atau Ismail yang membina binaan Kaabah itu dari awal, dia hanya mengangkat sendi-sendinya.

Dibina oleh Quraisy sebelum kebangkitan Nabi Muhammad saw dan Rasul sendiri hadir bersama mereka ketika pembinaan berkenaan. Tatkala mereka ingin meletakkan Hajarul Aswad, mereka berbalah-balahan di antara satu sama lain, siapa atau puak mana yang diberikan kemuliaan untuk meletakkan batu berkenaan ke tempat asalnya.

Mereka kemudian bersetuju untuk melantik orang yang mula-mula sekali ke Masjidil Haram. Kebetulan Nabi Muhammad saw adalah orang yang pertama masuk.

Dengan kepintaran Baginda saw, disuruhnya puak yang bertelagah itu menyediakan satu bentangan kain, kemudian meletakkan batu itu di tengah-tengahnya.

Masing-masing ketua setiap suku kaum memegang bucu kain itu dan dibawa ke tempat letaknya, kemudian Nabi Muhammad saw sendiri mengambil Hajarul Aswad dan meletakkan di tempatnya.

Dibina oleh Abdullah bin Az-Zubair ra.

Dibina oleh jemaah haji, iaitu binaan yang kekal sampai ke hari ini.

Selepas Nabi Ibrahim dan anaknya, Ismail, membina Rumah itu, Allah mengarahkannya supaya menyeru manusia datang bersembahyang di situ, lalu Nabi Ibrahim berkata: "Wahai Tuhanku, suaraku tidak sampai (untuk menyeru semua manusia)." Allah berfirman: "Hendaklah kau azan dan Aku menyampaikannya."

Nabi Ibrahim terus naik ke Bukit Safa dan menyeru:
"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa sesungguhnya Tuhanmu telah membina sebuah rumah dan mewajibkan ke atas kamu haji ke Baitul 'Atiq, maka hendaklah kamu menyahut seruan Tuhan kamu itu, dan kerjakanlah haji di Baitullah al-haram
supaya dengannya Dia akan memberikan kamu pahala dan menjauhkan kamu daripada api neraka. Lalu ia berkata: Labbaikallahumma labbaik'. Golongan pertama yang menyahut seruan itu ialah ahli Yaman (penduduk Yaman), merekalah yang paling banyak mengerjakan haji.

Setiap yang mempunyai niat buruk terhadap rumah itu, pasti Allah akan membinasakannya. Lihatlah kepada tentera bergajah Abrahah yang ingin meruntuhkan Kaabah, Allah menghantar ke atas mereka burung ababil yang melontari mereka dengan batu daripada neraka lalu hancurlah mereka seumpama daun yang dimakan ulat.

Sesungguhnya Nabi Ibrahim mengangkat sendi rumah itu bersama Ismail. Adapun sendinya memang sudah pun ada. Faktor alam sekelilinglah yang menutup atau melitupi sendi ini, lalu Allah zahirkan pada Ibrahim ketika awalnya ketika Ismail masih bayi.

Selepas Ismail meningkat usianya sehingga boleh membantu ayahnya, Allah memerintahkan Ibrahim mengangkat sendi-sendi tadi. Sesungguhnya Ibrahim telah mengetahui (dengan petunjuk Allah) tanah wadia atau lembah yang khusus padanya ada Baitullah.

Seandainya ia tidak mengetahui dengan tepat kedudukan Rumah Allah di tanah itu, kenapa pula Nabi Ibrahim datang bersama
Hajar dan anaknya lalu meninggalkan mereka di situ, sambil berdoa sebagaimana dalam firman-Nya: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman dekat Rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati," – surah Ibrahim, ayat 37.

Kata Nabi Ibrahim itu menunjukkan bahawa kewujudan Rumah Allah itu sudah pun diketahui ketika ia hendak menempatkan isteri dan anaknya di situ. Akan tetapi tempat kedudukan Rumah itu tidak diketahui oleh Ibrahim. Ini adalah peringkat pertama bagi hubungan Ibrahim dengan Rumah berkenaan.

Kemudian datang peringkat kedua, iaitu Allah menerangkan kepada Ibrahim kedudukan rumah itu. Firman Allah bermaksud: "Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku." (Surah al-Hajj, ayat 26)

Kemudian Allah berfirman selepas daripada itu:
"Sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang yang tawaf, dan orang yang beribadat dan orang yang ruku' dan sujud," – surat al-Hajj, 26.

Kerja ini tidaklah terlalu rumit bagi Ibrahim melakukannya seorang diri kerana hanya menyapu pasir dan batu kecil yang
menutupi asas binaannya.

Sebab itulah Ismail tidak mengambil peranan menolongnya pada peringkat ini. Lagipun, Baginda masih kecil ketika itu.
Kemudian datang marhalah ketiga yang mana perlu kepada bantuan. Ketika ini Ismail sudah membesar yang mencapai peringkat boleh menolong bapanya.

Pada marhalah ini, Ismail muncul sebagai pembantu Nabi Ibrahim dalam mengangkat sendi binaan. Maka turunlah ayat yang bermaksud:
"Dan (ingatlah) tatkala Ibrahim meninggikan (membina) dasar Baitullah berserta Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui" – surah
al-Baqarah, ayat 127.

Ayat ini menunjukkan penyertaan Ismail dalam doa itu menandakan bahawa Ismail sudah pun dalam usia yang ia tahu ia turut serta dalam beribadat kepada Tuhan yang ia minta perkenan.

Rumah Allah yang pertama dibina di atas muka bumi ini ialah rumah yang disambung binaannya oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail. Allah berfirman bermaksud: "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangunkan untuk (tempat beribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia," – surah Ali Imran, ayat 96.

Selagi rumah itu dijadikan untuk manusia, maka secara automatik yang meletakkannya (yang membinanya) adalah bukan daripada golongan manusia. Sesungguhnya Rumah Allah itu dibangunkan untuk tujuan ibadat kepada Allah.

Allah yang memilih tempatnya dan mengkhabarkan kepada malaikat akan batas-batasnya. Sebab itulah ayat ini datang dengan ayat pasif, tidak disebutkan siapa pembinanya (faa-'il dalam bahasa Arabnya). Pembuatnya tidak disebutkan sebagai lambang pembinanya adalah ghaib, iaitu Allah, yang melaksanakannya juga di alam ghaib, iaitu malaikat.

Apabila kita melihat kepada perkataan 'An-Naas' dalam ayat itu, kita akan dapati bahawa ia mencakupi semua individu manusia, dari Adam hinggalah ke hari kiamat.

Tetapi, mungkin dipersoalkan, kenapakah permulaan itu bermula dari zaman Ibrahim, bukan daripada Adam lagi? Bukankah Adam juga manusia dan termasuk dalam perkataan 'An-Naas' seperti dalam ayat itu.

Sebagaimana yang disebutkan di atas bahawa sesungguhnya Kaabah dibina oleh malaikat sebelum Nabi Adam as. Ibnu Kathir dalam tafsirnya memetik hadis daripada sahih Muslim, daripada Abu Dzar berkata:
"Aku telah bertanya Rasulullah saw mengenai masjid yang pertama sekali dibina di bumi, lalu Baginda menjawab: Masjidil-haram. Aku berkata: Kemudian apa?
Masjidil-Aqsa, kata Baginda. Aku bertanya lagi: Berapa jarak masa antara kedua-duanya? Rasulullah menjawab: 40 tahun, kemudian tanah/bumi ini dijadikan untukmu sebagai masjid, maka di mana saja kamu berada, hendaklah kamu solat."

Mujahid berkata: Saling berbangga-bangga antara orang Islam dan orang Yahudi. Yahudi berkata: Baitulmaqdis lebih agung dan lebih mulia daripada Kaabah kerana ia tempat yang pernah didatangi oleh nabi-nabi dan ia terletak di tempat yang suci.

Orang Islam berkata: Bahkan Kaabah lebih afdhal, lalu turunlah ayat daripada surah Ali Imran ini. Kata Mujahid lagi, Allah telah
mencipta tempat asas rumah itu 2,000 tahun sebelum diciptakan mana-mana makhluk di atas muka bumi ini dan sendinya sudah pun ada di lapisan bawah bumi yang ketujuh.

Ada pun Masjidil Aqsa dibina oleh Nabi Sulaiman as sebagaimana hadis yang dikeluarkan oleh An-Nasaei dengan isnad yang sahih daripada Abdullah bin Amru.

Timbul kemusykilan di sini kerana jarak masa di antara Nabi Ibrahim dan Nabi Sulaiman agak panjang. Ada yang mengatakan lebih daripada 1,000 tahun. Sudah tentu ini ada percanggahan di antara dua hadis tadi.

Bagi menjawab persoalan ini, kita ambil satu riwayat yang mengatakan bahawa Nabi Ibrahim dan Nabi Sulaiman hanya
memperbaharui saja asas yang dibina oleh orang lain sebagaimana ada riwayat yang mengatakan bahawa orang pertama membina Rumah Allah itu ialah Adam.

Maka tidak mustahil ada daripada anaknya yang membina Baitulmaqdis selepas 40 tahun Kaabah dibina. Kemungkinan juga ia dibina oleh malaikat selepas ia membina Kaabah di Makkah dengan izin Allah. Semua itu adalah mungkin, hanya Allah yang lebih mengetahui.

Baitullah terletak di Makkah seperti yang disebut dalam ayat daripada surah Ali Imran bahawa Rumah itu di Bakkah. Bakkah mengikut Al-Qurthubi ialah kawasan letaknya asas Baitullah itu manakala Makkah ialah negeri Makkah seluruhnya.

Jadilah Kaabah sekarang kiblat umat Islam di seluruh dunia. Ia adalah salah satu lambang penyatuan umat Islam seluruh dunia. Bahkan, umat sebelum Nabi Muhammad saw juga berjalan bersama nabi mereka ke arah mentauhidkan Allah yang Esa.

Lihatlah peristiwa Nabi Ibrahim ketika saat akhir Baginda sebelum meninggal dunia. Dipanggil semua anak cucunya (Ismail, Ishak, Yaakub dan lain-lain) dan diberikan wasiat untuk mereka.

Bukannya harta dan wang ringgit tetapi dengan pesanan: "Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam," – surah al-Baqarah, ayat 132.

Begitu juga tatkala Yaakub hendak meninggal dunia, Baginda bertanya kepada anaknya apa yang akan disembah mereka selepas Baginda meninggal dunia. Lalu mereka semua menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, Yaakub, Ishak, (iaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya," – surat al-Baqarah, ayat 133.

Akan tetapi, daripada keturunan inilah juga munculnya Yahuda (anak Yaakub) yang akhirnya namanya diambil sebagai satu
agama, iaitu Yahudi. Dari keturunan ini jugalah lahirnya agama Nasrani yang menyeleweng lagi sesat. Alangkah baiknya andainya mereka semua kembali kepada agama asal nenek moyang mereka sebagaimana pengakuan mereka dulu.

The ABC's of Internet Safety

A. Never reveal your name, address, phone number, city or province/state you live in.
B. Never reveal the name of the school you attend.
C. Stay out of adult chat rooms.
D. Never order anything online without a parent or guardians permission.
E. Never fill out an online form without a parent or guardians permission.
F. Always let a parent or guardian check a website for adult content before going there yourself.
G. Always tell a parent or guardian if you feel you've been approached by a person in a way that makes you feel uncomfortable.
H. Never, ever agree to an in person meeting with someone you've met online without a parent or guardian going with you.
I. Never send your photograph through email.
J. Never open an attachment to an email before your parent or guardian has a chance to check it first.
K. People aren't always who they appear to be. Someone may claim to be your friend when, in reality, they're trying to lure you in to doing something you may later regret.
L. Report anything you feel is suspicious to your parent or guardian. Let them determine if it should be reported to the authorities.
M. Just because you've been told your online friend is the same age as you doesn't make it so. There are adults out there who
will tell you anything to gain your confidence.
N. While online it's always a good idea to use a nickname rather than your real name.
O. Never give your email address to anyone without getting permission from your parent or guardian first.
P. Never agree to go to a chat room where there's no live monitoring by a responsible adult.
Q. Never give your Internet password to anyone except your parent or guardian. Not even your best friend.
R. Never fill out a profile giving your personal information.
S. Never masquerade under the name of a friend or someone you know; that could endanger the welfare of the person to whom
the information actually belongs.
T. Never place your photo or personal information on a web site.
U. If someone asks you for personal information, refuse to give it and let your parent or guardian know immediately.
V. If you accidently stumble on to a questionable web site, let your parent or guardian know so it can be reported to the proper authorities.
W. Follow the guidelines your parent or guardian has set for you. Remember, they've set these guidelines because they care.
X. Encourage your parent or guardian to use blocking software to make surfing the web safer for you.
Y. Trust your instincts. If it feels wrong then it probably is.
Z. Never allow the Internet to dominate your life. Nothing is more important than your 'real life'.

E-book: Beginner's Guide to DarkBASIC Game Programming



Design and play your own games without worrying about the technical
details of programming DirectX. DarkBasic handles the entire game
engine for you! By the end of the book, you will have written complete
2D and 3D games.

Download
Size: 22MB

Makna MAHATHIR

Rabu, Jun 25, 2008

ALLAH: Bukan Bahasa Bible

Isu berkenaan tuntutan pihak Kristian terhadap kerajaan Malaysia untuk membenarkan mereka menggunakan kalimah Allah bagi tujuan penerbitan bahan bercetak mereka masih lagi hangat diperkatakan. (Rujuk The Sun, Ruangan Herald The Catholic Weekly)

Pihak yang menuntut mendakwa bahawa kalimah Allah ialah terjemahan dari bahasa Inggeris yang mengunakan kalimah God di dalam bible Versi English mereka. Sekiranya tuntutan ini dipenuhi kita akan melihat di dalam bible Kristian ayat-ayat berbunyi seperti berikut:-

“Engkau adalah Messias anak Allah yang hidup “ ( Matius 16 : 16 )
“..Kerana ia telah berkata :Aku adalah anak Allah.” ( Matius 27 : 43 )
“ Kasih kurnia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, bapa kita dan dari Tuhan Yesus ( Jesus ) Kristus. (Galatia 1 : 3 )

Serta banyak lagi ayat-ayat lain yang tidak perlu diperincikan di sini. Jelasnya, dalam menangani isu ini, kita perlu merujuk kembali kepada fakta sebenar. Iaitu, apakah bahasa asal penulisan kitab Taurat dan Holy Bible?

Berdasarkan fakta, bahasa asal kitab Taurat adalah bahasa Hebrew manakala bahasa yang digunakan bagi penulisan kitab Holy Bible ialah bahasa Greek. Kalimah tuhan dalam bahasa Hebrew ialah El, Eloh, Elohim dan juga Yahweh. Ini dapat diperhatikan menerusi Perjanjian Baru, di dalam The Gospel of St. Matthew bab 27 : 46 yang menyebut :
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli,Eli, lama sabakhtani?”Ertinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?”

Manakala di dalam bahasa Greek pula perkataan yang membawa maksud tuhan ialah Theos. Orang-orang Rom yang menyembah Tuhan yang disepakati oleh mereka sebagai Tuhan yang sebenar memanggil Tuhan ini sebagai Hotheos. Manakala sekiranya ada di kalangan mereka yang menyembah Tuhan palsu, mereka akan memanggil Tuhan tersebut sebagai
Tontheos.

Perhatikan! Bagi kedua-dua bahasa yang dijadikan penulisan bagi kedua-dua kitab suci ini, tidak terdapat satu pun yang menyebut kalimah Allah Sesetengah sarjana Kristian menyatakan bahawa alasan yang paling kukuh bagi mereka untuk dibenarkan penggunaan kalimah Allah ialah berdasarkan penggunan kalimah Allah di dalam kitab Bible versi Arabic.

Sememangnya diakui kalimah Allah digunapakai di dalam Bible berbahasa Arab. Bible versi bahasa Arab tidak dikenali sebagai Holy Bible tetapi Al-kitab Al-Muqaddas. Begitu juga Bible berbahasa Melayu yang menggunakan nama yang sama? Di dalam terjemahan Bible bahasa Melayu mereka menamakannya sebagai Al-kitab berita baik.*

Perlu dinyatakan bahawa kalimah Allah wujud di dalam Bible bahasa Arab adalah kerana sesetengah Kristian Arab (seperti Syria, Mesir dan lain-lain) yang wujud sebelum kedatangan Islam meyakini konsep Unity (Keesaan Allah). Ia berbeza sama sekali dengan konsep Trinity (tiga dalam satu) sepertimana doktrin kebanyakan Kristian pada hari ini termasuk mereka yang terlibat dengan tuntutan isu kalimah Allah ini.

Maka hujah yang dijadikan sandaran sebagai alasan untuk membenarkan mereka menggunakan kalimah Allah ini adalah tidak masuk akal kerana golongan Kristian Trinity sendiri mengkafirkan golongan Kristian Unity. Terdapat juga sarjana mereka yang menyatakan bahawa kekeliruan tidak akan sekali-kali timbul jika penggunaan kalimah ini dibenarkan kerana kalimah Allah yang hendak digunakan tersebut adalah merujuk kepada penterjemahan dari kalimah God dalam Bible bahasa Inggeris sedangkan
kalimah Tuhan adalah terjemahan dari kalimah Lord.

Pandangan mereka ini juga mengelirukan malah bertentangan dengan apa yang dinyatakan dalam Bible mereka. Persoalannya, apakah perbezaan antara Allah dan Tuhan dalam agama Kristian?

Sekiranya mereka mendakwa bahawa Tuhan adalah merujuk kepada Nabi Isa sedangkan Allah adalah merujuk kepada Tuhan Bapa di dalam syurga maka mereka perlu mengetahui bahawa ayat yang akan dinyatakan di bawah ini membuktikan bahawa kalimah Tuhan dan Allah adalah dua perkataan yang merujuk hanya kepada Allah sahaja! Perhatikan di dalam The Gospel Of St. Mark 12:29 menyebut :

Jawab Jesus : “Hukum yang terutama ialah : Dengarlah wahai Bani Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan Yang Esa”

Saya bertanya kepada orang-orang Kristian, siapakah Tuhan Yang Esa yang dimaksudkan di dalam ayat di atas? Adakah Nabi Isa? Tidak! Lafaz Tuhan yang dimaksudkan di atas adalah merujuk kepada Allah semata-mata. Sekali lagi bertentangan dengan apa yang telah dinyatakan oleh sarjana mereka bahawa kalimah Lord (Tuhan) di dalam Bible adalah merujuk kepada Nabi Isa!

Sekiranya mereka berhujah dengan menyatakan bahawa dalil yang paling jelas menunjukkan kalimah Tuhan adalah merujuk kepada Nabi Isa sedangkan kalimah Allah adalah merujuk kepada Tuhan Bapa, iaitu seperti dinyatakan di dalam The Gospel Of St.Matius 16:22 yang menyebut :

Tetapi Petrus menarik Jesus ke samping dan menegur Dia, katanya :“Tuhan, (Jesus) semoga Allah (Tuhan Bapa) menjauhkan hal itu”.

Maka mereka perlu menyelesaikan dahulu percanggahan di antara kedua ayat yang telah dinyatakan tadi. Sama ada Tuhan itu adalah Nabi Isa sahaja ataupun Tuhan juga adalah Allah! Di samping itu, kita juga tidak lupa untuk menyeru agar mereka memerhatikan kata-kata Jesus sendiri terhadap keesaan Allah. Perhatikan The Gospel Of St.John 20:17 yang menyebut :

Kata Jesus kepadanya: Janganlah engkau memegang aku, sebab aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka bahawa
sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, AllahKu dan Allahmu.”


Dalam The Gospel Of St. Matthew 22:37 :menyebut :

Jawab Jesus kepadanya: “ Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu.

Dalam erti kata lain Nabi Isa bukannya Allah ataupun Tuhan Yang Maha Berkuasa kerana Nabi Isa sendiri menyatakan bahawa Tuhan yang sebenar ialah Allah!

Kesimpulannya, larangan terhadap penggunaan kalimah Allah yang diwartakan menerusi keputusan kabinet yang bersidang pada 16 Mei 1986 adalah amat wajar. Empat perkataan dikhususkan hanya buat umat Islam dan sama sekali tidak dibenarkan penggunaannya oleh Non Muslim iaitu Allah, Solat, Kaabah dan Baitullah. Sesetengah negeri pula contohnya Selangor, telah menambah lagi beberapa perkataan yang dianggap mengelirukan sekiranya digunakan oleh Non Muslim.

Jelaslah di sini kewajaran kerajaan Malaysia melarang penggunaan kalimah Allah digunakan oleh Non Muslim yang bertujuan untuk mengelakkan kekeliruan di kalangan masyarakat apabila terminologi yang tidak tepat digunakan oleh mereka yang mempunyai kepentingan tertentu.

Sumber,
Caw. Aqidah
PP (Ancaman Agama)

Boleh Guna 'ALLAH', Asalkan ...

Penggunaan perkataan ‘Allah’ dalam Alkitab (Bible) dan tulisan-tulisan Kristian di Malaysia memang MENDATANGKAN KEKELIRUAN, bukan sahaja kepada umat Islam, tetapi juga kepada penganut agama Kristian (1) sendiri. Sepatutnya perkataan ‘Allah’ ataupun ‘Tuhan Allah’ digantikan sahaja dengan Tuhan, ataupun Yahweh, ataupun Yehovah, El, Eloah, Elohim ataupun apa saja istilah lain (umat Kristian tentu lebih tahu) yang ada kaitan dengan The Old Testament (Perjanjian Lama) dan The New Testament (Perjanjian Akhir). Apakah agama Kristian kekurangan perkataan hingga terpaksa menggunakan perkataan ‘Allah’ yang lebih sinonim dengan kitab suci Al-Quran (The Last Testament/ Perjanjian Akhir)? Ataupun… ada sesuatu di sebaliknya?

Sepatutnya perkataan ‘Allah’ tidak digunakan oleh penganut agama Kristian untuk menggambarkan Tuhan mereka walau di mana saja. Walau bagaimanapun, tulisan ini lebih menjurus dalam KONTEKS ‘MALAYSIA’.

Perlu kita fahami, Bahasa Melayu Malaysia ada banyak juga perbezaan berbanding Bahasa Melayu Indonesia. Contohnya ‘tewas’ di Malaysia bermaksud ‘kalah’ sedangkan di Indonesia bermaksud ‘mati’. Sebab itu jangan mudah-mudah menyebut ‘pemain badminton Indonesia telah tewas di tangan pemain Malaysia’ kepada saudara-saudara kita dari Indonesia- nanti ‘bisa bikin ribut’. : )

Di Malaysia, ‘Allah’ ialah Tuhan YANG ESA bagi orang-orang Islam (dan Tuhan Yang Esa bagi semua manusia). ‘Allah’ ini langsung tidak sama dengan makhluk. Sebelum mana-mana makhluk wujud, Dia sudah SEDIA ADA. Sebelum tempat, ruang, warna, kecerahan, gelap, bentuk, sempadan, rupa, arah dan lain-lain (yang semuanya makhluk) wujud (diciptakan-Nya), Dia sudah sedia ada. Apa sahaja yang terpengaruh dengan tempat, ruang, warna, kecerahan, gelap, bentuk, sempadan, rupa, arah dan lain-lain adalah makhluk. Apa sahaja yang lebih muda atau ‘datang kemudian’ daripada-Nya- bukan Allah. Begitulah hebatnya Allah, satu-satunya Tuhan sebenar.

Allah tidak dapat dibayangkan oleh makhluk. Apa saja yang tergambar dalam fikiran kita bukan Allah. Jika Tuhan boleh dibayangkan, hilanglah kehebatannya. Allah suci daripada segala kelemahan seperti mengantuk, lapar, dahaga, lupa, tersilap, berehat, tidak tahu, sakit, tua dan sebagainya. Jauh sekali untuk Dia diseksa ataupun mati. Dia SEMPURNA.
Dia tidak dapat diperintah atau diarah-arah kerana Dialah Pemerintah- Raja Segala Raja. Dia tidak dapat diutus kerana Dialah Pengutus. Dialah sahaja yang tahu bila saatnya Kiamat. Siapa sahaja yang tidak tahu tarikh dan saat Kiamat, itu bukan Allah. TIDAK TAHU menunjukkan kelemahan dan sifat makhluk. Mustahil Tuhan ‘tidak tahu’ dan lemah. Siapa saja yang ‘tidak tahu’ dan lemah tidak layak menjadi Tuhan. Allah tidak layak memohon kerana Dialah Tempat Permohonan.

Allah tidak dapat dipecah-pecahkan, dipisah-pisahkan atau dibahagi-bahagikan- Dia Esa (Satu). Sesiapa yang menyembah Tuhan yang boleh dipecah-pecahkan dipisah-pisahkan atau dibahagi-bahagikan, maksudnya orang itu tersembah selain daripada Allah iaitu makhluk. Hal ini kerana Dia sudah ‘sedia ada’ sejak ruang dan pembahagian belum dicipta. Jadi, mustahil Dia boleh dibahagi-bahagikan. Allah sentiasa ada, tidak pernah ‘tidak ada’ ataupun ‘belum ada’. Dia sentiasa muncul, mustahil Dia baru muncul ataupun belum muncul dan kemudiannya menghilang ataupun mati. Zat Diri-Nya tidak pernah berubah atupun bertukar. Apa sahaja yang MENGALAMI PERUBAHAN (umat Islam menyebutnya ‘baharu’), bukan Allah tetapi makhluk.

Inilah sebahagian daripada ciri-ciri ‘Allah’ yang disebut dalam Perjanjian Terakhir- Al Quran. Dan Allah ini memiliki begitu banyak persamaan dengan Tuhan bagi umat Kristian yang berfahaman Unitary (Unitarian). (2)

Apabila penganut agama Kristian tempatan menggunakan perkataan ‘Allah’ untuk ‘Tuhan’ mereka, memang menimbulkan masalah. Hal ini kerana sifat-sifat ‘Allah Kristian’ itu jauh berbeza dengan Allah. Jangan kita diperbodohkan oleh sebahagian golongan Iselam Liberal yang mendakwa Allah sebagai ‘Tuhan Sembahan’ semua agama.

Allah sebagai TUHAN SEBENAR SEMUA MANUSIA memang benar, tetapi mengatakan Allah sebagai TUHAN SEMBAHAN semua agama ternyata jauh menyimpang. Hanya Muslim yang menyembah Allah TUHAN SEMUA MANUSIA itu, yang tertera sifat-sifatnya sebagaimana yang dijelaskan di atas tadi. Sesiapa yang menyembah Tuhan yang memiliki semua sifat-sifat tersebut, maksudnya dia menyembah Allah. Jika Sembahannya itu tidak memiliki sifat-sifat itu, maksudnya dia menyembah SELAIN ALLAH. Jadi, sesiapa yang menyembah SELAIN ALLAH, sepatutnya gunakanlah nama lain bagi ‘Tuhan Sembahan’ mereka itu. Selesai masalah.

Kita sedia maklum, Tuhan Sembahan umat Kristian itu boleh dipecah-pecah dan dibahagi-bahagikan walaupun dikatakan ‘3 oknum dalam satu’. Jesus sebagai Tuhan menunggu wahyu di bumi, Roh Kudus sebagai Tuhan sedang turun ke bumi membawa wahyu manakala Bapa yang juga Tuhan sedang berada di syurga (3). Hal ini memang jelas bertentangan dengan ALLAH kerana Dia tidak dapat dipecah-pecahkan, dipisah-pisahkan atau dibahagi-bahagikan- Dia Esa (Satu).

Tuhan umat Kristian itu memerlukan ‘rehat’ selepas mencipta tetapi Allah tidak pernah berehat. Berehat adalah satu kelemahan. Tuhan Kristian pernah kalah bergusti dengan manusia tetapi Allah tidak pernah kalah. Tuhan sembahan Kristian tidak tahu di mana Adam menyorok tetapi Allah Maha Mengetahui. Sembahan Kristian itu dilahirkan tetapi Allah sudah sedia ada sebelum pembahagian, jasad dan ruang dicipta. Jesus yang Tuhan dan Roh Kudus yang juga Tuhan tidak tahu tarikh Kiamat sedangkan Allah Maha Mengetahui. Tuhan Sembahan itu boleh menyesal (menunjukkan Dia tidak Maha Mengetahui) sedangkan Allah mustahil menyesal kerana Dia Maha Mengetahui.

Lihatlah betapa jauh bezanya antara Allah dengan Tuhan Sembahan penganut agama Kristian. Kita tidak mahu umat Islam dan umat Kristian di negara ini terkeliru lalu menyangka yang mereka sedang MENYEMBAH TUHAN YANG SAMA. Persamaan yang wujud hanyalah Muslim dan Kristian percaya kewujudan Tuhan dan semua orang mesti menyembah Tuhan.

TAPI Islam dan Kristian ada begitu BANYAK PERSAMAAN jika ‘Allah’ yang dimaksudkan oleh Kristian itu ialah BAPA, sebagimana faham para Unitary. Sekiranya HENDAK SANGAT, Alkitab (Bible) dan tulisan-tulisan Kristian di Malaysia boleh saja menggunakan perkataan ‘Allah’ asalkan kena dengan tempatnya. Gantikan saja perkataan ‘Bapa’ dalam Bible dengan ‘Allah’. Jangan nisbahkan ‘Allah’ kepada Jesus ataupun Roh Kudus tetapi untuk Bapa sahaja.

“…biarlah dunia percaya yang Bapa (ALLAH) telah mengutus aku (Jesus).”
(Yohanes 17:21)

“Bapa (ALLAH) yang mengutus aku (Jesus), Dialah yang bersaksi tentang aku, kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat.”
(Yohanes 5:37)

“Namun akan hari (terjadi)nya (kiamat) atau ketikanya itu tidak diketahui oleh seorang jua pun, baik segala malaikat yang di syurga pun tidak, anak (Jesus) itu pun tidak, HANYALAH BAPA (ALLAH) SAHAJA.”
(Markus 13: 32)

“Jika kamu mengasihi aku, kamu akan bersukacita kerana aku pergi kepada Bapa (ALLAH), oleh sebab Bapa (ALLAH) lebih besar daripada aku.”
(Yohanes 14:2 8)

“Setelah berkata demikian, Jesus mengadah ke langit lalu berkata, “Ya Bapa (ALLAH), sekarang tibalah saatnya. Muliakanlah Anak-Mu, supaya Anak pun boleh memuliakan Bapa (Allah)”"
(Yohanes 17:1)

Bagaimana? …

Kalau penganut agama Kristian berasa keberatan, maka kita kembali saja kepada Kitab Suci agama masing-masing. Umat Islam menggunakan nama ‘Allah’ sebagaimana yang tertera dalam Kitab Suci Al-Quran, manakala umat Kristian gunakan nama Tuhan yang ada dalam Bible Ibrani ataupun Aramaic-yang pastinya tidak ditulis sebagai ‘Allah’. Kan selesai dengan aman? Mengapa tidak mahu menggunakan nama Tuhan dalam Kitab Suci sendiri?

31 DISEMBER 2007

* Penganut agama lain yang ingin tahu tentang isi kandungan ajaran Islam boleh ke laman MENGENAL ISLAM di http://mengenalislam.blogspot.com/ . Tentu anda ingin tahu apa kepercayaan umat Islam, perayaan umat Islam, ibadah Haji, hiburan umat Islam, cara beribadah dan lain-lain. Tidak ada ruginya anda menambah pengetahuan.

* Kepada mereka yang berminat untuk mengetahui perbandingan agama Islam dengan agama-agama lain, boleh mengembara ke laman MENGAPA ISLAM di http://mengapaislam.wordpress.com/ .

(1) ‘Kristian’ di Malaysia membawa maksud seluruh cabang agama Kristian manakala di Indonesia, ‘Kristen’ dispesifikasikan sebagai aliran ‘Protestan’ dan penganut agama Kristian aliran Katholik disebut ‘Katholik’.

(2) Umat Kristian berfahaman Unitary percaya Bapa ialah Tuhan sebenar manakala Jesus dan Roh Kudus mempunyai kedudukan yang lebih rendah daripada-Nya. Penganut agama Kristian yang berfahaman Trinity (Trinitarian) pula percaya Bapa, Roh Kudus dan Jesus sebagai Tuhan sebenar- tiga peribadi dalam satu peribadi. FAHAMAN ASAS Unitary memang selaras dengan pandangan agama Islam. Banyak kaum Kristian di Timur Tengah berfahaman Unitary. Oleh itu jika mereka menggunakan perkataan ‘Allah’ untuk Tuhan mereka (Bapa), memang ada relevannya. Namun di Malaysia, majoritinya beraliran Katholik dan selebihnya Protestan, yang kedua-duanya Trinitarian.

(3) “Dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atasnya (Jesus). Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah anak-Ku yang Ku-kasihi, kepadamulah Aku berkenan.”
(Lukas. 3:22)

Allah Bukan nama Tuhan Kristian dan Yahudi

Umat Islam Malaysia menjadi cemas dengan suatu fenomena baru asakan daripada gereja Katholik untuk menggunakan kalimah ‘Allah’ bagi terjemahan kalimah tuhan dalam bahasa melayu. Lebih membimbangkan apabila ada umat Islam tertentu juga menyokong secara wewenang tanpa mengkaji asma’ dan sifat kesempurnaan Allah apatah lagi untuk mengaji terlenih dahulu keautentikan Bible dan autoriti gereja untuk menggunakan kalimah Allah.

Semua jelas bahawa kalimah Allah adalah dalam bahasa Arab. Dalam Islam (ilmu teologi dielektika/ilmu kalam), Allah adalah suatu zat yang Maha agung yang memilki sifat kesempurnaan dan kehebatan yang tidak sama dengan ciptaanNYa. Allah juga adalah tunggal dan tidak beranak apatahlagi memperanakkan. Berlainan dengan tuhan yang dinyatakan dalam Bible di mana tuhan adalah berasaskan triniti dimana terbahagi kepada holy Spirit, Tuhan Bapa dan Jesus sebagai tuhan anak.

Persoalan utama : mengapakah mereka ingin menggunakan kalimah Arab untuk menterjemah kalimah Allah? Jika Tuhan ingin diterjemah sebagai Allah, kenapa Jesus tidak pula mereka ingin terjemah sebagai Isa Ibni Maryam seperti mana yang ditafsirkan dalam Islam? Mengapa juga digunakan kalimah Solomon, Abraham dan david contohnya? Jika ingin menyebut Injil (seperti orang muslim gunakan) mengapa ada pula 4 orang pengarang Injil itu iaitu Matthew, Mark, Luke dan John[1]. Bukankah ‘Injil’ menurut mereka adalah suci dan merupakan wahyu ‘Allah’ mereka? Jadi istilah Injil juga tidak sah digunapakai oleh mereka sebaliknya yang tepat adalah Bible iaitu kitab ciptaan mereka yang dimuatkan juga cerita nabi-nabi bani Israel selepas Musa serta disertakan juga surat-surat manusia yang bernama Paul!!

Ada penganut Kristian yang berhujah, jika mereka berada di negara eropah mereka senang menggunakan kaimah Jesus atau Tuhan, di Malaysia dan tanah Arab mereka senang menggunakan kalimah Allah iaitu kalimah Arab. Soalannya kenapa ??

Islam adalah agama yang kuat memegang umatnya. Dalam Ibadah kita wajib menggunakan bahasa arab dalam solat, bacaan Al Quran dan meriwayatkan Hadis Nabi Muhammad SAW. Keaslian bahasa arab dalam Al Quran jelas dan tuntas serta diyakini perwarisannya. Bagaimana pula Kristian? Bukankah mereka senang untuk menggunakan bahasa Inggeris dalam doa, bacaan ritual di Gereja, menulis Bible dan sebagainya. Soalan saya: adakah Jesus itu orang Inggeris? Jika benar, dimana dia dilahirkan? London atau England?

Taurat[2] hanya ditulis semua kira-kira 200 tahun selepas kewafatan Nabi Musa. Bahasa asalnya adalah Hebrew atau Ibrani kuno. Bahasa Ibrani adalah punca munculnya bahasa Arab. Dimana kini Kitab Taurat berbahasa Ibrani? Yang ada hanya kitab taurat berbahasa Inggeris (digelar old testement) yang di’binding’ sekali dengan tulisan kisah cerita nabi-nabi mereka yang jelas tiada dalam wahyu tuhan.

Manakala Injil pula ditulis semula menjadi Bible kira-kira 100 tahun selepas kewafatan Nabi Isa A.S. Dan ia sepatutnya berbahasa Aramaic (Aram) bukannya English !! Kenapa kini tidak ada penganut Kristian yang tahun berbahasa Aramaic jika benar mereka taat kepada ‘Allah’ mereka? Kenapa perlu English? Hari ini perkataan arab pula ingin mereka borong guna tanpa mengambil sekali maksud yang tersirat disebalik kalimah itu.

Bagi penganut Kristian Arab, memang mereka menggunakan kalimah Allah kerana lidah mereka memang menyebut begitu bagi kalimah Tuhan yang diwarisi nilai ketuhanan itu sejak Nabi Ibrahim. Lantaran itu Kaabah pada era datuk Nabi Muhammad adalah dikatakan dijaga oleh Allah. Mengapa pula penganut Kristian Cina, India dan Inggeris ingin pula menggunakan kalimah Allah? Adakah di negara Cina mereka menggunakan kalimah Kuan Yin untuk Tuhan dan di India kalimah Krishna untuk tuhan di sana? Kenapa tidak pula dilakukan begitu?

Lihat senarai nama tuhan Yahweh (Tuhan Yahudi) dalam Old Testement (dikatakan Kitab Taurat)

1. Elohim

2. El

3. Eloah

4. Elah

5. Yah

6. Adonai

7. Hakadosh

8. Hamoshiah

9. Hago’EL

10. Messiah

11. Ruach Elohim

Dalam New Testement pula (Bible Kristian):

1. Eli

2. Abba

3. Holy spirit

4. Jesus

Ada juga penganut Kristian yang berhujah bahawa Allah dalam kalimah Arab ialah Tuhan Bulan (dewi Bulan). Selain itu mereka mengetahui bahwa kata “Allah” berasal dari bahasa Arab yaitu ”al-ilah”. Perkataan ini telah lama digunakan oleh penduduk Arab kuno sejak 2500 tahun yang lalu. Menurut pandangan mereka pada masa sebelum agama Islam lahir, atau yang dikenal dengan masa jahiliyah, penduduk Arab kuno telah melakukan praktikal paganisme iaitu penyembahan kepada dewa bulan. Tradisi paganisme penyembahan dewa bulan ini berasal dari tanah Mesopotamia.

Kata mereka juga[3] :

“Dewa bulan yang bernama ”Allah”, sering juga disebut dengan ”Hu-Baal”. “Hu-Baal” adalah ”tuan atas Kaabah”. Dan ”Hu-Baal” ditempatkan pada level tertinggi dari 360 dewa di Kaabah. Dengan kata lain “Hu-Baal” adalah “Allah” itu sendiri. Dua nama itu adalah satu figur, yang melambangkan ”dewa bulan”.

Ketika Muhammad lahir, ayahnya adalah seorang abdi dewa bulan. Ayahnya bernama Abd-Allah ibn Abd al-Muttalib. Ibunya bernama Aminah bint Wahab. Dalam nama ayahnya Muhammad, terdapat kata ”Allah”. Padahal saat itu agama Islam belum lahir. Hal ini membuktikan bahwa ayahnya Muhammad adalah seorang penyembah ”Allah”, sang dewa bulan.

Praktek penyembahan kepada ”Allah” yang dilakukan suku Quraish pada masa ”jahiliyah’ ‘ ini adalah berupa berdoa ke arah Mecca beberapa kali dalam sehari, melakukan pilgrim ke Mecca

, melakukan tawaf di Kaabah, mencium The Black Stone di Kaabah, melakukan korban darah kepada ”Allah”, melakukan jumrah.

Ketika Muhammad mendirikan Islam, ia tidak merubah praktek paganisme suku Quraish. Muhammad hanya membungkus praktek polytheisme suku Quraish dan kini dimunculkan Muhammad dalam bentuk monotheisme. Tetapi figur dan tokoh central penyembahannya tetap sama, yaitu kepada ”Allah”, dewa bulan.

Itulah sebabnya hingga kini Islam identik dengan bulan”

Mereka juga berkata kalimah allah itu adalah Lucifer (Syaitan). Mengapa perlu mereka gunakan kalimah allah untuk makna tuhan? Lihat hujah mereka:

“Kemudian saya ingin mengajak para pembaca untuk melihat nama lain dari Satan/Lucifer. Alkitab dalam Yesaya 14:12 menjelaskan dengan detail.
Isa 14:12

KJV “How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! how art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations!”
Berdasarkan Strong Hebrew - Greek Dictionary dijelaskan bahwa kata “Lucifer” diambil dari bahasa Latin, dan dalam bahasa Ibrani adalah “HEYLEL” (read : hay-lale’), yang artinya adalah (in the sense of brightness); the morning star: - lucifer.
Kata “HEYLEL” dalam bahasa Ibrani mempunyai arti yang sama dalam bahasa Arab yaitu “HILAL” (Arabic) . Dijelaskan dalam wikipedia bahwa QUOTE… “HILAL” is an Arabic term, particularly associated with the crescent moon, first developed in pre- Islamic Arab.
Dalam masa modern ini, hilal selalu dihubungkan dengan Monotheistic dari Allah. Penyembahan kepada Allah selalu berhubungan dengan bulan., dan melalui firman Tuhan kita mengetahui bahwa HEYLEL (Hebrew) atau HILAL (Arabic) adalah obyek yang sama. Ia adalah Lucifer atau Satan itu sendiri. Dan melalui firman Tuhan kita juga mengetahui bahwa penyembahan kepada Allah adalah penyembahan kepada dewa bulan dan juga penyembahan kepada Lucifer.

Secara umumnya diketahui, bahawa penganut Yahudi dan Kristian sendiri samar-samar bahasa asal agama mereka. Mereka sendiri langsung tidak faham untuk membaca kitab asal mereka dalam bahasa Ibrani atau Aramaic. Malah langsung tidak mereka jumpai kitab asal itu. Tidak seperti umat Islam. Mereka mampu membaca dalam bahasa Arab walaupun tidak faham berbahasa Arab. Mereka mampu beribadah dengan lancar walaupun bukan berbangsa arab. Tanpa membaca Al Quran dalam bahasa Arab, segala ibadah khusus adalah tidak sah dalam Islam. Lantaran itu orang Melayu Malaysia juga menggunakan kalimah Allah.

Orang melayu sedar bahawa Allah adalah Tuhan Yang Tunggal dan tiada sekutu seperti mana Kristian yang menggunakan konsep Triniti dimana Paul (pengasas Kristian) menceduk daripada trimurthi Hindu serta Triniti tuhan Mesir dan triniti paganisme Rom.

Kesimpulannya, adalah tidak relevan penganut Kristian ingin menggunakan kalimah Allah dalam penulisan mereka lnataran terminologi Allah juga berlainan menurut teologi mereka. Tambahan pula mereka juga memiliki fahaman bahawa makna Allah adalah bermaksud Syaitan yang jelas tidaka akn disembah oleh mereka. Saranan saya, sebelum cuba mempolemikkan kalimah Allah, silalah membuat ‘assigment’ untuk mencari naskhah asal Bible yang dirunkan oleh ‘Allah’ mereka. Itu lebih baik.

Oleh: Muhammad Nuruddin Bin Bashah, Skuad Penyelamat Aqidah (SPAQ)
Sumber: http://skuad.wordpress.comkr

Ashabul Kahfi (Penghuni Gua)

Sudah menjadi adat yang lazim bagi penduduk Upsus merayakan suatu hariraya, dimana mereka sama-sama menghiasi berhala-berhala dan patung-patung, lalu mereka berdiri disekitar patung-patung itu dengan riang gembira, sambil memuja-muja dan menyembahnya, bahkan memberikan korban-korban yang berharga kepada patung-patung dan berhala-berhala itu. Suatu adat kebiasaan yang tidak dapat dirobah dan dilanggar oleh siapa juga.

Tetapi ditengah-tengah golongan penduduk yang ramai itu, ada seorang pemuda termasuk golongan bangsawan dan mulia, tampaknya tidak begitu gembira ditengah-tengah semua orang yang sedang bergembira itu. Dia termenung seorang diri, jiwanya tampak gelisah.
Ketika semua orang sudah sama-sama menyembah kepada berhala-berhala yang dirayakan sebesar-besarnya itu, pemuda itu tampak keengganannya untuk menundukkan kepalanya. Tampak pula keraguan dan kebingungan hatinya untuk turut menyembah dan bersujud kepada batu-batu berhias itu.

Keraguan dan kebingungannya, segera berubah menjadi ketetapan hati untuk menyanggah apa yang dilihatnya itu. Akal dan fikirannya berontak rupanya, sehingga dia terpaksa keluar dari barisan orang ramai dengan diam-diam dan sembunyi-sembunyi,berjalan meninggalkan tempat perayaan besar itu untuk menjauhkan diri. Akhirnya dia berhenti dibawah sebatang pokok kayu, lalu melepaskan kelelahan fikirannya. Mukanya tampak merah padam, menunjukkan jiwanya yang sedang berontak keras.

Perasaan yang demikian itu rupanya tidak timbul dalam jiwa pemuda itu saja. Tidak lama sesudah dia tertunduk dibawah pokok kayu itu, ia disusul oleh seorang pemuda lain yang sebaya dengannya, sama-sama bangsawan kaumnya. Dia pun kerana jiwanya memberontak, tidak sudi lagi memuja dan memuji-muji batu itu. Dua orang pemuda ini segera disusul oleh seorang pemuda lainnya berturut-turut, sehingga mereka sekarang berjumlah tujuh orang.

Ketujuh pemuda ini segera berkenalan, mereka bercakap-cakap mengemukakan pendirian dan fikiran masing-masing. Ternyata kesemuanya mempunyai pendapat yang sama, fikiran yang bulat, sekalipun pada mulanya mereka tidak kenal-mengenal.

Mereka itu sepakat dan berjanji, tidak akan menyembah dan memuja patung-patung itu lagi, sebagai umumnya bangsa mereka sendiri. Lalu mereka menerawang ke alam yang luas, ke langit yang biru, ke matahari yang sedang bersinar, ke gurun yang luas tidak berpinggir itu.

Mereka berkeyakinan bahawa kesemuanya itu tentu ada yang menjadikan dan menguasai, iaitu Allah s.w.t. "Ya, Allah, inilah yang harus kita sembah," kata mereka.
Mereka bersumpah akan menyembah Allah dan akan memegang teguh agama mereka ini. Jiwa mereka mulai tenang kembali dan mereka sepakat pula akan menyembunyikan apa yang terkandung dalam jiwanya masing-masing itu, terhadap bangsanya yang masih sesat dan fanatik, takut kalau-kalau hal itu diketahui rajanya, yang pasti akan memaksa mereka untuk kembali ke agama yang sesat itu. Hal ini tak dapat mereka pertahankan, kerana mereka tidak ramai dan tidak mungkin kuat untuk melawannya.

Demikianlah beberapa waktu lamanya, mereka hidup diantara bangsanya, ke hulu sama ke hulu, ke mudik sama ke mudik, namun dalam jiwanya bertentangan seratus peratus. Tetapi bila pemuda-pemuda itu sedang seorang diri, masing-masing bersembahyang menyembah Allah s.w.t. berdoa dan bermunajat kepadaNya.

Pada suatu malam, ketujuh pemuda ini berkumpul disuatu tempat. Dalam pertemuan itu, salah seorang diantara mereka lalu berkata dengan berbisik: "Saudara-saudara, kelmarin saya mendengar khabar yang amat mengecewakan kita, bila benar orang yang membawa khabar ini, iaitu ada persiapan untuk merusakkan agama kita, serta membahayakan jiwa kita. Saya dengar, bahawa raja sudah mengetahui akan hal kita ini. Bukan main marahnya setelah dia mengetahui. Raja telah memutuskan akan menghukum kita dengan hukuman yang seberat-beratnya, bila kita tidak kembali dari agama kita ini. Saya khuatir sekali kerana menurut khabar itu juga, bahawa tindakan kejam terhadap kita itu akan dijalankan besok pagi dengan memanggil kita semua. Kalau kita benar-benar hadir dihadapan raja, sudah pasti kita akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Marilah kita fikirkan bersama apa yang harus kita jalankan."
Mendengar keterangan ini, lalu berkata pula yang lainnya: "Khabar ini sudah lama pula saya mendengarnya. Mula-mula saya kira hanya khabar bohong saja. Tetapi tanda-tanda semuanya menunjukkan bahawa khabar itu benar-benar adanya. Nyata sudah, bahawa kita tidak akan dapat meninggalkan agama kita, sekalipun apa juga yang akan terjadi. Matahari timbul setiap pagi dan tenggelam setiap petang, menjadi bukti adanya Tuhan yang kita sembah. Segala yang ada ini menjadi bukti kebenaran yang kita sembah."
Sebelum dapat memutuskan apa-apa yang harus mereka lakukan, tiba-tiba mereka sudah didatangi pengawal diraja. Ketujuh pemuda itu digiring mengadap raja, diceraikan dari keluarganya masing-masing. Raja lalu berkata kepada mereka: "Kamu sudah mencuba menyembunyikan apa yang terkandung dalam hatimu masing-masing. Tetapi apa yang kamu sembunyikan itu sudah ku ketahui semuanya, baik yang lahir, mahupun yang batin. Kamu telah melemparkan agama raja dan agama rakyat, lalu menganut agama baru yang tidak ku ketahui bagaimana cara datangnya kepadamu.

"Aku mahu menghukum kalian dengan hukuman yang seberat-beratnya. Tetapi hukuman ini ku tangguhkan, memandang kehormatan keluarga dan kebangsawananmu sekalian.
"Aku memberi tempoh kepadamu sekalian untuk berfikir: Kamu harus kembali ke agama yang lama, iaitu agama raja dan agama rakyat, atau kamu akan dilihat orang ramai untuk digantung, dipenggal lehermu dan dibunuh mati."

Kepada masing-masing pemuda yang tujuh orang itu, diberikan Allah hati yang tetap, keimanan yang teguh; mereka lalu menjawab: "Ya raja, kami menyembah Tuhan kami ini bukan dengan meniru, tetapi sebagai penyelidikan dan pemikiran kami yang sedalam-dalamnya. Adapun orang ramai yang menyembah patung-patung itu adalah semata-mata dengan meniru saja, tidak dengan menjalankan akal dan fikirannya sedikit juga. Kalau kami kembali menyembah agama mereka, bererti kami menipu diri sendiri dan menipu raja pula. Sebab itu kami akan tetap memegang teguh agama kami ini, terserahlah kepadamu untuk menjalankan tindakan apa saja yang engkau kehendaki."
Raja lalu menjawab: "Janganlah kamu menjawab sekarang. Pulanglah dahulu, besok pagi datang lagi menghadap. Pilihlah salah satu di antara dua hal yang sudah ku kemukakan itu. Terserah kepadamulah untuk menentukannya."

Di saat itu juga mereka lalu bermusyawarah di salah suatu tempat yang agak jauh dari kota. Salah seorang lalu berkata: "Raja memang sudah tetap dengan keputusannya, kita pun sudah tetap pula dengan keputusan kita, iaitu dua putusan yang bertentangan. Kalau kita datang lagi esok, bererti kita menyerahkan jiwa kita untuk dicabut. Sebab itu guna mempertahankan agama kita marilah kita menyembunyikan diri dalam gua yang terletak di gunung itu. Sekalipun gua itu sempit dan gelap keadaannya, tetapi iman dapat melapangkan dada dan menenangi fikiran kita. Sebaliknya kita berada di alam yang lapang dan ditenangi oleh matahari, kita tidak merdeka beragama dan menyembah Tuhan kita. Marilah kita berhijrah ke sana dengan agama dan kepercayaan kita. Apa gunanya kita hidup di sini, dimana kita dipaksa beragama yang tidak sama dengan fikiran kita sendiri !"

Ketika itu juga mereka bersiap menyediakan bekalannya masing-masing, lalu berangkat meninggalkan kampung halaman dan keluarga masing-masing, menuju ke gunung yang jauh letaknya, ke gua sempit di tengah hutan. Mereka pergi tanpa senjata dan pengawal. Untung di tengah jalan mereka disusul oleh seekor anjing kepunyaan salah seorang di antara mereka. Anjing inilah yang menjadi penunjuk jalan menuju ke gua yang terpencil itu.

Setelah mereka memasuki gua itu, anjing itu tetap berdiri, di muka gua, berjaga dengan merentangkan kedua kakinya.

Di tepi gua itu mereka temui buah-buahan, lalu dimakannya dan ada pula sedikit air, lalu diminumnya. Setelah itu mereka duduk melepaskan lelahnya, setelah lama berjalan, mendaki dan menurun. Baru saja mereka sama-sama merebahkan dirinya untuk menenangkan perasaan letihnya, tiba-tiba mereka itu semuanya tertidur senyenyak-nyenyaknya.
Malam berganti siang, siang pun berganti malam, tahun berganti tahun dan abad berganti abad, sedang pemuda-pemuda itu tetap tidur dengan nyenyaknya. Mereka tidak mengetahui samasekali akan penggantian malam dengan siang, penggantian tahun, penggantian musim dan penggantian abad. Hujan dan angin taufan pun tidak mereka ketahui, begitu jua guruh dan petir tidak mereka dengar.

Dengan takdir Allah, jalannya matahari agak membelok sedikit, sehingga tepat di pintu gua tempat mereka bersembunyi itu. Dengan keadaan cahaya matahari yang sangat terik itu, mereka terbangun.

Tiga ratus sembilan tahun lamanya mereka tidur. Di kala terbangun itu keadaan mereka sudah jauh berubah. Mereka merasakan lapar yang bukan kepalang hebatnya, tetapi masing masing tidak mengetahui berapa lamanya mereka tertidur itu.
Salah seorang lalu berkata: "Saya menduga lama benar tidur kita ini. Cuba kamu katakan berapa lamakah gerangan?"

Seorang lagi lalu menjawab: "Berdasarkan letihnya badan dan laparnya perut kita, maka saya kira kita sekalian tertidur sehari lamanya."

Berkata pula orang yang ketiga: "Kita mulai tidur di waktu pagi dan itu matahari masih belum terbenam. Kalau begitu kita tidur hanya setengah hari sahaja."

Berkata pula yang keempat: "Apa gunanya kita bertengkar tentang lamanya tidur. Tuhanlah yang lebih mengetahui berapa lamanya kita tidur. Tetapi kerana saya terlalu lapar, sebab tidak makan dahulu sebelum berangkat, maka siapakah di antara kita ini yang mahu pergi ke kota (pasar) untuk membeli makanan? Inilah wangnya; tetapi harus berhati-hati jangan sampai diketahui orang atau raja, bahawa kita berada dalam gua ini, sebab sudah pasti raja dengan kakitangannya sedang mencari kita dimana mana."
Salah seorang dari mereka lalu keluar menuju ke pasar mencari makanan, dengan perasaan khuatir dan takut, akhirnya sampailah dia ke dalam kota Upsus, iaitu negerinya sendiri. Alangkah hairannya ia bahawa negeri itu benar-benar negeri Upsus. Tetapi segala pemandangan yang dilihatnya berubah semuanya. Berubah tanda tandanya, berubah bentuk rumah dan gedung-gedungnya. Banyak pula dilihatnya bekas gedung-gedung yang sudah tua yang sudah runtuh. Tiap-tiap orang lalu lalang diperhatikannya, seorang pun tidak ada yang dikenalinya. Dia berkata dalam hatinya: "Negeri ini seakan-akan negeri kami sendiri tetapi penduduknya bukanlah bangsa kami sendiri, jauh berbeza keadaan mereka ini."

Dia berjalan terpinga pinga, makin bertambah banyak juga tolehnya ke kiri dan ke kanan. Nyata kebimbangan dalam setiap langkahnya, sehingga setiap orang yang melihat kepadanya, dapat mengetahui bahawa dia adalah orang asing yang baru sekali melalui negeri ini. Salah seorang penduduk yang melihat akan keadaannya, lalu bertanya kepadanya: "Apakah engkau orang asing di negeri ini? Dari manakah asalmu dan apa yang sedang menggoda fikiranmu? Siapakah yang sedang kau cari?"

Mendengar pertanyaan itu, dia lalu menjawab: "Saya bukan orang asing. Saya sedang mencari makanan untuk saya beli, di manakah tempat orang menjual makanan?"

Orang itupun lalu membawanya ke tempat orang menjual makanan. Makanan diambilnya dan penghuni gua ini pun mengeluarkan wang yang ada dalam sakunya. Alangkah terkejut sipenjual makanan itu, setelah dilihatnya matawang yang dibayarkan pemuda itu, adalah matawang lama, yang beredar tiga abad yang silam, yang sudah tidak laku lagi di saat itu. Sipenjual makanan itu mengira, bahawa pemuda itu pasti mendapat barang pendaman dan pasti fikirannya bahawa selain matawang yang dilihatnya itu tentu ada banyak lagi harta kekayaan lainnya. Orang ramai yang sama melihat matawang itupun berkerumun melingkari pemuda itu. Mereka ingin tahu di mana pemuda itu menyimpan hartabenda pendaman itu.

Dengan rasa tercengang dan penuh hairan akan maksud mereka, pemuda gua itu lalu berkata: "Saya bukan mendapat barang pendaman sebagai yang kamu sangkakan, wang ini adalah wang yang kudapat dari temanku kelmarin. Dengan wang ini saya berniat untuk membeli makanan. Kenapa kamu merasa terkejut melihat wangku ini? Kenapa kamu menyangka yang bukan-bukan terhadap diriku?"

Pemuda gua itu segera berpaling hendak melarikan diri, kerana takut akan terbuka rahsia teman-temannya yang sedang bersembunyi, menyembunyikan diri dari tangkapan raja negeri itu.

Tetapi orang ramai menghalangnya. Dengan kata-kata yang sopan-santun, mereka ingin mendengarkan cerita selanjutnya.

Dalam percakapan selanjutnya, maka terbuktilah kepada orang ramai itu, bahawa pemuda ini adalah pemuda yang lari dari kepungan raja pada tiga abad yang silam. Mereka mengetahui akan peristiwa itu, dari cerita yang telah masyhur dan diketahui orang ramai. Larinya pemuda-pemuda itu kerana tidak sudi menjual agamanya kepada raja yang ganas, yang memaksa mereka untuk menyembah batu.

Salah seorang di antara mereka itu berkata kepada pemuda itu: "Janganlah engkau khuatir kepada raja ganas yang engkau katakan tadi. Raja itu sudah mati pada tiga abad yang silam. Raja yang memerintah sekarang ini, adalah seorang raja yang mukmin dan baik hati. Raja kami yang sekarang ini orang beriman seperti yang kamu imani. Di manakah teman-temanmu yang lainnya? Bawalah mereka ke mari semuanya "

Barulah pemuda itu insaf akan apa sebenarnya yang sudah terjadi. Dengan ketenangan yang amat jelas serta dengan alasan dan bukti-bukti yang cukup terang, maka terbuktilah bahawa mereka berada dalam gua bukan semalam atau setengah hari, tetapi sudah tiga abad lamanya. Segera pemuda itu minta izin untuk memberitahukan teman-temannya yang masih bersembunyi dalam gua, agar keluar dari persembunyiannya dan menerangkan kepada penduduk negeri itu akan keadaan yang sebenarnya; apalagi mereka sedang menunggu dengan kelaparan dalam gua, serta ingin mengetahui keadaan di luar gua.

Laporan peristiwa ini segera sampai kepada raja yang soleh, yang sedang berkuasa di negeri itu. Raja sendiri tampil turut menyambut pemuda-pemuda beriwayat itu dari dalam gua tempat persembunyian mereka. Raja pun ingin mengetahui akan riwayat dan wajah mereka, selama ini mereka senantiasa menjadi bualan orang ramai saja.

Setelah mereka keluar dari gua itu, mereka disambut raja dan penduduk negeri. Raja membawa mereka ke dalam istana dan diberinya tempat di istana yang indah itu. Para pemuda tadi lalu berkata kepada raja: "Kami ini sudah tidak mengharap hidup yang lebih panjang lagi, kerana kami sudah melewati beberapa keturunan dan kesemuanya telah meninggal dunia, bahkan negeri dan gedung-gedung besar yang dahulu pun sudah runtuh semuanya; yang kami lihat sekarang ini adalah serba baru. Kami pun sudah puas melihat raja dan penduduk yang hidup di negeri ini sudah sama-sama beriman kepada Allah."

Para pemuda itu lalu bersujud dan berdoa ke hadhrat Allah agar menurunkan rahmatNya dan agar Allah mengizinkan mereka pulang ke rahmatullah. Tidak lama kemudian sesudah mengucapkan doa itu mereka lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir, dengan tenang dan tenteram.

Keadaan dan kejadian itu, menjadi dasar yang kuat sekali bagi mereka untuk tetap iman dan tunduk kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Mereka makin percaya bahawa janji Allah itu benar semuanya, serta Hari Qiamat dan akhirat itupun benar semuanya. Sepeninggalan mereka, orang lalu bentengkar cara bagaimana pemuda-pemuda suci itu dapat diperingati. Ada yang mengusulkan agar di atas kubur mereka itu didirikan sebuah tugu besar, rumah dan gedung yang dapat menunjukkan kebesaran mereka itu. Tetapi ada juga satu golongan dari orang-orang yang cinta terhadap pemuda-pemuda itu berkata, agar jangan tugu yang didirikan tetapi dirikanlah masjid di atas gua mereka itu, supaya dari dalam masjid itu dapat orang sama sama menyembah dan membesarkan nama Allah dan selalu insaf akan kebesaran Allah. Sebab apa ertinya sesuatu peringatan dan penghormatan, bila peringatan dan penghormatan itu tidak dapat membawa orang kepada menghormati dan membesarkan Allah, Tuhan yang Maha Terhormat dan Maha Kuasa.

Adakah kita yang dilahirkan Islam dapat berhujah sebegini?

Aku dilahirkan sebagai seorang Yahudi Rusia . Perjuangan ku bermula semasa aku berumur 19 tahun. , Keyakinanku terhadap tuhan kerap berbolak-balik . cita-citaku dalam hidup ini mulanya adalah nak menjadi seorang bintang rock. Aku tinggal di US dan bekerja sebagai secretary..... sungguh melucukan..

Suatu malam aku berjalan ke dapur, tiba-tiba ternampak satu lembaga hitam rupanya kawan serumahku. Aku masih ingat bertanya dia " Boleh tak aku simpan vodka ini dalam peti ais ?. Lepas tu kami bersalaman dan kembali ke bilik tidur. Selepas itu , kehidupan aku berubah secara tiba-tiba.

Kawan aku ini adalah seorang muslim. Dia adalah oran Islam yang pertama aku kenali. Oleh sebab terlampau kuat semangat ingin tahu aku pun bertanya kepada dia tentang Islam..... Aku Tanya dia pasal sembahyang 5 waktu, perang jihad , siapa Muhammad?.

Perbualan kami turut disertai bersama dengan seorang kawan Kristian kami bernama Wade. Jadi kami pun membentuk dialog antara agama Islam, Yahudi dan Kristian. Dalam sesi tersebut kami telah menemui banyak perbezaan dan persamaan.

Tanpa kusedari minatku telah bertukar daripada sex, dadah dan berpesta kepada pencarian mendalam kepada agama. Satu pencarian yang aku perlu lengkapkan.. Pencarian kepada tuhan.dan pencarian bagaimana untuk mengikuti perintah tuhan.

Dalam kesungguhanku mencari kebenaran, aku bertanya kepada diriku' OK kita mula cara mudah, ada berapa tuhan sebenarnya ? Aku yakin ada satu je..sebab kalau banyak tuhan akan jadi lemah sebab pasti berlaku perselisihan dan pergaduhan... Satu tuhan adalah keyakinanku.dan pilihanku.

Suatu ketika dulu aku buka mindaku kepada kemungkinan wujudnya tuhan. Aku analisa pandangan orang yang percaya dan tak percaya.. Yang membuat kan aku menyebelahi orang yang percaya adalah ungkapan ' setiap rekaan mesti ada perekanya" Dengan keyakinan sedemikian dalam diriku akhirnya aku sedar dengan yakin bahwa tuhan itu wujud. Aku masa tu masih tak dapat menjelaskannya tetapi jauh dalam lubuk hatiku aku percaya.

Ketakjuban yang baru aku jumpa ni diikuti dengan rasa tanggungjawab terhadap Penciptaku.... Dunia beragama kemudian menjadi tumpuanku.

Lepas tu aku bertanya pada diriku ' Mana aku akan mula? Secara lisan ada ribuan jenis kepercayaan. Aku perlu juruskan kepada hanya beberapa kepercayaan sahaja. Macam mana aku nak selesaikan masalah ini? Mula-mula cari yang percaya pada satu tuhan sahaja. Ini aku masukkan dalam kepala otakku .Tentu sekali ini logik sebab aku hanya percaya pada satu tuhan sahaja."

Ok, lepas tu .."ini maknanya kita tolak Ugama Hindu dan Buddha sebab keduanya percaya pada banyak tuhan. Jadai tinggal 3 saja ugama yang ada satu tuhan iaitu Islam , Yahudi dan Kristian.... Jadi oleh sebab aku ni Yahudi aku mula dengan Judaism ( Ugama Yahudi ) terdapat satu tuhan ,beberapa Rasul, 10 'commandments", Taurat, jiwa Yahudi...apa..apa jiwa Yahudi?

Masa aku buat kajian perkara ini menghantui fikiranku. Ceritanya " Jika seseorang tu dilahirkan sebagai Yahudi dia ada jiwa Yahudi dan mereka mesti menganut Judaism ( ugama Yahudi )...' tunggu jap..kalau macam tu ni dah jadi diskriminasi kan? Sedangkan ugama itu patut universal (menyeluruh).

Jadi tuhan juga buat jiwa Yahudi, jiwa Krstian dan jiwa Muslim dan jiwa Hindu? Aku ingat semua manusia diciptakan sama sebagai manusia? Jadi kalau seseorang itu dilahirkan dalam sesuatu agama dengan ketentuan tuhan , maka dia mesti berada dalam agama tersebut walaupun akhirnya seseorang tu mendapati agamanya sesat?...hmmm aku tak percaya ..camtu zalim tuhan..ini mustahil..

Satu hal lagi yang peliknya dalam Judaism tak ada konsep neraka...yang ada syurga je...kalau macamtu kenapa nak buat baikkan? Kenapa hidup ni tak buat dosa je ? kan elok ? Kalau aku takde rasa takut dengan pembalasan atas kejahatan yang aku lakukan kenapa aku perlu berlaku baik dalam hidup?

Kita teruskan..Aku dapati Christianity ( agama Kristian) ok ada satu tuhan, seorang anak, seorang bapa dan roh suci...macam mana nak kata semua ni satu tuhan 1+1+1 =3 bukan satu? Jadi macam mana yang dikatakan percaya satu tuhan ?

Penjelasan lepas penjelasan, persamaan lepas persamaan dan perbandingan lepas perbandingan , analogi lepas analogi .. aku tak dapat terima konsep ini...Ok kita tengok isu lain pula...

Jesus mati disebabkan dosa kita dan dia lakukan sedemikian sebab kita telah dipenuhi dengan 'dosa asli'. Jadi Jesus Christ anak tuhan perlu dikorbankan untuk menyelamatkan semua orang daripada neraka dan menyembuhkan kita daripada dosa yang diberikan kepada kita oleh Adam..

Ok kalau begitu maknaya kamu mengatakan bahwa kita dilahirkan sebagai orang yang telah sedia berdosa. ? Dan untuk jadi orang yang berdosa seseorang itu perlu melakukan satu dosa baru boleh jadi begitukan ? Jadi kamu beritahu aku yang bayi yang baru lahir telah melakukan kesalahan berdosa ? Yang ni pelik..takkan sebab kesalahan satu orang semua manusia kena pikul dosanya ? Apakah maksud pegangan sebegini? Seksa semua orang walaupun satu orang melakukan kesalahan ? Kenapa tuhan buat undang-undang macam tu ? Tuhan tak zalim..mustahil...tak logik... aku tak percaya.

Jadi Jesus Christ mati kerana beliau ' mengasihi manusia' .. Nanti dulu dalam Bible disebut Jesus berkata " Bapa , kenapa aku dibuat begini? " Bermakna Jesus tak faham kenapa dia dibunuh secra kejam .. Tetapi kamu kata dia secara sukarela dikorbankan.... Walau apapun aku tetap tak dapat terima kepercayaan begini . Ok agama selanjutnya adalah Islam

Islam bermaksud penyerahan diri. Kepercayaan umumnya adalah satu tuhan, solat 5 waktu sehari semalam, infaqkan 2.5% zakat tahunan kepada fakir miskin, berpuasa bulan Ramadan..dan mengerjakan Haji sekali seumur hidup jika mampu. Ok tak ada yang sukar untuk difahami.

Tak ada yang bercanggah dengan logikku. Al-Quran adalah kitab mukjizat. Banyak bukti saintifik telah diperolehi daripadanya sejak 1400 tahu yang lalu.

Ok.Islam telah melepasi tapisan awalku tentang keagamaan.. Tetapi aku ingin bertanya beberapa soalan yang mendalam tentangnya.. Adakah Islam itu menyeluruh? Ya..semua orang boleh faham kepercayaan yang asas ini. Tiada analogi atau persamaan yang diperlukan..Adakah ianya selaras dengan Sains? Sudah tentu.. terdapat berdozen ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang Sains moden dan teknlogi.

Semakin aku membuat kajianku keatas ratusan fakta logik yang aku baca dan buat kajian, satu perkara lagi mengetuk fikiranku...yang paling utama sekali Islam..nama agama . Aku dapati ianya disebutkan banyak kali didalam Al-Quran.

Walau bagaimanapun , mengingat semula kajianku yang lepas. Aku tak ingat pun melihat satu perkataan Judaism didalam 'Old Testament" atau Christianity didalam 'New Testament" . Perkara ini amat besar dan mustahak. Kenapakah kita tak jumpa nama agama masing-masing dalam kitab berkenaan? Sebab... memang tidak ada nama agama dalam kitab tersebut ..Saya pun berfikir..Judaism datang daripada perkataan "Juda" dan "ism"
sementara Christinity daripada perkataan "Christ" dan " ianity"...

Jadi siapakah Juda ini? Dia adalah ketua kabilah Hebrew ketika tuhan menurunkan wahyu kepada manusia. Jadi agama ini dinamakan daripada nama seseorang..Ok..kita tengok pula siapakah Jesus Christ ..Dia adalah orang yang menyampaikan risalah tuhan kepada golongan Yahudi. Jadi, kesimpulannya agama ini dinamakan dengan nama manusia.

Bercanggah dengan fakta, agama Judaism dan Christinity tidak ada disebutkan dalam kitab suci mereka..Bagi aku ini sangat pelik..aku tak boleh terima.

Kalaulah aku jual barang dari rumah ke rumah dan aku cakap pada tuan rumah" Tuan nak beli barangan (tiada nama ) ? Tentu sekali jawapan logik adalah '"Apakah barangan (tiada nama ) ini dipanggil ?..Pasti saya takkan dapat menjual walau satu produk pun yang tiadak ada nama bukan ?

Menamakan sesuatu adalah perkara asas manusia menentukan objek baik secara fizikal atau bukan fizikal. Kalau agama yang hendak dianuti dan sebar kepada manusia diatas mukabumi, tentu sekali ianya mesti ada nama.

Sudah tentu sekali nama agama adalah nama yang diberikan oleh tuhan yang maha Esa? Aku yakin macam tu...tepat sekali..Nama Judaism dan Christianity tidak ditulis dalam kitab suci mereka , manusia yang ciptakannya bukan tuhan. Kenyataan yang tuhan menurunkan agama untuk manusia ikuti tanpa nama adalah mustahil pada pendapat aku.....Tak masuk akal.

Pada hujah ini, Judaism dan Christianity dah hilang kredibiliti sebagai asli, logik dan menyeluruh sebagai sebuah agama daripada pandanganku.

Islam adalah hanya satu agama yang ada nama agamanya tercatat dalam kitab suci,,,, ini sangat penting dan bermakna bagiku.

Aku kini menyedari aku wajib mengikuti Islam....... kemudian aku mengucap syahadah... aku bersyukur diketemukan dengan kebenaran. Dulu aku dalam kegelapan ..kini aku dalam cahaya kebenaran. Allahu Akbar.

Oleh Michael David Shapiro

Hukuman Sebat

ALAT SEBAT

Alat sebat tidaklah dalam satu jenis dan satu bentuk sahaja sebat bolehlah dijalankan dengan menggunakan rotan atau pelepah tamar atau ranting kayu ataupun hujung kain bahawa untuk menyebat peminum arak maka sudah cukup dan tercapai maksudnya dengan menggunakan hujung kain atau pelepah tamar.

Sekiranya digunakan rotan dan sebagainya maka itu hendaklah sederhana ukurannya jangan terlalu muda atau terlalu tua dan tidak yang berbuku-buku atau pecah-pecah atau seumpamanya supaya tidak boleh mencederakan atau menyebabkan luka parah ke atas pesalah. Ini kerana tujuan yang sebenar hukuman sebat bukan hendak membinasakan pesalah tetapi bertujuan mencegah dan melarang serta memberi pengajaran kepadanya.

Maksudnya : Diriwayatkan oleh Malik dari Zaid bin Aslam katanya, seorang lelaki telah mengaku berzina di zaman Rasulullah SAW maka Rasulullah meminta sebatang tongkat untuk disebat lelaki itu, apabila tongkat yang dikehendaki dikemukakan kepada baginda Rasulullah SAW. didapati tongkat itu pecah-pecah, lalu baginda minta tongkat yang lain, apabila tongkat yang kedua dibawa kepadanya didapati pula tongkat itu daripada dahan kayu yang baru dipotong, Rasulullah SAW menolaknya lagi dan meminta tongkat yang sangat sederhana yang tidak keras, Rasulullah SAW menerimanya dan memerintahkan supaya disebat dengannya.

CARA MELAKSANAKAN SEBAT

Ketika melaksanakan hukuman sebat hendaklah dengan cara sebatan yang sederhana. Orang yang menyebat tidak boleh mengangkat tangannya sehingga ke paras kepalanya atau dengan lain perkatan ia tidak boleh mengangkat tinggi tangannya sehingga nampak putih ketiaknya dan disebat berturut-turut supaya sampai kepada matlamat dan tujuannya.

ANGGOTA-ANGGOTA YANG BOLEH DIPUKUL

Pukulan hendaklah diatur supaya kena merata-merata anggota tubuh badan pesalah itu kecuali muka, kepala dan dada ditegah sama sekali memukulnya dan tidaklah boleh disebat hanya setempat sahaja.

KEADAAN PESALAH

Ketika menjalani hukuman, pesalah lelaki dikehendaki berdiri manakala pesalah perempuan dalam keadaan duduk dan tidak boleh dilucutkan pakaian biasa mereka yang menutup aurat seperti baju, seluar, kain sarung dan sebagainya. Dikecualikan pakaian-pakain yang tebal atau beralas yang boleh menghalang dari rasa sakit yang menjadi matlamat utama dan terpenting dalam hukuman sebat dan jika mereka berpakaian demikian "tebal" hendaklah diganti dengan pakaian yang nipis "sederhana".

PESALAH MENGANDUNG

Dan jika pesalah mengandung hendaklah ditunggu sehingga melahirkan anak sama ada anak kandungan itu dari perbuatan zina atau tidak dan sembuh dari sakit beranak serta suci dari darah nifas dan tenaganya sudah pulih. Ini berdasarkan kepada hadis berikut :

Maksudnya : Dari Sayyidina Ali RA bahawa beliau berkata : Bahawa seorang Amah "Hamba" Rasulullah SAW telah berzina maka Rasulullah SAW telah mengarahkan kepadaku supaya aku jalankan hukuman sebat ke atasnya sedangkan ianya masih baru melahirkan anak, maka aku bimbang jika aku jalankan sebat ke atasnya akan membunuhnya, lalu aku beritahu keadaan itu kepada Rasulullah SAW , maka sabda Rasulullah "Biarlah dahulu dia sehingga sembuh dari sakit beranaknya kemudian boleh sesudah itu kamu jalankan hukuman ke atasnya".

PESALAH SAKIT

Jika didapati pesalah dalam keadaan sakit dan penyakitnya ada harapan untuk sembuh maka hendaklah ditunggu sehingga dia betul-betul sembuh kerana jika dijalankan juga semasa pesalah itu sedang sakit akan bertambah berat penyakitnya dan mungkin boleh membinasakannya. Sebaliknya jika penyakitnya tidak ada harapan langsung untuk sembuh bolehlah dijalankan hukuman sebat serta-merta tanpa menunggu dan membuang masa lagi tetapi dengan satu syarat, bahawa rotan yang digunakan tidak akan membinasakannya. Oleh itu hendaklah menggunakan ranting kayu atau rotan yang kecil atau pun pelepah tamar yang kecil dan jika ukuran ini juga dibimbang akan membawa maut kepadanya maka bolehlah dikumpulkan seratus ranting kayu atau seumpamanya dan diikat dalam satu ikatan dan disebat dengannya satu kali. Cara begini pernah disuruh oleh Rasulullah SAW supaya dilakukan ke atas seseorang lelaki yang berzina yang sakit berat tidak mempunyai harapan untuk sembuh.


Maksudnya : Diriwayatkan bahawa Rasulullah SAW. pernah menyuruh supaya dijalankan hukuman sebat ke atas seorang lelaki yang sedang sakit merana dengan satu pukulan dengan seratus mayang tamar yang diikat "seikat" kerana lelaki itu telah melakukan perbuatan zina.

Ini kerana pesalah yang sakit merana tidak mempunyai harapan untuk sembuh sama ada dibiarkan tanpa dijalankan hukuman sebat kerana penyakitnya atau dilaksanakan sepenuhnya, maka sudah pasti jika dilaksanakan sepenuhnya akan membawa maut kepadanya dan di dalam keadaan begini diambil jalan, tengah iaitu disebat satu kali dengan seratus mayang tamar seumpamanya yang diikat dengan satu ikatan sahaja

Firman Allah :Maksudnya : Dan ambillah dengan tanganmu seikat jerami kemudian pukulah dengannya dan janganlah engkau menyalahi sumpahmu itu. (Surah Sod : 44)
Dengan cara yang demikian adalah lebih baik dari biarkan tanpa menjalani hukuman atau dibunuh pesalah yang sakit yang tidak sampai kepada hukuman yang wajib dibunuh.

Selasa, Jun 24, 2008

Islam Liberalisme dan Islam Pluralisme

Baru-baru ini telah timbul isu di negara kita yang hangat diperkatakan dan dibincangkan oleh para ulama dan ahli cendikiwan yang peka mengenai fahaman Islam Liberalisme dan Islam Pluralisme. Secara literalnya apabila kita merujuk kepada kamus dewan Liberal bermaksud bersifat atau berpandangan bebas, berpandangan terbuka (tidak terkongkong kepada suatu aliran pemikiran sahaja. Manakala Pluralisme pula bermaksud keadaan masyarakat yang terdiri daripada beberapa kaum, kebudayaan dan kepercayaan agama.Apabila liberal ditafsirkan secara konseptualnya ia bermaksud memahami nas-nas agama iaitu Al-Quran dan As-Sunnah dengan menggunakan akal fikiran yang bebas dan hanya menggunakan doktrin–doktrin agama yang bersesuaian dengan akal fikiran semata-semata. Manakala pluralisme pula adalah semua agama adalah sama kerana setiap kebenaran ada hubung kaitnya. Oleh sebab itu setiap penganut agama tidak boleh mengatakan bahawa hanya agamanya sahaja yang benar agama yang lain salah. Fahaman ini juga mengatakan semua penganut agama yang berlainan akan hidup di syurga bersama-sama. Inilah yang menjadi pokok perbincanagan para ulama dan keresahan terhadap tafsiran yang begiu menyongsang ini.

Isu yang dibincangkan oleh para ulama mengenai fahaman agama islam liberalisme dan pluralisme ini telah membangkitkan perasaan yang resah dan tidak senang kepada umat islam malah juga kepada bukan islam. Banyak faktor yang menyebabkan umat islam tidak boleh menerima dua fahaman yang begitu janggal dari sudut kefahaman islam yang sebenar ini. Ini kerana dua fahaman yang dibawa ini adalah sesuatu yang begitu bercanggah dengan iqtiqad dan pegangan kita selama ini. Kita tidak boleh membiarkan masyarakat terpengaruh dengan dakyah-dakyah songsang ini. Ini kerana sejarah penyebaran ajaran sesat dinegara ini sudah mampu untuk membuktikan bahawa umat islam dinegara ini begitu mudah untuk menerima dan berpegang teguh dengan fahaman songsang.

Mengikut sejarah pada asalnya ajaran-ajaran ini berkembang sejak sepuluh tahun yang lalu. Ianya berasal dari asia barat bermula dari negara mesir dan sudan. Akibat fahaman dan penyebaran ajaran yang begitu aktif dan sistematik maka akhirnya fahaman ini telah tersebar jauh hingga ke benua Eropah, Indonesia dan akhirnya tiba di Malaysia. Indonesia yang mempunyai umat Islam terbesar di dunia telah menerima fahaman islam libral ini sehingga tertubuhnya organisasi Jaringan Islam Libral (JIL). Liberisme itu sendiri mempunyai pelbagai-bagai cabang. Antaranya ialah marxisme, materelisme, sekularisme, humanisme dan juga nasionalisme. Kesemua fahaman ini bersifat keduniaan semata-mata. Namun di Malaysia konsep fahaman libral ini ditolak seratus peratus. Menurut Ustaz Azhar Ibrahim Rasyidi Pensyarah Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) konsep Islam Plural dilihat dalam konteks yang berbeza iaitu kebebasan dari segi mempraktikan agama kerana islam menerima kewujudan agama lain bukannya mengatakan semua agama adalah sama seperti yang diwar-warkan oleh mereka yang berfahaman pluralisme.

Sebagaimana yang kita maklum fahaman Islam liberalisma dan Pluralisme ini tidak boleh dipraktikkan atas sebab-sebab yang tertentu. Contohnya di Negara kita sendiri faktor utama yang menjadi pemangkin kepada penolakan fahaman ini adalah kerana pegagan kita adalah berteraskan kepada iqtiqad mazhab As-syafii iaitu ahli sunnah dan Jamaah, kita tidak dibenarkan mengikuti fahaman dan tafsiran lain. Akan tetapi kita dibenarkan mengambil kira pendapat mazhab lain untuk kemaslahatan dan fada’il yang lain terhadap umat islam dinegara ini.

Umat Islam dibenarkan mempunyai pendapat dan pandangan terhadap sesuatu perkara berkaitan dengan agama yang berbentuk syariat mahupun iqtiqad. Walaubagaimanapun, setiap unjuran pandangan dan tafsiran yang ingin dikeluarkan ditengah-tengah masyarakat Islam yang hidup majmuk ini haruslah diadakan musyawarah dan muzakarah dikalangan alim ulama sebelum unjuran pendapat dan tafsiran itu dibenarkan atau dibatilkan. Ini kerana segala yang berkaitan dengan pelaksanaan syariat adalah tertakluk dibawah kuasa Majlis Agama Islam disetiap negeri.

Faktor kedua kepada penolakan fahaman-fahaman ini adalah disebabkan oleh ajaran-ajaran yang diterapkan didalamnya adalah bercanggah dengan akidah. Jika dilihat kepada perincian fahaman liberal ini, mereka mahukan penafsiran ayat Al Quran itu berdasarkan kepada konteks semasa. Penafsiran itu boleh dilakukan mengikut konteks semasa tetapi hendaklah mengikut kepada langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama supaya makna disebalik ayat al Quran itu tidak terpesong dari makna yang hakiki. Masalah timbul apabila fahaman ini mahu mentafsirkan ayat Al quran berdasarkan konteks pada zaman Rasullullah. Terdapat fahaman utama yang menjadi teras kepada Islam liberal iaitu wujudnya kritikan terhadap teks Al Quran. Fahaman ini mengatakan bahawa teks Al Quran itu adalah daripada hasil penulisan daripada Allah dan juga junjungan mulia nabi Muhammad yang diubah mengikut keperluan dan masyarakat waktu itu. Maka mereka berpendapat bahawa agama islam adalah agama yang dicipta oleh nabi Muhammad sendiri.

Disebabkan kecelaruan pemikiran fahaman ini mereka juga mahu melibatkan masyarakat awam yang kurang faham tentang agama dengan mengatakan bahawa tafsiran Ahli Sunnah Wal Jamaah terhadap teks-teks Al Quran adalah tidak benar dan tidak tepat. Sebagaimana yang kita ketahui dan wajib percaya nabi Muhammad adalah seorang yang buta huruf ataupun ummi. Nabi Muhammad adalah bersifat pasif ketika menerima wahyu dari Allah Ini kerana tugas junjungan yang mulia ini hanyalah menyampaikan apa yang disuruh oleh Allah S.W.T. Syariat didalam Al Quran tidak akan berubah walaupun melalui peredaran dan perubahan zaman.

Faktor lain mengenai fahaman ini adalah mereka menolak perlaksanaan tuntutan syariat. Liberalisme menolak akidah Islam untuk melaksanakan hukum Allah dan Rasul-Nya sebagai petunjuk kebenaran. Inilah yang dinyatakan oleh Al Quraan Al Karim dalam penjelasan yang sangat nyata dan jelas, tanpa ada kesamaran di dalamnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata”. Al Ahzaab: 36

Fahaman ini juga mengatakan bahawa nabi Muhammad tidak menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan sempurna .Malah ada dikalangan golongan fahaman islam liberal ini mengaku dirinya adalah pelengkap ajaran islam yang mana nabi Muhammad dahulu tidak menyempurnakan fahaman dakwah baginda. Contohnya individu yang boleh dikaitkan dengan perkara ini ialah Abdullah al-Naim, seorang penulis yang berasal dari Sudan telah menghasilkan sebuah karya yang berjudul “Toward an Islamic Reformation” (1989) yang intinya merombak pemahaman orang Islam terhadap syariat.

Berikutan penolakan syariat islam, secara tidak langsung fahaman ini telah menolok penubuhan sebuah Negara islam yang mengamalkan dasar-dasar dan prinsip-prinsip syariat. Ini kerana fahaman ini telah menafikan bahawa wujudnya ayat-ayat Al- Quran dan As-Sunnah yang mengatakan perlunya wujud sebuah Negara islam. Mereka mengatakan bahawa sesebuah Negara itu tidak perlu untuk menjadi sebuah Negara islam yang mengamalkan prinsip syariat sepenuhnya akan tetapi apa yang lebih penting ialah mengamalkan system yang mampu unutk menegakkan keadilan sosial. Jika dilihat dari ajaran islam itu sendiri, ajarannya adalah menyeluruh bukan hanya terbatas kepada kehendak sosial sahaja malah ianya meliputi aspek pembangunan dan pemantapan isi rohani dan fizikal sesebuah masyarakat dan Negara itu.

Tidak kurang hebat juga bagi fahaman Islam pluralisme, fahaman ini mengatakan bahawa setiap agama yang ada dimuka bumi ini adalah sama dan juga tujuannya adalah untuk mengajak kepada kebaikan. Disebalik ajaran semua agama itu adalah sama terselit satu pengiktirafan dan permintaan kepada dunia islam bahawa semua agama seharusnya dilayan dengan sama rata dan adil. Tidak timbul soal diskriminasi terhadap apa jua aktiviti yang dijalankan. Agama-agama yang lain juga berhak untuk mendapat keistimewaan didalam semua perkara yang disediakan oleh kerajaan. Golongan ini juga berpendapat bahawa didalam islam wajar muncul pelbagai fahaman yang tidak perlu tertakluk kepada pengiktirafan daripada institusi agama ataupun ulama.

Di dalam ajaran Islam, agama islam itu adalah suatu agama yang benar dan tidak boleh disamakan dengan agama-agama lain yang telah dicipta oleh manusia. Sebagaimana yang kita tahu hanya agama islam sahaja yang dirahmati oleh Allah. Sebagaimana firman Allah “sesungguhnya agama yang berada disisi Allah itu ialah Islam”. Jelas dari apa yang telah dinyatakan oleh Al Quran bahawa hanya Islam yang layak mendapat segala keistimewaan melebihi daripada agama lain samada dari sudut material mahupun sokongan. Didalam islam tidaklah salah untuk muncul pelbagai fahaman akan tetapi setiap fahaman haruslah berpandukan dengan dalil nakli dan aqli. Tujuananya adalah untuk memastikan bahawa fahaman atau ajaran yang kita bawakan itu adalah tidak tersasar dari tuntutan syariat yang sebenar. Lihat saja Aminah Wadud imam wanita yang kontrovesi disebabkan dia begitu berpegang kepada fahaman pluralisme dia menganggap bahawa wanita juga adalah setaraf dengan lelaki sehingga menolak ajaran syariat hanya untuk memeuhi tuntutan nafsu yang ditunjangi dengan fahaman ajaran songsang yang menyesatkan golongan yang kurang arif dan jahil dalam agama islam ini.

Jika kita mengambil contoh dinegara kita sendiri mengikut artikel yang telah diperuntukkan di dalam perlembagaan persekutuan 3(1) Agama rasmi negara adalah islam tetapi agama lain bebas untuk mengamalkan agama mreka dimana-mana sahaja. Jika tidak ada peruntukan seperti ini didalam perlembagaan persekutuan sudah tentu semua agama yang lain mahu menuntut dan mahu menjadikan agama mereka sebagai agama rasmi negara ini.

Akibat daripada dua fahaman yang songsang ini banyak implikasi yang timbul dikalangan masyarakat islam itu sendiri seperti syirik, murtad, fasiq, dan lain-lain. Fahaman ini kebanyakan menolak perkara yangberkaitan dengan syariat Islam, mereka menyebarkan bahawa syariat islam adalah suatu perkara yang mengongkong kehidupan dan ketamadunan. Golongan ini menyebarkan fahaman yang begitu ekstrim sehinggakan ada dikalangan umat Islam menjadi murtad dan fasik. Lihat saja kepada Mustafa kamal atartuk yang membawa Turki sehingga berjaya menjadikan Negara itu sebagai Islam sekular. Akibat dari fahaman itu seluruh umat islam dinegara itu hidup dibawah lembayung sekularisme yang mengagungkan budaya barat melebihi daripada agama islam itu sendiri.

Di negara kita pula lihat sahaja kepada kes Lina Joy. Walaupun tuntutannya untuk membuang perkataan islam didalam kad pengenalannya gagal namun dia tetap dengan pendiriannya yang tidak mahu kembali kepada agama islam. Disebalik kekalutan kes Lina joy ini, terdapat beberapa pertubuhan bukan kerajaan NGO yang menjadi nadi dalam menyokong keterbukaan dalam beragama. Mereka membawa fahaman yang begitu terbuka sehinggakan mereka mencadangkan sesiapa sahaja bebas unutuk keluar dari agama mereka yang asal dan bebas untuk memilih agama yang mereka kehendaki. Golongan yang memperjuangkan ini terdiri terdiri daripada berlainan agama tetapi duduk dibawah satu payung yang dinamakan suruhan jaya antara agama-agama IRC. Apa yang menyedihkan dalam hal ini antara yang kuat menyokong usul ini adalah daripada umat islam sendiri iaitu sisters in islam. Mereka menetapkan hukum tentang sesuatu perkara itu dengan menggunakan nas-nas yang lemah dan berpandukan dalil-dalil aqli sahaja tanpa menghiraukan dalil-dalil naqli iaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Ini kerana mereka mahu melonggarkan ikatan hukum-hukum islam yang berpandukan dalil naqli dan aqli kepada menetapkan hukum yang lebih bersifat keterbukaan. Dengan erti kata lain mereka mahu menggunakan justifikasi darurah dan ijtihad sewenang-wenangnya dalam menetapkan sesuatu hukum mengikut peredaran zaman.

Akhir-akhir ini golongan bukan islam telah membangkitkan isu mengenai kewibawaan majlis fatwa kebangsaan dan juga autoriti ulama. Mereka berani mempersoalkan mengenai agama islam sedangkan kita tahu bahawa agama islam itu adalah suci dan tidak layak dipersoalkan oleh agama-agama lain dari sudut perlaksanaan system pentadbiran dan juga hukum-hukum syariat. Lebih teruk lagi fahaman ini mengatakan bahawa autoriti agama tidak lagi berada ditangan para ulama. Mereka membawa konsep kesaksamaan yang mana semua golongan boleh memberikan pentafsiran tentang agama. Antara contohnya mereka mengatakan hukum-hukum islam yang berkaitan dengan poligami seharusnya dimansuhkan kerana tidak lagi praktikal dan efisyen dengan peredaran zaman.

Implikasi lain yang timbul dari fahaman ini adalah perpecahan dikalangan masyarakat, berikutan fahaman yang dibawakan adalah baru dan begitu mudah cara perlaksanaanya, mereka telah menerima fahaman ini dengan mudah. Maka timbullah golongan dari puak yang berbeza seterusnya akan tercetuslah perbalahan sehingga tergugat keharmonian sesebuah masyarkat islam itu sendiri. Lihat saja contoh di Indonesia yang mana telah berlaku keretakan hubungan sesama islam akibat keraguan akidah yang melanda dalam pemikiran mereka.Akibat daripada situasi ini Majlis Ulama Islam (MUI) indonesia telah mengharamkam fahaman libral dan plural ini.

Disebalik kegairahan penyebaran yang datang dari fahaman islam plurisme dan liberisme ini, secara tidak langsung ianya membuka pintu kepada musuh-musuh islam seperti zionis, sekularis barat dan juga pekembangan kepada agama-agama yang lain. Mereka tidak lagi masuk menggunakan pintu belakang dalam menyebarkan dakyah-dakyah mereka akan tetapi dengan mengikut pintu hadapan yang disambut oleh golongan islam yang menjunjung islam plurisme dan liberisme ini. Maka lebih mudahlah bagi mereka untuk merealisasikan cita-cita untuk menghancurkan islam. Status agama islam yang kian lemah akan dilemahkan lagi dengan sogokan dakyah-dakyah hina yang kononnya lebih bertamadun dari agama islam itu sendiri.

Fahaman golongan ini juga telah membawa satu usaha yang mana mereka mahu agama islam yang syumul itu kepada status yang lebih rendah. fahaman ini mahu menjadikan agama islam adalah agama yang hanya tertakluk kepada agama sivil atau peribadi semata-mata. Konsep moderat yang mereka bawakan itu langsung tidak berdasarkan kepada dalil naqli yang sebenar yang berkaitan dengan keadilan (ummatan wasatan). Mereka telah membawakan perubahan kedalam konsep asas islam seperti jihad, hudud, dakwah dan madrasah yang mengikut acuan moderat dari Negara barat. Contohnya yang menjadi tulang belakang dalam usaha ini ialah Rand Copration, Belanda, Intitute Brooke dan banyak lagi.

Fahaman Islam liberal dan plural ini adalah suatu dakyah yang begitu bahaya dan menyosongakan akidah. Setiap doktrin dan method yang dicanagkan adalah amat mengelirukan dan merosakkan bagi umat islam. Malah umat bukan islam juga akan mudah terpengaruh dengan dakyah-dakyah fahaman ini yang memberikan manfaat kepada agama mereka. Fahaman ini bergerak secara halus dengan menapilkan pendekatan yang menyenangkan seperti progresif, kesederhanaan, modeniti, keamanan, keadamaian, kemanusiaan dan hak asasi manusia. Justeru itu para cendikiawan islam khasnya dan masyarakat islam amnya harus mengambil inisiatif dan langkah yang lebih efisyen dan prakitkal dalam usaha untuk menyedarkan dan memberitahu masyarakat mengenai fahaman yang mampu menjadi nanah dan sterusnya menjadi kudis kepada pemikiran masyarakat khususnya umat islam.

Baru-baru ini telah timbul isu di negara kita yang hangat diperkatakan dan dibincangkan oleh para ulama dan ahli cendikiwan yang peka mengenai fahaman Islam Liberalisme dan Islam Pluralisme. Secara literalnya apabila kita merujuk kepada kamus dewan Liberal bermaksud bersifat atau berpandangan bebas, berpandangan terbuka (tidak terkongkong kepada suatu aliran pemikiran sahaja. Manakala Pluralisme pula bermaksud keadaan masyarakat yang terdiri daripada beberapa kaum, kebudayaan dan kepercayaan agama.

Apabila liberal ditafsirkan secara konseptualnya ia bermaksud memahami nas-nas agama iaitu Al-Quran dan As-Sunnah dengan menggunakan akal fikiran yang bebas dan hanya menggunakan doktrin–doktrin agama yang bersesuaian dengan akal fikiran semata-semata. Manakala pluralisme pula adalah semua agama adalah sama kerana setiap kebenaran ada hubung kaitnya. Oleh sebab itu setiap penganut agama tidak boleh mengatakan bahawa hanya agamanya sahaja yang benar agama yang lain salah. Fahaman ini juga mengatakan semua penganut agama yang berlainan akan hidup di syurga bersama-sama. Inilah yang menjadi pokok perbincanagan para ulama dan keresahan terhadap tafsiran yang begiu menyongsang ini.

Isu yang dibincangkan oleh para ulama mengenai fahaman agama islam liberalisme dan pluralisme ini telah membangkitkan perasaan yang resah dan tidak senang kepada umat islam malah juga kepada bukan islam. Banyak faktor yang menyebabkan umat islam tidak boleh menerima dua fahaman yang begitu janggal dari sudut kefahaman islam yang sebenar ini. Ini kerana dua fahaman yang dibawa ini adalah sesuatu yang begitu bercanggah dengan iqtiqad dan pegangan kita selama ini. Kita tidak boleh membiarkan masyarakat terpengaruh dengan dakyah-dakyah songsang ini. Ini kerana sejarah penyebaran ajaran sesat dinegara ini sudah mampu untuk membuktikan bahawa umat islam dinegara ini begitu mudah untuk menerima dan berpegang teguh dengan fahaman songsang.

Mengikut sejarah pada asalnya ajaran-ajaran ini berkembang sejak sepuluh tahun yang lalu. Ianya berasal dari asia barat bermula dari negara mesir dan sudan. Akibat fahaman dan penyebaran ajaran yang begitu aktif dan sistematik maka akhirnya fahaman ini telah tersebar jauh hingga ke benua Eropah, Indonesia dan akhirnya tiba di Malaysia. Indonesia yang mempunyai umat Islam terbesar di dunia telah menerima fahaman islam libral ini sehingga tertubuhnya organisasi Jaringan Islam Libral (JIL). Liberisme itu sendiri mempunyai pelbagai-bagai cabang. Antaranya ialah marxisme, materelisme, sekularisme, humanisme dan juga nasionalisme. Kesemua fahaman ini bersifat keduniaan semata-mata. Namun di Malaysia konsep fahaman libral ini ditolak seratus peratus. Menurut Ustaz Azhar Ibrahim Rasyidi Pensyarah Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) konsep Islam Plural dilihat dalam konteks yang berbeza iaitu kebebasan dari segi mempraktikan agama kerana islam menerima kewujudan agama lain bukannya mengatakan semua agama adalah sama seperti yang diwar-warkan oleh mereka yang berfahaman pluralisme.

Sebagaimana yang kita maklum fahaman Islam liberalisma dan Pluralisme ini tidak boleh dipraktikkan atas sebab-sebab yang tertentu. Contohnya di Negara kita sendiri faktor utama yang menjadi pemangkin kepada penolakan fahaman ini adalah kerana pegagan kita adalah berteraskan kepada iqtiqad mazhab As-syafii iaitu ahli sunnah dan Jamaah, kita tidak dibenarkan mengikuti fahaman dan tafsiran lain. Akan tetapi kita dibenarkan mengambil kira pendapat mazhab lain untuk kemaslahatan dan fada’il yang lain terhadap umat islam dinegara ini.

Umat Islam dibenarkan mempunyai pendapat dan pandangan terhadap sesuatu perkara berkaitan dengan agama yang berbentuk syariat mahupun iqtiqad. Walaubagaimanapun, setiap unjuran pandangan dan tafsiran yang ingin dikeluarkan ditengah-tengah masyarakat Islam yang hidup majmuk ini haruslah diadakan musyawarah dan muzakarah dikalangan alim ulama sebelum unjuran pendapat dan tafsiran itu dibenarkan atau dibatilkan. Ini kerana segala yang berkaitan dengan pelaksanaan syariat adalah tertakluk dibawah kuasa Majlis Agama Islam disetiap negeri.

Faktor kedua kepada penolakan fahaman-fahaman ini adalah disebabkan oleh ajaran-ajaran yang diterapkan didalamnya adalah bercanggah dengan akidah. Jika dilihat kepada perincian fahaman liberal ini, mereka mahukan penafsiran ayat Al Quran itu berdasarkan kepada konteks semasa. Penafsiran itu boleh dilakukan mengikut konteks semasa tetapi hendaklah mengikut kepada langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh ulama-ulama supaya makna disebalik ayat al Quran itu tidak terpesong dari makna yang hakiki. Masalah timbul apabila fahaman ini mahu mentafsirkan ayat Al quran berdasarkan konteks pada zaman Rasullullah. Terdapat fahaman utama yang menjadi teras kepada Islam liberal iaitu wujudnya kritikan terhadap teks Al Quran. Fahaman ini mengatakan bahawa teks Al Quran itu adalah daripada hasil penulisan daripada Allah dan juga junjungan mulia nabi Muhammad yang diubah mengikut keperluan dan masyarakat waktu itu. Maka mereka berpendapat bahawa agama islam adalah agama yang dicipta oleh nabi Muhammad sendiri.

Disebabkan kecelaruan pemikiran fahaman ini mereka juga mahu melibatkan masyarakat awam yang kurang faham tentang agama dengan mengatakan bahawa tafsiran Ahli Sunnah Wal Jamaah terhadap teks-teks Al Quran adalah tidak benar dan tidak tepat. Sebagaimana yang kita ketahui dan wajib percaya nabi Muhammad adalah seorang yang buta huruf ataupun ummi. Nabi Muhammad adalah bersifat pasif ketika menerima wahyu dari Allah Ini kerana tugas junjungan yang mulia ini hanyalah menyampaikan apa yang disuruh oleh Allah S.W.T. Syariat didalam Al Quran tidak akan berubah walaupun melalui peredaran dan perubahan zaman.

Faktor lain mengenai fahaman ini adalah mereka menolak perlaksanaan tuntutan syariat. Liberalisme menolak akidah Islam untuk melaksanakan hukum Allah dan Rasul-Nya sebagai petunjuk kebenaran. Inilah yang dinyatakan oleh Al Quraan Al Karim dalam penjelasan yang sangat nyata dan jelas, tanpa ada kesamaran di dalamnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata”. Al Ahzaab: 36

Fahaman ini juga mengatakan bahawa nabi Muhammad tidak menyampaikan ajaran-ajaran islam dengan sempurna .Malah ada dikalangan golongan fahaman islam liberal ini mengaku dirinya adalah pelengkap ajaran islam yang mana nabi Muhammad dahulu tidak menyempurnakan fahaman dakwah baginda. Contohnya individu yang boleh dikaitkan dengan perkara ini ialah Abdullah al-Naim, seorang penulis yang berasal dari Sudan telah menghasilkan sebuah karya yang berjudul “Toward an Islamic Reformation” (1989) yang intinya merombak pemahaman orang Islam terhadap syariat.

Berikutan penolakan syariat islam, secara tidak langsung fahaman ini telah menolok penubuhan sebuah Negara islam yang mengamalkan dasar-dasar dan prinsip-prinsip syariat. Ini kerana fahaman ini telah menafikan bahawa wujudnya ayat-ayat Al- Quran dan As-Sunnah yang mengatakan perlunya wujud sebuah Negara islam. Mereka mengatakan bahawa sesebuah Negara itu tidak perlu untuk menjadi sebuah Negara islam yang mengamalkan prinsip syariat sepenuhnya akan tetapi apa yang lebih penting ialah mengamalkan system yang mampu unutk menegakkan keadilan sosial. Jika dilihat dari ajaran islam itu sendiri, ajarannya adalah menyeluruh bukan hanya terbatas kepada kehendak sosial sahaja malah ianya meliputi aspek pembangunan dan pemantapan isi rohani dan fizikal sesebuah masyarakat dan Negara itu.

Tidak kurang hebat juga bagi fahaman Islam pluralisme, fahaman ini mengatakan bahawa setiap agama yang ada dimuka bumi ini adalah sama dan juga tujuannya adalah untuk mengajak kepada kebaikan. Disebalik ajaran semua agama itu adalah sama terselit satu pengiktirafan dan permintaan kepada dunia islam bahawa semua agama seharusnya dilayan dengan sama rata dan adil. Tidak timbul soal diskriminasi terhadap apa jua aktiviti yang dijalankan. Agama-agama yang lain juga berhak untuk mendapat keistimewaan didalam semua perkara yang disediakan oleh kerajaan. Golongan ini juga berpendapat bahawa didalam islam wajar muncul pelbagai fahaman yang tidak perlu tertakluk kepada pengiktirafan daripada institusi agama ataupun ulama.

Di dalam ajaran Islam, agama islam itu adalah suatu agama yang benar dan tidak boleh disamakan dengan agama-agama lain yang telah dicipta oleh manusia. Sebagaimana yang kita tahu hanya agama islam sahaja yang dirahmati oleh Allah. Sebagaimana firman Allah “sesungguhnya agama yang berada disisi Allah itu ialah Islam”. Jelas dari apa yang telah dinyatakan oleh Al Quran bahawa hanya Islam yang layak mendapat segala keistimewaan melebihi daripada agama lain samada dari sudut material mahupun sokongan. Didalam islam tidaklah salah untuk muncul pelbagai fahaman akan tetapi setiap fahaman haruslah berpandukan dengan dalil nakli dan aqli. Tujuananya adalah untuk memastikan bahawa fahaman atau ajaran yang kita bawakan itu adalah tidak tersasar dari tuntutan syariat yang sebenar. Lihat saja Aminah Wadud imam wanita yang kontrovesi disebabkan dia begitu berpegang kepada fahaman pluralisme dia menganggap bahawa wanita juga adalah setaraf dengan lelaki sehingga menolak ajaran syariat hanya untuk memeuhi tuntutan nafsu yang ditunjangi dengan fahaman ajaran songsang yang menyesatkan golongan yang kurang arif dan jahil dalam agama islam ini.

Jika kita mengambil contoh dinegara kita sendiri mengikut artikel yang telah diperuntukkan di dalam perlembagaan persekutuan 3(1) Agama rasmi negara adalah islam tetapi agama lain bebas untuk mengamalkan agama mreka dimana-mana sahaja. Jika tidak ada peruntukan seperti ini didalam perlembagaan persekutuan sudah tentu semua agama yang lain mahu menuntut dan mahu menjadikan agama mereka sebagai agama rasmi negara ini.

Akibat daripada dua fahaman yang songsang ini banyak implikasi yang timbul dikalangan masyarakat islam itu sendiri seperti syirik, murtad, fasiq, dan lain-lain. Fahaman ini kebanyakan menolak perkara yangberkaitan dengan syariat Islam, mereka menyebarkan bahawa syariat islam adalah suatu perkara yang mengongkong kehidupan dan ketamadunan. Golongan ini menyebarkan fahaman yang begitu ekstrim sehinggakan ada dikalangan umat Islam menjadi murtad dan fasik. Lihat saja kepada Mustafa kamal atartuk yang membawa Turki sehingga berjaya menjadikan Negara itu sebagai Islam sekular. Akibat dari fahaman itu seluruh umat islam dinegara itu hidup dibawah lembayung sekularisme yang mengagungkan budaya barat melebihi daripada agama islam itu sendiri.

Di negara kita pula lihat sahaja kepada kes Lina Joy. Walaupun tuntutannya untuk membuang perkataan islam didalam kad pengenalannya gagal namun dia tetap dengan pendiriannya yang tidak mahu kembali kepada agama islam. Disebalik kekalutan kes Lina joy ini, terdapat beberapa pertubuhan bukan kerajaan NGO yang menjadi nadi dalam menyokong keterbukaan dalam beragama. Mereka membawa fahaman yang begitu terbuka sehinggakan mereka mencadangkan sesiapa sahaja bebas unutuk keluar dari agama mereka yang asal dan bebas untuk memilih agama yang mereka kehendaki. Golongan yang memperjuangkan ini terdiri terdiri daripada berlainan agama tetapi duduk dibawah satu payung yang dinamakan suruhan jaya antara agama-agama IRC. Apa yang menyedihkan dalam hal ini antara yang kuat menyokong usul ini adalah daripada umat islam sendiri iaitu sisters in islam. Mereka menetapkan hukum tentang sesuatu perkara itu dengan menggunakan nas-nas yang lemah dan berpandukan dalil-dalil aqli sahaja tanpa menghiraukan dalil-dalil naqli iaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Ini kerana mereka mahu melonggarkan ikatan hukum-hukum islam yang berpandukan dalil naqli dan aqli kepada menetapkan hukum yang lebih bersifat keterbukaan. Dengan erti kata lain mereka mahu menggunakan justifikasi darurah dan ijtihad sewenang-wenangnya dalam menetapkan sesuatu hukum mengikut peredaran zaman.

Akhir-akhir ini golongan bukan islam telah membangkitkan isu mengenai kewibawaan majlis fatwa kebangsaan dan juga autoriti ulama. Mereka berani mempersoalkan mengenai agama islam sedangkan kita tahu bahawa agama islam itu adalah suci dan tidak layak dipersoalkan oleh agama-agama lain dari sudut perlaksanaan system pentadbiran dan juga hukum-hukum syariat. Lebih teruk lagi fahaman ini mengatakan bahawa autoriti agama tidak lagi berada ditangan para ulama. Mereka membawa konsep kesaksamaan yang mana semua golongan boleh memberikan pentafsiran tentang agama. Antara contohnya mereka mengatakan hukum-hukum islam yang berkaitan dengan poligami seharusnya dimansuhkan kerana tidak lagi praktikal dan efisyen dengan peredaran zaman.

Implikasi lain yang timbul dari fahaman ini adalah perpecahan dikalangan masyarakat, berikutan fahaman yang dibawakan adalah baru dan begitu mudah cara perlaksanaanya, mereka telah menerima fahaman ini dengan mudah. Maka timbullah golongan dari puak yang berbeza seterusnya akan tercetuslah perbalahan sehingga tergugat keharmonian sesebuah masyarkat islam itu sendiri. Lihat saja contoh di Indonesia yang mana telah berlaku keretakan hubungan sesama islam akibat keraguan akidah yang melanda dalam pemikiran mereka.Akibat daripada situasi ini Majlis Ulama Islam (MUI) indonesia telah mengharamkam fahaman libral dan plural ini.

Disebalik kegairahan penyebaran yang datang dari fahaman islam plurisme dan liberisme ini, secara tidak langsung ianya membuka pintu kepada musuh-musuh islam seperti zionis, sekularis barat dan juga pekembangan kepada agama-agama yang lain. Mereka tidak lagi masuk menggunakan pintu belakang dalam menyebarkan dakyah-dakyah mereka akan tetapi dengan mengikut pintu hadapan yang disambut oleh golongan islam yang menjunjung islam plurisme dan liberisme ini. Maka lebih mudahlah bagi mereka untuk merealisasikan cita-cita untuk menghancurkan islam. Status agama islam yang kian lemah akan dilemahkan lagi dengan sogokan dakyah-dakyah hina yang kononnya lebih bertamadun dari agama islam itu sendiri.

Fahaman golongan ini juga telah membawa satu usaha yang mana mereka mahu agama islam yang syumul itu kepada status yang lebih rendah. fahaman ini mahu menjadikan agama islam adalah agama yang hanya tertakluk kepada agama sivil atau peribadi semata-mata. Konsep moderat yang mereka bawakan itu langsung tidak berdasarkan kepada dalil naqli yang sebenar yang berkaitan dengan keadilan (ummatan wasatan). Mereka telah membawakan perubahan kedalam konsep asas islam seperti jihad, hudud, dakwah dan madrasah yang mengikut acuan moderat dari Negara barat. Contohnya yang menjadi tulang belakang dalam usaha ini ialah Rand Copration, Belanda, Intitute Brooke dan banyak lagi.

Fahaman Islam liberal dan plural ini adalah suatu dakyah yang begitu bahaya dan menyosongakan akidah. Setiap doktrin dan method yang dicanagkan adalah amat mengelirukan dan merosakkan bagi umat islam. Malah umat bukan islam juga akan mudah terpengaruh dengan dakyah-dakyah fahaman ini yang memberikan manfaat kepada agama mereka. Fahaman ini bergerak secara halus dengan menapilkan pendekatan yang menyenangkan seperti progresif, kesederhanaan, modeniti, keamanan, keadamaian, kemanusiaan dan hak asasi manusia. Justeru itu para cendikiawan islam khasnya dan masyarakat islam amnya harus mengambil inisiatif dan langkah yang lebih efisyen dan prakitkal dalam usaha untuk menyedarkan dan memberitahu masyarakat mengenai fahaman yang mampu menjadi nanah dan sterusnya menjadi kudis kepada pemikiran masyarakat khususnya umat islam.