Khamis, Mei 14, 2009

Tidak Menjaga Pandangan Punca Hati Sakit dan Mati

Hati yang sakit, atau bahkan mati, disebabkan oleh titik-titik dosa yang bertambah dari waktu ke waktu kerana amal perbuatan yang kurang terpelihara, sehingga menjadikan hati tersebut hitam legam dan berkarat. Akan tetapi walau bagaimana bagaimana keadaan hati kita saat ini, tidak tertutup terus peluang untuk sembuh, sehingga dapat kembali menjadi hati yang sehat sekiranya kita berjuang sekuat-kuatnya untuk mengubatinya.

Salah satunya perkara yang membuat hati ini semakin gelap, kotor dan keras membatu adalah tidak pandai menahan pandangan. Barang siapa yang ketika di dunia ini tidak mahir menahan pandangan, gemar melihat hal-hal yang diharamkan Allah, maka jangan terlalu berharap dapat memiliki hati yang bersih.

Umar bin Khattab pernah berkata, "Lebih baik aku berjalan di belakang singa daripada berjalan di belakang wanita." Orang-orang yang sengaja mengarah pandangannya terhadap hal-hal yang tidak hak bagi dirinya, maka tidak hairanlah kalau hatinya lambat laun akan semakin keras membatu dan nikmat iman pun akan semakin hilang manisnya.

Sebenarnya hal ini bukan sahaja termasuk pandangan terhadap lawan jenisnya, bahkan juga pandangan mata hatinya terhadap kehidupan dunia ini. Contohnya melihat sesuatu yang tidak ia miliki, rumah orang lain yang lebih mewah, kenderaan orang lain yang lebih bagus, atau harta orang lain yang lebih banyak. Apa yang ada jarang disyukuri dan apa yang tiada dimilki sering ia risaukan. Hatinya lebih bergelojak memikirkan hal-hal yang tidak dimilikinya daripada menikmati apa-apa yang dimilikinya..

Kunci bagi orang yang memiliki hati yang bersih adalah menundukkan pandangan! Jika melihat lawan jenis yang bukan muhrim, cepat-cepatlah tundukkan pandangan. Kalau melihat dunia pula jangan sekali-kali melihat ke atas. Sekiranya tidak, akan penat dan letih kita akhirnya, kerana rezeki yang telah menjadi hak kita tidak kita syukuri dan tidak dimanfaatkan sepenuhnya kerana asyik melihat orang yang lebih daripada kita.

Adalah lebih baik melihat ke bawah. Lihatlah orang yang lebih fakir dan lebih menderita daripada kita. Lihatlah orang yang jauh lebih sederhana hidupnya. Semakin sering kita melihat ke bawah,semakin hati ini akan semakin dipenuhi oleh rasa syukur dibandingkan dengan orang yang suka mengadah pandangan ke atas. Walaupun kita melihat ke atas, tetapkan pandangan kita kepada Yang Maha Atas, iaitu kepada Zat Penguasa alam semesta. Lihatlah kekuasaan-Nya, Allah Maha Kaya dan tidak pernah berkurang kekayaan-Nya sedikitpun walau kita selalu meminta kepadaNya sampai akhir hayat.

Orang yang hanya melihat ke atas dalam urusan dunia, hatinya akan cepat kotor dan hancur. Sebaliknya, kalau tunduk dalam melihat dunia dan mengadah pandangan dalam melihat keagungan serta kebesaran Allah, maka kita akan menjadi orang yang memiliki hati bersih yang selamat.

Prof. Hamka pernah berkata, "Mengapa manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau menatap langit yang biru dengan awan yang berarak seputih kapas? Atau engkau turuni ke lembah sehingga akan kau dapatkan air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang-bintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan orang menatapnya. Atau engkau dengarkan suara cengkerik dan katak saling bersahutan. Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat senang mendengar keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji. Kerana sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah bersatu dengan keindahan."

Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan orang lain. Tatkala dia mendapat seseorang tidak baik kelakuannya, ia segera sedar bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di sebalik segala kekurangan yang dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang di hatinya. Apabila mendengar seseorang selalu berbicara buruk dan menyakitkan, dia segera sedar. Siapa tahu sekarang dia berbicara buruk, namun esok lusa dia mungkin berbicara yang baik.

Jalaluddin Rumi pernah berkata, "Orang yang begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan orang lain bagaikan hidup di sebuah taman yang indah. Ke sini anggerik, ke sana melati. Ke mana saja mata memandang yang kelihatan adalah bung-bunga yang indah dan harum mewangi. Di mana-mana sahaja yang kelihatan hanyalah keindahan. Sebaliknya, orang yang gemar melihat aib dan kekurangan orang lain, fikirannya hanya diselimuti dengan aneka keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk. Ke mana pun matanya melihat, yang kelihatan adalah ular, kala jengking, duri, dan sebagainya. Di mana saja ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat menikmati indahnya hidup ini."

Sungguh berbahagialah orang yang pandai memelihara pandangannya kerana dia akan sentiasa merasakan nikmatnya kebeningan hati. Allah Azza wa Jalla adalah Zat Maha Pembolak-balik hati hamba-Nya. Sama sekali tidak sulit dan masalah baginya untuk menolong siapapun yang merindukan hati yang bersih dan bening sekiranya ia berikhtiar sungguh-sungguh.