Jumaat, Julai 24, 2009

Asal-Usul 666

Dari mana angka 666 itu berasal? Banyak yang sudah membacanya di Kitab Wahyu atau bahkan mendengarnya dari berbagai sumber, tapi hanya sedikit yang tahu dari mana asalnya atau kenapa kitab Wahyu membicarakan angka ini dengan makna yang sangat negatif. Berikut adalah ringkasan sejarah dari angka 666, dari mana asalnya, dan kenapa kitab Wahyu membicarakan angka ini dengan sangat negatif.

Angka 666 berasal dari praktik ibadah di kota Babilon (Babel/Babil) pada zaman Nabi Daniel yang menulis kitab Daniel di Perjanjian Lama. Bangsa Babel menyembah dewa-dewi yang dihubung-hubungkan dengan matahari, bulan, dan planet-planet yang terlihat dalam tatasurya kita, dan bintang-bintang di dalam praktik astrologi (horoskop / ramalan bintang). Bangsa Babel adalah pencipta astrologi yang kita kenal sekarang ini (12 zodiak). Dalam sistem ibadah mereka, mereka memiliki 37 dewa-dewi utama, dan salah satunya, yaitu Dewa Matahari, adalah yang terutama di antara semuanya. Orang-orang Babel percaya angka-angka mengandung kekuatan atas dewa-dewi yang mereka sembah. Tapi tentu saja, mereka harus menciptakan angka-angka yang dapat mereka pakai untuk mengidentifikasi dewa-dewi itu supaya mereka dapat menguasai dewa-dewi itu. Untuk melakukan ini, mereka menghitung dewa-dewi mereka dan mengkaitkan sebuah angka pada masing-masing ke-36 dewa-dewi yang lebih rendah derajatnya dari Dewa Matahari, lalu menjumlahkan semua angka-angka ini (dari 1 hingga 36) dan memberikan angka hasil penjumlahan itu kepada Dewa Matahari (dewa yang ke-37). Dewa pertama yang mereka identifikasi diberi nomor 1, dewa kedua diberi nomor 2, seterusnya sampai 36. Nah, jika Anda belum dapat menebaknya, berikut kami beritahu: jumlah semua angka dari 1 hingga 36 adalah 666, dan angka 666 itu mereka gunakan untuk mengidentifikasi Dewa Matahari, dewa ke-37. Mereka menghitungnya seperti ini:

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 13 + 14 + 15 + 16 + 17 + 18 + 19 + 20 + 21 + 22 + 23 + 24 + 25 + 26 + 27 + 28 + 29 + 30 + 31 + 32 + 33 + 34 + 35 + 36 = 666

Tapi mereka melangkah lebih jauh lagi. Mereka takut terhadap dewa-dewi itu dan takut salah satunya akan mengutuk mereka, jadi mereka buat amulet (jimat) berupa matriks dengan 6x6 kotak bertuliskan angka 1 hingga 36. Zaman sekarang kita sebut kotak seperti itu magic square. Tujuan pembuatan jimat itu adalah untuk memiliki kekuatan gaib (sihir), dan lambat-laun mereka percaya bahwa memakai salah satu nomor dewa akan melindungi mereka dari kutukan dewa itu. Nah, jimat itu harus memiliki kekuatan gaib sebesar mungkin, jadi untuk meningkatkan kekuatan gaibnya, orang-orang Babel menyusun angka-angka itu sedemikian rupa agar jumlah angka dalam kolom manapun, dalam baris manapun, dan dalam diagonal manapun adalah 111, sehingga jumlah angka dari keenam baris dan dari keenam kolom adalah 666. Ini dianggap dapat memberikan perlindungan ekstra, termasuk dari Dewa Matahari, karena angka dewa itu juga “terdapat” dalam jimat tersebut. Berikut adalah contoh susunan angka dalam matriks berukuran 6 x 6 kotak. Perhatikan bahwa jumlah angka kolom manapun, atau baris manapun, atau diagonal manapun adalah 111. Orang-orang Babel kuno menuliskan/mengukir angka-angka itu pada sebuah keping tanah liat kecil, dan setelah mengeringkan dan membakarnya agar tulisan itu permanen, mereka akan memasangnya di rumah atau membentuknya menjadi kalung dan memakainya. Selama mereka membawa jimat itu, mereka percaya bahwa jimat itu memberikan perlindungan pada mereka.

Ditahun 133 B.C. system penyembahan dari Babylonian telah diwariskan ke Roma oleh Attalus III. Hal itu menjadi symbol dan bentuk yang digunakan untuk menyembah Kaisar dan kemudian dipraktekan didalam Roma Katolik.



http://img507.imageshack.us/img507/9161/tabel666yw3.jpg


Pembuatan jimat dengan susunan angka ini sebagai bagian dari astrologi ternyata terus dilakukan hingga zaman Yesus hidup di dunia ini, bahkan sampai waktu sesudah Yesus naik ke sorga. Para ahli arkeologi telah menemukan jimat-jimat dengan angka-angka Latin, jadi kita tahu bahwa bangsa Roma juga mempraktikkan ramalan dengan cara ini.

Jadi, angka 666 muncul di dunia ini karena praktik ibadah penyembahan dewa dan astrologi bangsa Babel kuno.

Jika Anda ingin informasi lebih lanjut tentang topik ini, bukalah beberapa link pada bagian bawah homepage ini. Mungkin Anda bisa mencari buku berjudul Unfolding the Revelation karya Roy Allan Anderson, yang menjelaskan topik ini dengan lengkap. Buku itu telah diterbitkan oleh Pacific Press Publishing Association di Nampa, Idaho . (Mungkin sekarang sulit dicari di toko-toko buku.) Mungkin Anda dapat memperolehnya melalui salah satu toko buku online seperti Amazon.com. Buku lainnya yang berisi informasi tentang ini adalah Trail of the Serpent karya Murl Vance dan diterbitkan oleh Oriental Watchman Publishing House of Pune, India . Buku ini tidak dicetak lagi; mungkin Anda dapat menemukannya melalui lelang buku online (online book auction).

Anda mungkin bertanya, mengapa Alkitab membicarakan angka ini dengan nada yang sangat serius? Sebelum menjawab pertanyaan ini, sebuah topik harus kita bahas dulu:

Bagaimana dengan Beberapa Terjemahan Alkitab di mana angka yang dicantumkan adalah 606 atau 616, dan Bukan 666?

Ada beberapa terjemahan Alkitab yang menuliskannya 616 atau 606 dan bukan 666. Ini mungkin merupakan kesalahan penulisan yang muncul akibat para penulis Alkitab menyalin lembaran-lembaran itu. Itulah kemungkinan yang paling besar, karena angka 666 sangat berkaitan dengan kekuatan gaibnya. Angka 616 atau 606 sama sekali tidak memiliki kekuatan gaib, jadi dengan sendirinya hal itu membuktikan bahwa penulisan angka 616 atau 606 hanyalah disebabkan karena salah-tulis. Ingat bahwa orang-orang di zaman dulu menyalin tulisan dengan tangan sebelum diciptakannya alat cetak. Mereka tidak punya mesin fotokopi. Jika Anda ingin sebuah salinan dari sebuah tulisan, Anda bisa menyuruh orang menyalinnya dengan tangan dan membayar orang itu, atau Anda sendiri yang menyalinnya. Hanya kedua pilihan itulah yang ada di zaman itu. Tentu saja, jika Anda tidak punya uang, hanya ada satu pilihan yang tersisa: Anda harus menunggu seseorang membacakannya agar bisa Anda tulis sendiri! Jika orang itu tidak mau, maka Anda harus mengerjakannya sendiri.

Kenapa kitab Wahyu sangat menentang Babel dan angka 666?

Sewaktu bangsa Media dan Persia mengalahkan Babel (539 S.M.), mereka memiliki praktik ibadah dan dewa-dewi mereka sendiri, jadi tidak membutuhkan imam-imam Babel. Walau bangsa Persia agak menyukai dewa Babel bernama Marduk dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan imam-imamnya untuk beberapa saat lamanya, dari catatan sejarah sepertinya mereka memberhentikan semua imam Babel dan mendirikan sistem ibadah mereka sendiri! Ini mirip dengan apa yang terjadi di Washington setiap kali salah satu partai politik menggulingkan partai yang lain. Apa yang diketahui para ahli sejarah-Alkitab adalah, akhirnya imam-imam Babel meninggalkan Babel dan pindah ke tempat lain, mungkin karena mereka kehilangan pekerjaan, walau alasan tepatnya tidak diketahui dengan jelas.

Jadi, imam-imam Babel ini, karena kehilangan pekerjaan (atau entah-apa alasan sebenarnya), mulai mencari lahan yang lebih “basah”. Imam-imam Babel menemukannya di kota Pergamum (Pergamus), yang merupakan sebuah kota di tempat yang sekarang disebut Turki Barat. Tanpa pelabuhan atau industri besar waktu itu kecuali Pendidikan. Pergamum adalah Kota Pelajar di zamannya, di mana pelajar-pelajar datang untuk mempelajari obat-obatan dan hukum, dan imam-imam Babel menambahkan mata pelajaran “agama” di sana setelah mereka meninggalkan Babel. Di kota itu juga ada sebuah perpustakaan besar, dengan koleksi lebih dari 200.000 eksemplar buku.

Pergamum terletak di ujung baratlaut dari Asia Minor di sebuah daerah yang disebut Mysia, agak di sebelah selatan menyeberangi lintasan sempit dari daerah yang disebut Thrace. Jika Anda perhatikan dengan teliti, Anda akan dapat menemukan lokasi dari kota-kota lain dari 7 Jemaat di kitab Wahyu, seperti Ephesus, Thyatira, dan Laodecia.

Beberapa imam Babel tidak pergi ke Pergamum , tapi ke Mesir, di mana mereka mengajarkan praktik ibadah mereka kepada orang Mesir. Orang Mesir segera mengadopsi konsep ibadah ini dan mengembangkan lebih lanjut beberapa teori yang sudah ada di dalam astrologi Mesir. Mereka juga mengadopsi ajaran tentang ke-37 dewa utama Babel . Salah satu sumber yang saya temukan menyatakan bahwa orang Mesir menganggap angka 3, 6, dan 7 memiliki kekuatan gaib, dan itulah salah satu alasan mengapa mereka menyukai 37 dewa utama Babel (karena mengandung angka 3 dan 7). Dengan menjumlahkan angka 1 hingga 36, mereka mendapat angka 666 yang gaib itu. Mereka juga dapat mengkalikan 37 dengan 3 atau kelipatannya, dan mencapai angka 111, 222, 333, 444, 555, 666 (hasil dari 3 x 6 x 37), 777, 888, dan seterusnya.

Tentu saja, kita menggunakan sistem angka desimal (basis 10), jadi angka 3 dan 7 memang terdapat pada angka 37. Apakah bangsa Babel dan Mesir menggunakan basis 10 juga pada zaman itu tidak saya ketahui. Kelihatannya sangat mustahil mereka menggunakan basis 10, jadi mereka mungkin melihat kegaiban angka 37 dalam kemampuannya menghasilkan angka 111, 222, 666, dan lain-lain, dan bukan karena mengandung angka 3 dan 7. Jadi, mereka mungkin mengembangkannya. Menurut sejarah, kita tahu bahwa bangsa Mesir mengembangkan beberapa ide yang menjadi bagian dari astrologi zaman sekarang. Sekarang kita kembali ke Pergamum .

Tatacara ibadah Babel yang diajarkan oleh imam-imam Babel dan keturunan mereka berlangsung di kota Pergamum selama berabad-abad. Mereka mengajarkan astrologi dan membuat jimat-jimat dengan angka 1 hingga 36 dalam urutan-urutan khusus seperti yang biasa mereka gunakan. Mereka membangun kompleks kuil yang sangat besar sebagai bagian dari sistem ibadah mereka.
Mesopotamia yang direbut oleh Persian, para imam-imam Babylonian melarikan diri ke Pergamum di Asia Kecil. Disana mereka mendirikan kuil Acropolis of Pergamum untuk menyembah dewa bangsa Yunani, namun hal itu berlanjut menjadi misteri penyembahan Babel kepada tuhan(ilah) dengan sebutan Saturnus.Misteri penyembahan dari Babel tetap terpelihara dikuil dewa Zeus di Pergamum dan masuk ke Roma tahun 133 B.C. Penyesuaian antara agama Babel menjadi begitu meluas sehingga Roma kemudian disebut sebagai "The New Babylon".
Hal ini berlangsung sampai tahun 133 S.M., pada saat raja terakhir dari Kerajaan Attalid, yang beribukota di Pergamum, mangkat, dan dalam surat wasiatnya, dia menyerahkan kerajaannya kepada bangsa Roma. Setelah melakukan perlawanan kecil, bangsa Roma dengan mudah mengambil alih Kerajaan Attalid pada tahun 129 S.M. Lalu, imam-imam Babel yang masih mengajarkan tatacara ibadah Babel, melihat kesempatan terbuka bagi mereka dan mereka pun pindah ke daerah Kekaisaran Roma. Orang-orang Roma sering mengkopi tatacara ibadah kebudayaan-kebudayaan lain, sesuatu yang terjadi sejak lama agar kekaisaran itu bertahan selama itu. Imam-imam Babel memperhitungkan dengan cermat bahwa orang-orang Roma akan setuju untuk mempelajari tatacara ibadah Babel , dan ternyata itulah yang terjadi.

Jadi, imam-imam Babel pindah ke Roma dan “buka toko” di sana. Segera saja seluruh Roma penuh dengan ajaran-ajaran dan tatacara ibadah Babel. Akhirnya menjadi sangat berakar sehingga bangsa-bangsa lain menyebut Roma sebagai Babel Baru. Karena itulah banyak orang yang mengajarkan bahwa kata “Babel” dalam kitab Wahyu adalah “kata kode” (simbol) untuk ROMA, atau tepatnya, agama KATOLIK ROMA. Tentu saja, banyak orang akan menentang kebenaran ini, tapi untuk informasi lebih lanjut silakan baca bab “Apakah Babel adalah lambang Roma dalam kitab Wahyu? “

Lambat-laun, waktu munculnya Gereja Kristen, praktik ibadah dan kepercayaan “agama” Babel masuk ke dalam gereja. Ahli-ahli sejarah telah memperhatikan bahwa sepertinya hampir seluruh penduduk kota Roma “bertobat” menjadi penganut Kristen hanya dalam satu malam saja, tapi yang sebetulnya terjadi adalah “agama” Babel/Roma dimasukkan ke dalam gereja dan ketiga dewa/dewi utama Roma (Jupiter+Saturn, Sol+Mercury, Minerva+Juno+Vesta) diganti namanya menjadi Tuhan Bapa/Santo Petrus, Yesus, dan Bunda Maria. Makhluk-pembantu-dewa dalam “agama” Roma diganti namanya menjadi Roh Kudus. Patung dewa/dewi yang lebih rendah derajatnya menjadi patung santa/santo. (Misalnya Artemis menjadi St. Artemidos.) Praktik-praktik ibadah Babel yang kafir itu ikut masuk ke dalam gereja. Ini membuat para penganut agama Babel/Roma merasa nyaman “bertobat” ke dalam agama Kristen, tapi tentu saja itu bukanlah pertobatan yang benar. Karena masuknya praktik-praktik ibadah kafir ke dalam gereja inilah, maka kitab Wahyu sangat menentang Babel. Karena praktik menuliskan angka-angka dari 1 hingga 36 pada jimat terus berlangsung dan dibawa masuk ke dalam “gereja” Roma, maka ini berguna untuk mengidentifikasi siapakah “binatang” dalam Wahyu 13 itu – yaitu “gereja” yang mengimpor ajaran kafir ke dalam gereja, yang sangat bertentangan dengan perintah Tuhan (Hukum kedua: Jangan membuat bagimu patung). Tuhan sangat menentang praktik-praktik ibadah kafir, tapi orang-orang Roma malah membawa masuk ibadah-ibadah ini ke dalam gereja.

Jubah Imam penyembah berhala yang berbentuk setengah badan ikan beserta ember berisi air suci. Salah satu dewa yang disembah di Babel dan Palestina adalah Dagon (dag=fish, on=sun).

Ini sudah dibuktikan oleh sejarah. Imam-imam Babel memiliki imam tertinggi yang disebut Pontifex Maximus (istilah dalam bahasa Latin yang artinya Pemimpin Imam/Imam Kepala). Anda pasti sudah pernah mendengar kata “Pontiff” sebagai sebutan untuk Paus. Sejarah menjelaskan dari mana istilah Pontiff itu berasal. Mula-mula, raja Attalid disebut “Pontiff”, dan dia mewariskannya pada imam-imam Babel sebelum dia mangkat, lalu imam-imam Babel itu pindah ke Roma. Sebutan ini diberikan pada Kaisar Julius pada tahun 63 S.M., membuat Kaisar Julius menjadi imam tertinggi dari “agama” Babel dan dewa-dewinya. (Ini membuktikan bahwa imam-imam Babel tiba di Roma sebelum zaman Kaisar Julius, sebab kalau tidak, maka peristiwa ini tidak mungkin terjadi.) Ini berarti “agama” Babel BETUL-BETUL pindah ke Roma dan menguasai Roma, menjadi pemimpin pemerintahan Roma. Jabatan ini diwariskan dari kaisar yang satu ke kaisar yang berikutnya, semuanya menjabat sebagai imam tertinggi dari agama Babel (Pontiff) sejak saat itu, hingga pada tahun 376 M. Kaisar Gratian menjadi orang pertama yang menolak jabatan “Pontifex Maximus”. Sebelum Gratian menolak jabatan Pontifex Maximus, Paus Callistus I mengeluarkan undang-undang, di mana dia menuntut agar disebut sebagai Pontifex Maximus atau bishop of bishops (uskup para uskup). Untuk membaca lebih lanjut tentang Paus Callistus I, lihat Pope Callistus I dari Catholic Encyclopedia Article (masa jabatan 219-223 M.). Waktu Paus Callistus I mengambil jabatan Pontifex Maximus, ini menjadikannya kepala dari “agama” Babel . Dialah orang yang diakui oleh “Gereja” Katolik sebagai salah satu paus perintis agama Katolik. Callistus I adalah kepala dari “Gereja Kristen” di Roma, dan mengambil jabatan Kepala “Agama” Babel. Jadi, apakah “agama” Babel masuk ke dalam Gereja Kristen? Sejarah menjawabnya dengan tegas: YA.

Sumber:http://www.indoforum.org/archive/index.php/t-39876.html

Tiada Sial Dalam Islam

Apa guna dipanggil moden sekiranya cara hidup, pemikiran, akhlak dan sifat mulia kemanusiaan kita makin terhakis? Kemudahan sepatutnya memudahkan penyebaran kebaikan, keluhuran dan kesusilaan barulah hidup mengalami kemajuan.

Jika kemajuan yang hendak dicapai tetapi akhlak murni gugur atau tercicir, eloklah kita menilai kembali erti kemodenan yang sedang kita impikan. Membimbangkan kita menyambut dan menikmati kemajuan dengan minda dan pemikiran yang beku dan jumud.

Kemodenan yang hakiki ialah kebebasan akal menerawang mengenali Tuhan sang pencipta, hidup tertakluk kepada peraturan yang sarat dengan nilai mulia sejagat, sesuai di semua tempat…hidup berpandukan peraturan yang tahan diuji sepanjang zaman.

Bukan saja bertahan lama tapi berjaya menyisihkan cara hidup buatan manusia yang terbatas laksana buah bermusim, sekejap ada dan sekejap tidak ada, kekadang putik kadang-kadang berulat dan buruk.

Adakah dipanggil moden sekiranya pemikiran masih terbelenggu dengan sial dan majal terhadap sesuatu yang langsung tidak punya kuasa. Bukan sekadar terbelenggu tapi sudah percaya dan sudah termasuk

sebagai rujukan dan penentuan dalam membuat sesuatu keputusan.

Bayangkan remaja percaya kepada nombor 13 membawa sial dan majal. Berhubung dengan ini Imam Bukhari pernah meriwayatkan daripada Rasulullah, yang bersabda, maksudnya: “Tiada sial dan majal dalam Islam.”

Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, maksudnya: “Tiada kesialan pada sesuatu burung.” Malah mempercayai sial dan majal membawa kepada syirik sebaliknya Allah menggantikan dengan konsep tawakkal.

Patut atau tidak seseorang remaja bersiap untuk ke tempat temuduga tiba-tiba sampai ke tempat itu, didapatinya bilik temuduga itu bernombor 13, lalu tidak jadi masuk menghadapi temuduga dan terus pulang kerana berpendapat nombor itu membawa sial.

Berkahwin pada bulan Safar, katanya membawa sial adalah bercanggah dengan prinsip agama. Begitu juga sesetengah daripada kita tidak jadi hendak membeli rumah semata–mata kerana dianggap sial.

Dalam suasana payah hendak mendapat kerja dan pasangan, ada yang beranggapan dengan memakai gelang dia akan memberi “semangat”. Tidak kurang juga yang percaya kepada kuasa bunga dengan nama “mandi bunga”.

Bunga untuk hiasan dan kecantikan bukannya ada kuasa luar biasa. Begitu juga dengan kebolehan doktor. Islam tidak pernah menolak kemajuan yang berasaskan kajian dan penemuan moden. Perubatan moden diharuskan. Pun begitu kuasa penyembuh hanyalah pada tangan Allah.

Doktor hanya merawat dan berikhtiar tetapi yang menyembuh hanyalah Allah. Kita boleh memilih doktor mana yang serasi untuk merawat kita tetapi bukan dia yang menyembuh. Jika betul ikhtiar dan ubat bertepatan dengan kehendak Allah akan sembuhlah apabila sampai masanya.

Menjadi kesalahan besar sekiranya seorang gadis atau wanita sanggup berbuat apa sahaja, terpaksa menyerah maruah dan diri demi menagih cinta dari kekasihnya. Fikirnya jika tidak ikut kehendak si dia nanti tidak dicintai pula dan ada risiko ditinggalkan.

Yang menentukan jodoh bukannya manusia. Manusia hanya merancang kerana yang menentukan adalah Allah. Kekolotan minda akidah remaja inilah menyebabkan berlakunya persundalan yang akhirnya mereka sendiri yang merana.

Prof Dr Yusuf al-Qaradhawi menyatakan, amalan memberi rasuah membawa syirik. Ia bukan sekadar dosa besar, sebab yang membawa kepada syirik kerana anggapan pemberi rasuah “jika aku tidak beri, maka pasti tidak dapat.”

Ini yang rosak iman, kerana anggapan pemberi rezeki sudah beralih daripada Allah kepada manusia. Bagi melariskan kedai perniagaan pekedai mula guna pelaris termasuk ayat seribu dinar. Peniaga mungkin terlupa bagaimana nabi menjalankan perniagaan, untung besar tetapi tidak guna pelaris.

Begitu juga sahabat nabi, Abd Rahman bin Auf buat untung besar tanpa menggantung apa-apa ayat. Sebenarnya rahsia kejayaan mereka adalah ilmu, kemahiran dan tawakkal kepada Allah.

Sumber:http://intim.wordpress.com/

Isnin, Julai 20, 2009

10 Jenis Sembahyang Yang Tidak Diterima Allah S.W.T

Sabda Rasulullah saw yang bermaksud:

"Sesiapa yang memelihara solat, maka solat itu petunjuk dan jalan selamat dan barang siapa yang tidak memelihara solat maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi cahaya dan juga tidak menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya".

Rasulullah saw juga telah bersabda yang bermaksud: "10 orang yang solatnya tidak diterima oleh Allah SWT ialah:

1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu.

2. Orang lelaki yang mengerjakan solat tetapi tidak mengeluarkan zakat.

3. Orang lelaki yang minum arak tanpa meninggalkannya (taubat).

4. Orang lelaki yang menjadi imam padahal orang yang menjadi makmum membencinya.

5. Anak lelaki yang melarikan diri dari rumah tanpa izin kedua ibu bapanya.

6. Orang perempuan yang suaminya marah/menegur kepadanya lalu si isteri memberontak.

7. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim serta menganiaya.

8. Orang perempuan yang tidak menutup aurat.

9. Orang yang suka makan riba.

10. Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar.

Selasa, Julai 14, 2009

Petua Imam Syafie

Empat perkara menguatkan badan
1. Makan daging
2. Memakai haruman
3. Kerap mandi
4.. Berpakaian dari kapas

Empat perkara melemahkan badan
1. Banyak berkelamin (bersetubuh)
2. Selalu cemas
3. Banyak minum air ketika makan
4. Banyak makan bahan yang masam

Empat perkara menajamkan Mata
1. Duduk mengadap kiblat
2. Bercelak sebelum tidur
3. Memandang yang hijau
4. Berpakaian bersih

Empat perkara merosakkan Mata
1. Memandang najis
2. Melihat orang dibunuh
3. Melihat kemaluan
4.. Membelakangi kiblat

Empat perkara menajamkan fikiran
1. Tidak banyak berbual kosong
2. Rajin bersugi (gosok gigi)
3. Bercakap dengan orang soleh
4. Bergaul dengan para ulama

Hukum Membela Anjing Sebagai Binatang Peliharaan

Oleh: Mufti Sheikh Ahmad Kutty

Anjing boleh dibela untuk tujuan-tujuan yang berikut:

1. Anjing yang dilatih (anjing terlatih) untuk kerja-kerja memburu. Harus diingat, Islam hanya membenarkan pemburuan untuk mendapatkan makanan; bukan memburu kerana sukan, suka-suka dan berseronok-seronok kerana Islam tidak membenarkan haiwan dibunuh atau diseksa atau diusir dari tempat yang lazim mereka tinggal, hanya untuk suka-suka.

2. Membela anjing terlatih sebagai jurupandu. Ini mungkin diperlukan oleh orang yang buta dan mungkin orang itu perlu memelihara anjing untuk memberi khidmat yang diperlukannya. Dalam hal itu, orang itu dibenarkan memelihara anjing di dalam rumah apabila anjing itu telah dilatih untuk menjalankan khidmat berkenaan, tetapi masih tetap disyorkan supaya anjing itu ditempatkan di tempatnya sendiri/secara berasingan daripada tuannya .

3. Anjing terlatih untuk kegunaan tugas-tugas kepolisian.
4. Anjing terlatih untuk menjaga rumah atau harta.
5. Anjing terlatih untuk digunakan oleh penternak/peladang untuk kerja-kerja menggembala kambing/lembu.

Bagaimanapun kita tidak dibenarkan memiliki/membela anjing sebagai binatang peliharaan oleh sebab anjing bukanlah binatang yang begitu bersih. Kita sendiri sering melihat bagaimana anjing menjilat-jilat najisnya sendiri. Tentulah menjijikkan kalau kita kemudiannya melihat tuan punya anjing berkenaan mencium mulut anjing tersebut setelah berlakunya insiden berkenaan seolah-olah tidak ada apa-apa perkara yang berlaku. Fikirkanlah berapa banyak kuman yang mungkin bersembunyi di dalam mulut mereka (mulut anjing dan mulut pemelihara yang mencium anjing itu).

Nabi saw mengingatkan kita supaya tidak dicemari kotoran semacam itu apabila baginda memerintahkan supaya kita menghindari air liur anjing. Kalau ditakdirkan kita tersentuh juga dengan air liur anjing, maka kita dikehendaki menyamak tempat yang terkena air liur berkenaan dengan tujuh bilasan air dan basuhan yang pertama mestilah dengan pasir atau tanah. Juga, boleh menggunakan sabun anti bakteria sebagai ganti tanah atau pasir berkenaan.

Sebagai kesimpulan: Jangan bercita-cita dan berfikir-fikir untuk menjadikan anjing sebagai binatang peliharaan anda. Bagaimanapun , jika anda memang benar-benar memerlukan seekor anjing untuk tugas-tugas yang dinyatakan di atas, anda boleh berbuat demikian, tetapi anda mestilah pastikan dan segenap langkah mestilah diambil supaya tidak menyentuh air liurnya, dan anjing berkenaan seharusnya mempunyai tempat tinggal di tempat berasingan.

Isnin, Julai 13, 2009

Babi dalam Pelbagai Mazhab Fekah

Seperti yang diketahui oleh umat Islam, daging babi haram dimakan. Pengharamannya meliputi lemak, kulit, kuku, bulu dan seluruh juzuk badan yang dihubungkan dengan haiwan itu, sama ada yang mentah atau yang sudah dimasak, yang disembelih dengan cara syarii atau yang tidak disembelih, sama ada untuk kegunaan makanan atau peralatan seperti penyapu, kasut, tali pinggang dan lain-lain.

Beberapa ayat dalam al-Quran menyatakan dengan jelas hukum itu. Antaranya firman Allah yang bermaksud: Diharam atas kamu bangkai, darah dan daging babi (al-Maidah: 3) dan firman-Nya lagi yang bermaksud: Katakanlah wahai Muhammad: Aku tidak dapati dalam apa yang telah diwahyukan kepada-Ku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, melainkan benda itu bangkai, atau darah mengalir atau daging babi, kerana sesungguhnya ia adalah kotor (al-Anam: 145).

Ayat-ayat ini juga menyatakan babi sebagai najis yang bererti najis atau kotor. Justeru itu ulama dalam mazhab Syafie sepakat berpendapat haram diguna pakai semua barangan yang diperbuat daripada babi, sama ada bulunya, kulitnya atau juzuk-juzuknya, sama ada dalam bentuk barangan, peralatan atau lain-lain termasuklah membuat ubat bagi segala macam penyakit, kerana menurut mereka tiada ubat pada benda-benda najis. Pendapat ini menjadi pegangan kebanyakan umat Islam di Malaysia yang bermazhab Syafie.

Babi diharamkan Allah sejak lama dahulu, namun baru sahaja ilmu manusia mengetahui bahawa di dalam daging babi, darahnya dan usus-ususnya terdapat sejenis cacing yang sangat bahaya, iaitu cacing pita dan telur-telurnya yang keras.

Kini ada segolongan manusia yang berkata bahawa alat-alat pemasak moden telah melangkah maju dan membuat cacing-cacing itu tidak lagi menjadi sumber bahaya, kerana ia dapat dibasmikan dengan haba yang tinggi yang dapat disediakan oleh alat-alat pemasak yang moden itu, tetapi orang-orang ini lupa bahawa ilmu pengetahuan mereka kadang-kadang memerlukan beberapa abad lamanya untuk mengesahkan sesuatu penyakit.

Biarpun ulama fiqh sepakat tentang pengharaman makan daging babi, tetapi masih tidak sependapat dalam kegunaan-kegunaan lain. Memang dalam fikah Islam sukar didapati masalah yang disepakati serba-serbi, hingga pada semua cabang dan juzuk-juzuk kecilnya, kecuali ada sahaja perbezaan yang membabitkan hukum haram, halal dan sebagainya.

Persoalan babi antara yang hangat pernah dibincangkan ulama dalam mazhab-mazhab Islam sekitar penggunaan barangan yang diperbuat daripada babi.

Pertama: Imam Malik berpendapat daging babi haram dimakan tetapi badannya suci ketika hidupnya. Kedudukan hukumnya samalah dengan beberapa jenis haiwan yang haram dimakan dagingnya seperti harimau, gajah dan sebagainya.

Menurut beliau lagi, ayat-ayat al-Quran hanya menjelaskan babi haram dimakan dagingnya, tetapi tidak pula menyatakan najis. Imam Nawawi daripada mazhab Syafie juga mengakui, tidak ada dalil jelas menunjukkan babi itu najis.

Perkataan najis (kotor/najis/jijik) dalam surah al-Anam: ayat 145 yang merujuk kepada daging babi, tidak menunjukkan dengan jelas najis itu bersifat `aini atau najis yang tidak boleh disucikan lagi, kerana najis boleh dikatakan juga sebagai najis hukmi sahaja, seperti najis kafir musyrik yang disebut dalam firman-Nya yang bermaksud: Sesungguhnya orang kafir musyrikin itu najis (al-Taubah: ayat 28).

Tiada sesiapa pun kalangan ulama berpendapat kafir musyrik itu sebagai najis `aini, sebaliknya berpendapat hanya najis hukmi atau najis i'tiqad (kepercayaan) sahaja. Mengapa najis babi tidak boleh dianggap sebagai hukmi, dengan alasan dagingnya haram dimakan.

Ekoran mazhab Malik yang berpendapat babi itu suci, tidak timbul lagi hukum wajib membasuhnya tujuh kali seperti najis anjing, malah jarak antara dua mazhab Malik dan Syafie agak begitu jauh.

Dalam beberapa hal pula, saya berpendapat mazhab Malik ini memberi nafas lega kepada sesetengah orang yang tabiat pekerjaannya terpaksa bergelumang dengan babi pagi dan petang seperti doktor haiwan dan pelajar-pelajar yang mengikuti kursus doktor haiwan.

Kedua: Ulama memutuskan, apa jua haiwan yang mati tanpa sembelih, hukumnya najis kerana ia bangkai, tetapi semua bangkai kulitnya boleh disucikan melalui samak, kecuali kulit anjing dan babi menurut kebanyakan ulama termasuk Syafie.

Bagaimanapun Imam Abu Yusuf dan al-Zahiri berpendapat, kulit-kulit anjing dan babi juga boleh disucikan dengan samak, kerana hadis riwayat Muslim menyatakan: Apa jua kulit haiwan, suci apabila disamak (Muslim, bilangan 366).

Hadis ini menurutnya umum kepada semua kulit termasuk anjing dan babi. Merujuk kepada pendapat dua imam di atas, nyata segala barangan yang diperbuat daripada kulit anjing dan babi yang disamak boleh dipakai.

Ulama menyatakan lagi, bulu dan kuku yang dicabut atau dipotong daripada bangkai adalah bangkai, hukumnya turut najis seperti bangkai juga. Bagaimana pula jika bulu dipotong daripada haiwan yang masih hidup?

Jawabnya, suci jika haiwan itu suci dan najis jika haiwan itu najis. Ini bermakna, bulu babi yang dipotong daripada babi yang masih hidup adalah suci di sisi Imam Malik.

Ini bermakna, penyapu yang diperbuat daripada bulu babi yang dipotong ketika hidupnya adalah suci dan harus diguna pakai. Sesetengah ulama pula berpendapat, bulu yang dipotong daripada haiwan yang masih hidup juga najis kerana dikira bangkai juga. Sehubungan ini sebuah hadis riwayat al-Hakim yang bermaksud: Juzuk yang dipotong daripada haiwan yang hidup dianggap bangkai (Tirmiz, bilangan 1480).

Ketiga: Merujuk kepada hukum babi yang diambil sebagai ubat-ubatan. Ulama sepakat memutuskan bangkai semua haiwan adalah najis kalaupun menurut Imam Abu Yusuf dan al-Zahiri kulit bangkai termasuk bangkai babi boleh disucikan dengan samak, tetapi juzuk-juzuk babi yang bukan kulitnya tidak boleh disucikan dengan samak.

Atas dasar ini ulama lebih cenderung kepada pendapat mengharamkan ubat-ubatan yang dimasukkan bahan babi padanya, kerana benda-benda najis tidak boleh dijadikan ubat, kecuali dalam keadaan darurat yang memaksakan.

Syed Atiyyah Saqr pula lebih cenderung kepada pendapat mengharuskan kegunaan ubat-ubatan itu, jika ia merupakan suntikan dalam badan dan ternyata keberkesanannya kepada pesakit. Kita ikuti pendapat beliau, katanya: Jika ubat-ubatan itu berupa suntikan dalam badan, maka diharuskan, kerana dalam badan memang berkumpul najis-najis kencing dan tahi, ini tidak pernah ditimbulkan bagi maksud kesahihan solat dan ibadat. Lain halnya jika diguna pada bahagian luaran, tentunya najis itu menghalang kesahihan solat.

Saya lebih cenderung kepada pendapat ini kerana sejauh pengharaman babi dalam beberapa ayat al-Quran hanya untuk dimakan. Suntikan ubat ke dalam badan tidak dikatakan makan, lagipun penggunaan barangan yang diperbuat daripada kulit babi, tidak disepakati ulama pada pengharamannya.

Mungkin ada pendapat menyatakan najis babi tidak boleh dimasukkan dalam badan manusia Muslim yang selalu mengerjakan ibadat solat dan sebagainya.

Najis ini jika dibiar berkekalan dalam badan menjadikan seseorang itu terhalang daripada solat selama-lamanya.

Alasan ini telah dijawab oleh Syeikh Atiyyah Saqr seperti yang disebut sebelum ini, iaitu najis yang menghalang solat hanya najis di luar badan.

Adapun najis dalam badan tidak menghalang seseorang daripada solat dan ibadat, ini kerana dalam perut manusia dipenuhi najis darah, tahi dan kencing, sedang dia pada ketika itu bersolat, bertawaf dan beribadat. Tiada siapa pun mempertikaikan kesahihan ibadatnya.

Keempat: Ulama memutuskan, makanan yang dimasuki bahan-bahan najis haram dimakan. Gelatin atau jeli yang biasanya diproses di negara-negara bukan Islam, jika asalnya diperbuat daripada haiwan yang tidak disembelih atau babi, maka hukumnya najis dan tidak halal dimakan. Namun difahamkan bukan semua gelatin itu najis dan diperbuat daripada babi.

Kalau begitu halnya, perlulah dipastikan terlebih dahulu, sama ada ia benar diperbuat daripada babi atau haiwan yang disembelih dan haiwan yang harus dimakan.

Satu kaedah dalam menentukan halal haram makanan ialah dilihat pada pertukaran rupa dan benda, seperti arak yang kemudiannya bertukar rupanya menjadi cuka.

Menurut mazhab Syafie pertukaran rupa tidak mengubahkan hukum najis sesuatu benda, kecuali arak yang berubah menjadi cuka. Cuka ini bersih, sekalipun asalnya arak yang najis.

Imam Malik berpendapat, benda-benda najis yang bertukar kepada suatu rupa yang lain adalah suci, seperti najis babi yang dibakar kemudian bertukar menjadi debu hukumnya suci, sekalipun pertukaran itu dengan sendiri atau setelah diusahakan. Atas dasar ini, ramai berpendapat, gelatin itu suci dan boleh digunakan, sekalipun ditakdirkan asalnya babi atau bangkai yang tidak disembelih, kerana najis itu telah bertukar rupanya kepada rupa yang lain. Kedudukannya samalah dengan tulang bangkai yang dibakar menjadi debu. Tulang bangkai adalah bangkai, tetapi debu tulang setelah dibakar tidak lagi membawa hukum asalnya.

Saya lebih cenderung kepada pendapat ini, kerana hukum halal haram ditentukan mengikut namanya. Apabila tiada nama, maka tiada lagi hukum asalnya, tahi adalah tahi dan hukumnya adalah najis, tetapi apabila tahi menjadi tanah, maka hukumnya adalah tanah.

Dalam apa hal sekalipun, setiap makanan yang sampai kepada kita perlu diselidik halal haramnya terlebih dahulu, jika diragui kebersihannya, maka wajib ditinggalkan sahaja. Itulah pilihan yang terbaik.

Baginda bersabda: Sesiapa memelihara dirinya daripada perkara yang meragukan, maka sebenarnya ia menjaga kebersihan agama dan kehormatan dirinya. - (Muslim, bilangan 1599) Wabillah al-Hidayah Wa al-Tawfiq.

Sumber: http://www.jphpk.gov.my/

Jumaat, Julai 03, 2009

Dosa dan Kesalahan Menurut Al-Quran

Dua kalimat selalu berada di bibir segolongan orang Melayu, seolah itu sahaja perkataan diguna Allah untuk melarang sesuatu perbuatan. Sementara yang lain akan mencari kalimat-kalimat tersebut pada ayat-ayat, dan jika tidak ditemui maka perbuatan yang ingin dilakukan akan terus dilakukan. Itu mungkin kerana tidak menyedari perkataan-perkataan lain seperti pelanggaran, sumbang, atau kejahatan juga membawa larangan dengan pemberatan yang sama, atau lebih.

Kalimat-kalimat yang dimaksudkan ialah dosa dan haram. Mereka selalu dibebelkan hingga terdapat orang atau anak-anak berkata asyik dosa saja atau asyik haram saja untuk menggambarkan kehidupan yang disempitkan dengannya. Oleh itu, dosa dan haram yang dipercayai golongan tersebut disyaki ada mengandungi selain daripada yang benar.

Dosa dan haram adalah berpasangan menurut petunjuk al-Qur'an. Bilangan ayat mereka banyak, dan satu daripada kalimat tersebut diterjemah daripada kata asal yang berlainan pula. Demikian itu adalah lazim kerana bahasa asal Kitab didapati kaya dalam perbendaharaan kata.

Perbincangan mengenai dua kalimat tersebut bermula dengan dosa. Ayat-ayat yang mengandunginya adalah jelas, jenis muhkamat, untuk menjadi mudah difahamkan serta diikuti. Ayat pertama diutarakan di sini berbunyi,

"Hanyalah benda-benda ini yang Dia mengharamkan kamu: bangkai, dan darah, dan daging babi, dan apa-apa yang disucikan kepada selain Allah. Namun begitu, sesiapa yang terpaksa, dengan tidak menginginkan, dan tidak menderhakai, maka tidaklah berdosa kepadanya; sesungguhnya Allah Pengampun, Pengasih." (2:173)

Mesej yang sama didapati diulang lagi, di dalam ayat 5:3 dan 16:115. Itu menunjukkan larangan menjadi berat, walaupun terdapat keringanan di dalamnya. Justeru benda-benda yang berdosa apabila dimakan ialah:

  • bangkai

  • darah

  • daging babi, dan

  • apa-apa yang disucikan kepada selain Allah.

Antara mereka, babi dipilih untuk dilanjutkan perbincangan, kerana telah mengejutkan dunia dengan suatu penyakit daripadanya seminggu lalu. Berbilion manusia memakannya dengan memikirkan ia tidak mendatangkan keburukan, walaupun kitab-kitab agama utama di dunia melarangnya, termasuk kitab Bible. Sedikit masa dahulu haiwan tersebut menggemparkan dengan serangan JE , hari ini Swine Flu, dan esok, entah apa pulak, tapi yang pasti manusia akan dibiarkan senang dalam kelampauan batas mereka.

Dosa-dosa lain yang dilakukan oleh manusia, seperti disebut di dalam ayat-ayat al-Qur'an yang mengandungi perkataan dan kata akar yang sama, disenaraikan di bawah dengan ayat-ayatnya diringkaskan:

  • menukar kandungan wasiat orang lain (2:181)

  • makan harta sesama sendiri dengan cara palsu (2:188)

  • tidak takut kepada Allah (2:206)

  • berdegil dalam ketidakpercayaan (2:276)

  • mengkhianati diri sendiri (4:107)

  • menyembunyikan kesaksian Allah (5:106)
     

  • berdusta (24:11)

  • menyeru tuhan lain bersama Allah, membunuh jiwa yang Allah mengharamkan, dan berzina (25:68)

  • menyamar (26:222)

  • sebahagian sangkaan adalah dosa. (49:12)

  • menghalang kebaikan, melampaui batas (68:12) dan,

  • mendustakan Hari Pengadilan (83:12)

Daripada akar lain pula, bilangan contoh perbuatan dosa yang terdapat di dalam ayat-ayatnya didapati lebih sedikit daripada yang pertama. Sebutan contoh dimulakan dengan ayat-ayat berikut:

"Dan apabila orang-orang yang mempercayai ayat-ayat Kami datang kepada kamu, katakanlah, 'Salamun alaikum (Kesejahteraan ke atas kamu).' Pemelihara kamu menuliskan (menetapkan) untuk diri-Nya pengasihan, bahawa sesiapa antara kamu membuat kejahatan dalam kejahilan, dan sesudah itu bertaubat, dan membetulkan, maka sesungguhnya Dia Pengampun, Pengasih.
Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat, supaya jalan orang-orang yang berdosa menjadi nyata." (6:54-55)

Kata kunci yang dipilih ialah Salamun alaikum, kejahatan, dan jalan orang berdosa. Sekiranya diterima pendapat yang mengatakan kata-kata kunci itu berhubungan antara satu sama lain maka memberi salam, jika tidak diamalkan, menjadi suatu tanda bagi kejahatan dan dosa. Ayat terakhir menyatakan bahawa ayat-ayat adalah jelas dan nyata, atau bermaksud tidak memerlukan lagi sebarang penjelasan. Maka ia boleh dikatakan dosa dan dimasukkan ke dalam senarai kedua seperti di bawah:

  • tidak memberi salam (6:54-55)

Dosa-dosa lain yang disebut di dalam ayat-ayat mengandungi kata yang sama didapati agak banyak. Mereka disenaraikan dalam senarai kedua, dan seperti senarai lain, ia disusun menurut kronologi ayat, seperti berikut:

  • membuat tipu daya terhadap ayat-ayat Allah (6:123)

  • memperdayakan ayat-ayat Allah (6:124)

  • mendustakan ayat-ayat Allah, dan menyombongkan diri terhadapnya (7:40)

  • membenci ayat-ayat-Nya (8:8)

  • tidak percaya setelah keimanan kamu (9:66)

  • mengada-adakan dusta terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya (10:17)

  • mengada-adakan dalam agama (11:35)

  • berpaling daripada ayat-ayat-Nya (11:52)
     

  • membuat kezaliman mengikuti kesenangan yang mereka diberi untuk bersukaria (11:116)

  • memperolok-olokkan rasul dan tidak mempercayainya (15:11-13).

  • mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang tidak dipedulikan (25:30)

  • tidak mempercayai setelah ayat-ayat dibacakan (26:199)

  • tidak membuat kerja-kerja kebaikan (32:12)

  • diperingatkan dengan ayat-ayat Pemelihara kemudian berpaling daripadanya (32:22)

  • menyombongkan diri setelah ayat-ayat dibacakan, kerana tidak percaya (45:31) dan,

  • mendustakan Jahanam, iaitu seperti dijelaskan Allah (55:43).

Kebanyakan daripada dosa di atas terbit daripada sikap negatif terhadap ayat-ayat Allah. Dicelahnya pula terdapat dosa akibat mengada-adakan sesuatu dalam agama, misalan, mengada-adakan hukum, yang tidak diizinkan Allah.

Dosa yang nyata

Daripada grup yang pertama tadi (dan tidak disebut di dalam yang kedua) terdapat satu kategori dosa, dipanggil dosa yang nyata. Senarai perbuatannya tidak panjang, seperti di bawah ini:

  • mengambil balik, dengan cara umpat, apa yang telah diberi kepada isteri semasa bercerai (4:20)

  • mengada-adakan dusta terhadap Allah (4:50)

  • membalingkan pelanggaran atau dosa yang dibuat kepada orang yang tidak bersalah (4:112) dan,

  • menyakiti orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, tanpa apa yang mereka mengusahakan (33:58)

Ayat atau dosa ketiga yang dicatat di atas menyamakan dosa dengan pelanggaran, iaitu satu lagi perkataan yang diguna di dalam al-Qur'an untuk menyatakan larangan. Beberapa contoh pelanggaran adalah:

  • melanggar tanda-tanda Allah, bulan-bulan haram, kegiatan dalam Haji termasuk larangan memburu binatang buruan (5:2)

  • melanggar perjanjian dibuat sesama sendiri (8:56)

  • melanggar perjanjian Allah (13:20), perjanjian Allah ditepati (16:91)

  • melanggar sumpah-sumpah yang Allah dijadikan penjamin (16:91)

Dan yang terakhir ialah beberapa pelanggaran yang menyebabkan kaum Nuh ditenggelamkan. Pelanggaran-pelanggaran tersebut adalah:

  • menentang Nuh, dan mengikuti orang berharta dan anak-anak yang merugikan

  • membuat tipu daya dengan tipu daya yang besar, dan

  • mentaati tuhan-tuhan lain, atau idola-idola bernama Wadd, Suwaa, Yaghut, Yakuq, dan Nasr (71:21-25).

Mungkin nama-nama itu merupakan nama imam-imam mereka yang ditaati, disanjung, dan dipuja. Mungkin sahaja!

Dosa besar

Satu lagi kategori bagi dosa ialah dosa besar. Ayat-ayat yang menyebutnya tidak banyak, antaranya mengandungi perbuatan-perbuatan:

Minum arak dan berjudi sama berat dengan menyekutukan Allah. Perbuatan menyekutukan Allah tidak disalahfahamkan dengan menghadkan kepada menyembah selain Allah sahaja, bahkan turut bermaksud mengikuti petunjuk selain daripada petunju-Nya jua. Sila rujuk Al-Qur'an dan Sekutu Allah dan Tuhan Lain. Terima kasih.

Dosa besar disebut bersama perbuatan sumbang, untuk menunjukkan pertalian rapat. Ayat yang menyebutnya berbunyi,

"Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan kesumbangan, kecuali kesalahan kecil - sesungguhnya Pemelihara kamu luas dalam keampunan-Nya. Dia sangat mengetahui mengenai kamu apabila Dia menumbuhkan kamu dari bumi, dan apabila kamu belum dilahirkan di dalam rahim ibu-ibu kamu; maka janganlah menganggap diri kamu suci; Dia sangat mengetahui siapa yang bertakwa." (53:32)

Daripada al-Qur'an didapati perbuatan-perbuatan yang dikatakan sumbang berkait dengan keinginan seks yang bersalah, misalan empat di bawah ini:

  • lesbian (4:15),

  • homosekual (4:16); homoseksual kaum Lut (7:80, 27:54 dan 29:28),

  • mengahwini perempuan-perempuan yang bapa-bapa telah mengahwini (4:22) dan

  • zina (17:32) - tadi ia dikatakan berdosa (25:68).

Sebarang kesumbangan, yang nampak atau yang tersembunyi, adalah haram hukumnya, bersama beberapa perbuatan lain yang ditentukan di dalam ayat-ayat bermaksud,

"Katakanlah, 'Marilah, aku akan membacakan apa yang Pemelihara kamu mengharamkan kamu: bahawa kamu tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, dan berbuat baik kepada ibu bapa, dan tidak membunuh anak-anak kamu kerana kemiskinan; Kami memberi rezeki kepada kamu, dan kepada mereka; dan bahawa kamu tidak mendekati sebarang kesumbangan, yang nampak atau yang tersembunyi, dan bahawa kamu tidak membunuh jiwa yang Allah mengharamkan, kecuali dengan patut. Itulah yang Dia mewasiatkan kamu dengannya, supaya kamu faham." (6:151)

"Katakanlah, 'Pemeliharaku hanya mengharamkan kesumbangan yang nampak dan yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, dan keangkuhan tanpa patut, dan kamu menyekutukan Allah dengan apa yang Dia tidak menurunkan kuasa, dan kamu mengatakan mengenai Allah apa yang kamu tidak tahu.'" (7:33)

Dosa besar terakhir di sini dipetik daripada ayat yang mengandungi kalimat lain, iaitu kaba'ir. Kalimat tersebut turut diterjemah kepada dosa besar. Amalannya disebut di dalam dua ayat sebelum. Kesemua ayat berbunyi,

"Wahai orang-orang yang percaya, janganlah kamu makan harta-harta sesama kamu dengan cara palsu, kecuali dalam perdagangan, dengan persetujuan bersama antara kamu, dan jangan membunuh diri-diri kamu (sesama sendiri). Sesungguhnya Allah adalah pengasih kepada kamu.
Tetapi sesiapa berbuat yang demikian itu dalam permusuhan, dan kezaliman, dialah yang Kami pasti akan memanggangkan di Api, dan itu bagi Allah adalah mudah.
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang kamu dilarang daripadanya, Kami akan melepaskan kamu daripada kejahatan-kejahatan kamu, dan Kami memasukkan kamu melalui pintu yang mulia." (4:29-31)

Daripada ayat-ayat itu, perbuatan-perbuatan yang disifatkan juga sebagai dosa besar adalah:

  • makan harta sesama sendiri dengan cara palsu, dan

  • membunuh sesama sendiri

Di situ juga dosa besar dikaitkan dengan perbuatan jahat. Lantaran, al-Qur'an diselak lagi untuk mencari contoh-contoh kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Hasilnya diringkaskan begini:

  • menulis kitab dan mengatakan ia daripada Allah, dan berkata neraka adalah tempat sementara (2:79-81)

  • homoseksual kaum Lut (11:78); tadi disebut sebagai sumbang

  • menyekutukan Allah, menyembah selain daripada-Nya, dan mengharamkan selain daripada perintah-Nya (16:34-35)

  • menyeru tuhan selain Allah, membunuh orang, dan berzina (25:68-70); tadi zina dihukum berdosa dan sumbang

  • zalim (39:48 dan 51) dan,

  • tidak percaya kepada ayat-ayat Allah, dan Saat (45:31-33)

Sedikit mengenai zina, yang dikategorikan berdosa, sumbang dan jahat. Di sini ia dicangkungkan bersama kejahatan menyeru tuhan selain Allah, dan membunuh orang. Itu menjadikannya amat berat.

Hati berdosa

Hati pun boleh berdosa menurut sebuah ayat. Ayat lain pula menyatakan bahawa orang yang berdosa hanya mengusahakan bagi dirinya sendiri, dan dia, yang berdosa, tidak seharusnya ditaati oleh orang lain. Firman-firman-Nya yang bercangkuk adalah:

"Dan jika kamu dalam perjalanan, dan kamu tidak mendapati seorang penulis (bagi kontrak secara hutang), maka adakanlah satu cagaran yang dipegang. Tetapi jika sebahagian kamu mempercayai sebahagian yang lain, hendaklah orang yang dipercayai menunaikan amanatnya, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Pemeliharanya. Dan jangan menyembunyikan kesaksian, dan sesiapa menyembunyikannya, maka hatinya berdosa; dan Allah mengetahui apa yang kamu buat. (2:283)

"Dan sesiapa mengusahakan dosa, hanyalah dia mengusahakan bagi dirinya sendiri; dan Allah adalah Mengetahui, Bijaksana." (4:111)

"Maka bersabarlah kamu atas putusan Pemelihara kamu, dan janganlah mentaati seorang pun antara mereka, yang berdosa atau yang tidak percaya." (76:24)

Dan sebuah firman berupa nasihat berbunyi, "Tinggalkanlah dosa yang nampak, dan yang tersembunyi; sesungguhnya orang-orang yang mengusahakan dosa akan dibalas dengan apa yang mereka memperolehkan" (6:120). Ia turut menandakan sudah sampai di hujung perbincangan mengenai dosa di sini.

Haram

Seiring sejalan dengan dosa ialah haram, yang selalu disebut, tetapi kebanyakannya disebut dengan tanpa petunjuk daripada Allah. Lalu terdapat yang tidak haram dijadikan haram, atau yang baik dijadikan buruk, untuk menunjukkan ketiadaan sebab yang munasabah. Sebab yang diberi-Nya pula, atas pengharaman sesuatu, ialah kerana sesuatu itu buruk. Firman-Nya,

"Orang-orang yang mengikuti rasul, Nabi yang ummiy, yang mereka mendapati tertulis dengan mereka di dalam Taurat dan Injil, yang menyuruh mereka pada yang baik, dan melarang mereka daripada kemungkaran, dan menghalalkan bagi mereka benda-benda yang baik, dan mengharamkan mereka yang buruk-buruk, dan membebaskan mereka daripada beban-beban mereka, dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang percaya kepadanya, dan meneguhkannya, dan menolongnya, dan mengikuti cahaya yang diturunkan bersamanya; merekalah orang-orang yang beruntung." (7:157)

Senarai segala yang dihukum haram, dalam agama Allah, didapati tidak begitu panjang. Ia dimulakan di sini dengan menyebut ayat yang menyentuh hal makanan. Ayat tersebut membawa larangan memakan empat benda, dan ia berbunyi,

"Hanyalah benda-benda ini yang Dia mengharamkan kamu: bangkai, dan darah, dan daging babi, dan apa-apa yang disucikan kepada selain Allah. Namun begitu, sesiapa yang terpaksa, dengan tidak menginginkan, dan tidak menderhakai, maka tidaklah berdosa kepadanya; sesungguhnya Allah Pengampun, Pengasih." (2:173)

Mesej yang sama dapat dibaca seterusnya daripada dua ayat lain, 5:3 dan 16:115, supaya senang diingati. Oleh itu, benda-benda yang haram dimakan adalah hanya (dicatat lagi):

  • bangkai

  • darah

  • daging babi

  • apa-apa yang disucikan kepada selain Allah

Kecuali terpaksa. Untuk menjadi sejelas-jelasnya, Allah merakamkan di dalam al-Qur'an sebuah sabda Nabi (yang diimani dewasa ini) atas perkara yang sama, pada ayat 6:145, bermaksud,

"Aku (Muhammad) tidak mendapati, dalam apa yang diwahyukan kepadaku, tiada yang diharamkan untuk dimakan kepada orang yang memakan daripada itu, kecuali ia bangkai, atau darah yang tercurah, atau daging babi - itu adalah kotoran - atau kefasiqan yang disucikan kepada selain daripada Allah; namun begitu, sesiapa yang terpaksa dengan tidak menginginkan, dan tidak juga menderhakai, sesungguhnya Pemelihara kamu Pengampun, Pengasih."

Pun begitu, menurut Allah, ramai didapati mencabuli hukum makanan-Nya, untuk menyesatkan orang lain dengan keinginan mereka, tanpa sebarang pengetahuan (daripada Kitab al-Qur'an). Firman-Nya lagi,

"Mengapakah dengan kamu, bahawa kamu tidak makan daripada apa yang padanya diingatkan nama Allah, padahal Dia telah menjelaskan kepada kamu apa yang Dia mengharamkan kamu, kecuali kamu terpaksa padanya? Tetapi, sesungguhnya ramai orang menyesatkan dengan keinginan mereka tanpa sebarang pengetahuan; Pemelihara kamu, Dia sangat mengetahui orang-orang yang mencabul." (6:119)

Selain makanan terdapat beberapa lagi perbuatan yang disifatkan sebagai haram. Antara ayat-ayat yang menunjuk kepada perbuatan itu disenaraikan di sini, juga dengan ringkas sahaja, seperti berikut:

  • riba (2:275),

  • haram dikahwini atas seseorang - ibu, anak perempuan, saudara perempuan, ibu saudara, anak saudara, ibu yang menyusukan, saudara yang sesusuan, ibu isteri, anak tiri, isteri anak, dan dua perempuan adik-beradik (4:23)

  • binatang buruan darat semasa Haji (5:96),

  • menyekutukan sesuatu dengan-Nya, tidak berbuat baik kepada ibu bapa, membunuh anak kerana kemiskinan, mendekati sebarang kesumbangan, yang nampak atau yang tersembunyi, dan tidak membunuh jiwa yang Allah mengharamkan, kecuali dengan patut (6:151), dan
     

  • kesumbangan yang nampak dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, keangkuhan tanpa patut, menyekutukan Allah dengan apa yang Dia tidak menurunkan kuasa, dan mengatakan mengenai Allah apa yang kamu tidak tahu." (7:33),

  • mengatakan halal haram sewenang-wenangnya, adalah juga berdusta terhadap Allah (16:116),

  • membunuh orang kecuali dengan patut (17:33 dan 68), dan

  • penzina haram dikahwini orang mukmin (24:3).

Tidak ketinggalan disebut di dalam al-Qur'an ialah suatu nasihat menyentuh pengharaman benda-benda baik yang dihalalkan. Nasihat tersebut bermaksud,

"Wahai orang-orang yang percaya, janganlah mengharamkan benda-benda yang baik yang Allah menghalalkan bagi kamu, dan jangan mencabul; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang mencabul." (5:87)

Maka orang-orang yang percaya kepada-Nya tidak mencabul dengan mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya. Sementara orang-orang yang mengharamkan apa yang tidak diharamkan disamakan pula dengan perbuatan mendustakan ayat-ayat-Nya, tidak mempercayai akhirat, dan menyetarakan Pemelihara mereka (6:150). Mereka juga dikatakan orang-orang yang mempersekutukan Allah, dan jahat (6:148 dan 16:35).

Selain makanan yang segolongan manusia sewenang-wenang menetapkan hukum halal-haram, terdapat dua lagi keperluan manusia yang ke atasnya dilakukan dengan serupa. Mereka adalah perhiasan dan rezeki. Bebelan halal dan haram mengenai mereka juga kerap didengar, mungkin kerana tidak menyedari tentang kewujudan ayat-ayat yang melarang sesuatu perhiasan atau rezeki diharamkan dengan sesuka hati, berbunyi,

"Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan Allah yang Dia mengeluarkan untuk hamba-hamba-Nya, dan benda-benda yang baik daripada rezeki-Nya?'" (7:32)

"Katakanlah, 'Adakah kamu memikirkan rezeki yang Allah menurunkan untuk kamu, dan kamu membuat sebahagiannya haram, dan sebahagiannya halal?' Katakanlah, 'Adakah Allah memberi izin kepada kamu, atau kamu mengada-adakan terhadap Allah?'" (10:59)

Izin daripada Allah diperlukan untuk mengharamkan sesuatu. Untuk mendapatkannya pula, al-Qur'an harus dirujuk, bukan kitab lain, supaya tidak terjerumus ke dalam lopak mengada-adakan sesuatu terhadap Allah, kerana Islam adalah agama-Nya. Jika itu dibuat maka bibir-bibir yang pantas mengeluarkan kata dosa dan haram dapat ditutup, lalu pendengaran masyarakat tidak lagi dicemari oleh suara orang jahat yang keluar melaluinya.

Sumber: http://www.e-bacaan.com/

Khamis, Julai 02, 2009

Pahala Membaca Al-Quran

Allah S.W.T. Yang Maha Pemurah memberi pahala yang amat besar kepada orang yang membaca Al-Quran, tiap-tiap satu huruf ada pahalanya dan tiap-tiap satu ayat pun ada ditentukan pahalanya yang tidak sama antara satu dengan yang lain.

Pahala tiap-tiap huruf Al-Quran dijelaskan dalam sebuah Hadis dari Ibnu Masud r.a dari Rasulullah s.a.w:

Daripada Ibnu Masud r.a telah berkata bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda:

"Barangsiapa membaca satu huruf daripada Kitabullah maka baginya satu kebajikan dan setiap kebajikan sepuluh kali gandanya. Aku tidak mengatakan Alif Laam Miim satu huruf tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf."

Mengenai pahala tiap-tiap ayat telah disebut dalam beberapa hadis antaranya yang diriwayatkan daripada Abi Hurairah r.a telah bersabda Rasulullah s.a.w:

"Sesiapa yang membaca Al-Quran sepuluh ayat dalam satu malam tidak dimasukkan ke dalam golongan yang lalai."

Sesiapa yang memelihara sembahyang fardu tidak termasuk dalam golongan yang lalai dan sesiapa yang membaca 100 ayat pada satu malam dimasukkan ke dalam golongan yang taat.

Barangsiapa yang mendengarkan satu ayat daripada Al-Quran ditulis baginya satu kebajikan yang berlipat kali ganda dan barang siapa yang membacanya adalah baginya cahaya pada hari Qiamat.

Adapun pahala membaca surah-surah banyak diriwayatkan dalam hadis-hadis Rasulullah s.a.w antaranya:

"Sesiapa yang mambaca surah Yasin dipermulaan hari, segala hajatnya bagi hari itu dipenuhi."

Sesiapa yang membaca surah al-Waqiah pada tiap-tiap malam kebuluran/kepapaan tidak akan menima dirinya.

Selain daripada pahala yang disebut sebelum ini, pahala membaca dalam solat dan pahala membaca dengan berwuduk lebihbesar ganjarannya daripada tidak berwuduk. Berpandukan Hadis Rasulullah s.a.w yang panjang dapat disimpulkan seperti berikut:

1. Pahala membaca Al-Quran dalam solat bagi tiap-tiap satu huruf seratus kebajikan.

2. Pahala membaca dengan berwuduk di luar solat bagi tiap-tiap satu huruf sepuluh kebajikan.

KELEBIHAN MEMBACA AL-QURAN

Orang yang selalu membaca Al-Quran semata-mata kerana Allah diberi kelebihan yang tinggi dan berbeza semasa mereka masih hidup ataupun sesudah berada di akhirat di samping kemuliaan yang dikurniakan kepada orang yang membaca Al-Quran kelebihan melimpah juga kepada kedua ibubapanya.

Hadis dari Rasulullah s.a.w yang berbunyi:

"Sesiapa yang membaca Al-Quran dan beramal dengan apa yang terkandung di dalamnya, ibubapanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat yang sinarannya akan melebihi daripada cahaya matahari jika matahari itu berada di dalam rumah-rumahnya di dunia ini. Jadi bayangkanlah bagaimana pula orang yang dirinya sendiri mengamalkan dengannya."

Al-Quran juga dapat memberi syafaat (pertolongan) yang paling tinggi di sisi Allah S.W.T di hari qiamat. Ini berpandukan kepada Hadis Rasulullah s.a.w yang berbunyi:

"Tidak ada syafaat yang paling tinggi melainkan Al-Quran yang bukan Nabi dan bukan malaikat dan sebagainya."

Hadis lain daripada Othman Ibnu Affan r.a dari Rasulullah s.a.w yang berbunyi:

"Sebaik-baik kamu yang mempelajari Al-Quran dan mengajarnya kepada orang lain."

KERUGIAN MEREKA YANG TIDAK MEMBACA AL-QURAN

Dalam hadis Rasulullah s.a.w baginda ada menyebut tentang orang yang tidak ada langsung membaca Al-Quran dan rongga mulutnya kosong dengan ayat-ayat Al-Quran seperti rumah yang kosong dari penghuni.

Hadis dari Rasulullah s.a.w berbunyi:

"Sesungguhnya orang yang tidak ada pada rongganya sedikitpun daripada Al-Quran seperti rumah yang ditinggalkan kosong."

ADAB MEMBACA AL-QURAN

Seseorang yang membaca Al-Quran seolah-olah ia berada di sisi Allah S.W.T dan bermunajat kepadaNya maka hendaklah menjaga adab-adab yang tertentu yang layak di sisi tuhan Yang Maha Agong lagi Maha Mulia. Ulamak-ulamak muktabar telah menggariskan beberapa adab sebagai panduan sepeti berikut:

1. Hendaklah sentiasa suci pada zahir dan batin kerana membaca Al-Quran adalah zikir yang paling afdal (utama) dari segala zikir yang lain.

2. Hendaklah membaca di tempat yang suci dan bersih yang layak dengan kebesaran Yang Maha Agong dan ketinggian Al-Quranul Karim. Para Ulamak berpendapat sunat membaca Al-Quran di Masjid iaitu tempat yang bersih dan mulia di samping dapat menambah kelebihan pahala-pahala iktiqaf.

3. Hendaklah memakai pakaian yang bersih, cantik dan kemas.

4. Hendaklah bersugi dan membersihkan mulut. Melalui mulut tempat mengeluarkan suara menyebut ayat Al-Quran. Hadis Rasulullah s.a.w berbunyi:

Sesungguhnya mulut-mulut kamu adalah merupakan jalan-jalan lalunya Al-Quran maka peliharalah dengan bersugi.

Berkata Yazid bin Abdul Mallek:

"Sesungguhnya mulut-mulut kamu adalah merupakan jalan-jalan lalunya Al-Quran maka peliharalah dengan bersugi."

5. Hendaklah melahirkan di dalam ingatan bahawa apabila membaca Al-Quran seolah-olah berhadapan dengan Allah dan bacalah dalam keadaan seolah-olah melihat Allah S.W.T. Walaupun kita tidak dapat melihat Allah sesungguhnya Allah tetap melihat kita.

6. Hendaklah menjauhkan diri dari ketawa dan bercakap kosong ketika membaca Al-Quran.

7. Jangan bergurau dan bermain-main ketika sedang membaca Al-Quran.

8. Hendaklah berada dalam keadaan tenang dan duduk penuh tertib. Jika membaca dalam keadaan berdiri hendaklah atas sebab yang tidak dapat dielakkan adalah harus.

9. Setiap kali memulakan bacaan lebih dahulu hendaklah membaca Istiazah: (A'uzubillahiminasy-syaitannirrajim).

Kerana memohon perlindungan dari Allah dari syaitan yang kena rejam.

10. Kemudian diikuti dengan membaca basmallah: (Bismillahirrahmanirrahim).

Hendaklah membaca Bismillah itu pada tiap-tiap awal surah kecuali pada surah At-Taubah.

11. Hendaklah diulang kembali membaca Istiazah apabila terputus bacaan di luar daripada Al-Quran.

12. Hendaklah membaca dengan Tartil (memelihara hukum Tajwid). Secara tidak langsung menambah lagi minat kepada penghayatan ayat-ayat yang dibawa dan melahirkan kesan yang mendalam di dalam jiwa.

Firman Allah S.W.T:

Kami membaca Al-Quran itu dengan tartil.(Surah Al-Furqan: 32)

Hendaklah kamu membaca Al-Quran dengan tartil.(Surah Al-Muzammmil: 4)

Pengertian Tartil pada bahasa:

Memperkatakan sesuatu perkara itu dengan tersusun dan dapat difahami serta tanpa gopoh-gopoh.

Menurut Istilah Tajwid ialah membaca Al-Quran dalam tenang dan dapat melahirkan sebutan huruf dengan baik serta meletakkan bunyi setiap huruf tepat pada tempat-tempatnya.

Saidina Ali k.w berkata:

Pengertian tartil ialah mentajwidkan akan huruf-huruf Al-Quran dan mengetahui wakaf-wakafnya.

13. Hendaklah berusaha memahami ayat-ayat yang dibaca sehingga dapat mengetahui tujuan Al-Quran diturunkan oleh Allah S.W.T.

Allah S.W.T. berfirman:

Inilah Al-Quran yang memimpin jalan yang lurus. (Surah Al-Israi’: 9)

Firman Allah S.W.T.:

Kami turunkan Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang mukminin.(Surah Al-Isra’: 82)

Firman Allah S.W.T. lagi:

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan penuh barakah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Surah Sad: 29)

14. Hendaklah menjaga hak tiap-tiap huruf sehingga jelas sebutannya kerana tiap-tiap satu huruf mengandungi sepuluh kebajikan. Hadis dari Rasulullah s.a.w berbunyi:

Diriwayatkan dari Tirmizi dari Abdullah bin Masud daripada Rasulullah s.a.w telah bersabda sesiapa yang membaca satu huruf daripada Kitabullah (Al-Quran) maka baginya satu kebajikan dan setiap kebajikan sepuluh kali gandanya. Aku tidak mengatakan Alif Laam Miim satu huruf tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.

15. Hendaklah membaca al-Quran mengikut tertib Mashaf. Dilarang membaca dengan cara yang tidak mengikut susunan kecuali diceraikan surah-surah dengan tujuan mengajar kanak-kanak adalah diharuskan.

16. Hendaklah berhenti mambaca apabila terasa mengantuk dan menguap kerana seseorang yang sedang membaca Al-Quran ia bermunajat kepada Allah dan apabila menguap akan terhalang munajat itu kerana perbuatan menguap adalah dari syaitan.

Berkata Mujahid:

Apabila kamu menguap ketika membaca Al-Quran maka berhentilah dari membaca sebagai menghormati Al-Quran sehingga selesai menguap.

17. Hendaklah meletakkan Al-Quran di riba atau di tempat yang tinggi dan jangan sekali-kali meletakkannya di lantai atau di tempat yang rendah. Sabda Rasulullah s.a.w berbunyi:

Ubaidah Mulaiki r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w bersabda:

“Wahai kaum ahli-ahli Al-Quran jangan gunakan Al-Quran sebagai bantal tetapi hendaklah kamu membacanya dengan teratur siang dan malam.”

18. Hendaklah memperelokkan bacaan dan menghiaskannya dengan suara yang baik.

Sabda Nabi s.a.w dalam sebuah hadis:

Telah bersabda Nabi Muhammad saw, hiasilah Al-Quran dengan suara-suara kamu.

19. Setiap bacaan hendaklah disudahi dengan membaca:

(Sadaqallahul’azim).

20. Disunatkan berpuasa di hari khatam Al-Quran dan diikuti dengan mengumpul ahli keluarga dan sahabat handai bersama-sama di dalam hari khatam Al-Quran. Dalam sebuah hadis ada menjelaskan kelebihan orang yang telah khatam Al-Quran menerusi sebuah hadis yang berbunyi:

Telah bersabda Nabi Muhammad s.a.w, sesiapa yang telah khatam Al-Quran baginya doa yang dimakbulkan.

Quran Reciter + Translation in 24 Languages


Download
Password: www.warezrocker.net

Flash Quran


Rabu, Julai 01, 2009

Sai Baba



Pada hari ini, ramai pembaca-pembaca sudah kenal dengan khabar berita Sai Baba yang dikatakan jelmaan Dajjal. Beberapa pembaca dan pengembara tanpa segan silu telah membenarkan kata masing-masing tanpa merujuk dahulu hadith-hadith sahih dan situasi masa kini. Oleh itu, tidak hairanlah bahawa Sai Baba yang terdapat hanya 30 peratus ciri-ciri fizikal Dajjal telah dianggap sebagai Dajjal.

Siapakah Sai Baba?

Sebelum melangkah lebih jauh, kita lihat dahulu siapakah sebenarnya Sai Baba. Nama sebenar beliau ialah Sathyanarayana Raju telah dilahirkan pada 23 November 1927. Sai Baba berasal dari Selatan India, sebuah kampung yang bernama Puttaparthi yang terletak dalam daerah Anantapur. Semenjak kecil lagi beliau dilihat sebagai budak yang keramat dan amat alim dalam agamanya.

Keajaiban Sai Baba dikatakan bermula sebelum ibunya mengandungkannya. Menurut cerita, sebelum mengandungkannya ibunya telah bermimpi melihat tuhan Hindu yang bernama Sathyanarayana. Easwarrama memberitahu suaminya telah dia telah mengandung selepas bermimpi melihat tuhan. Dia (ibu Sai Baba) juga mendakwa semasa mimpikan Tuhannya, dia telah melihat suatu cahaya biru datang ke arahnya dan bersatu dengan badannya. Maka disebabkan itu, dia menyimpulkan bahawa itu adalah roh pemberian tuhan Hindu ke dalam kandungannya. Selepas kelahirannya juga, orang-orang kampug mendakwa telah melihat beberapa ekor ular tedung (binatang suci orang Hindu) berkeliaran di luar rumah Sai Baba.

Ciri-Ciri Persamaan Sai Baba Dengan Dajjal

* Berambut kerinting
* Berbadan besar
* Berupaya menghidupkan yang mati.(Sai Baba tak berjaya menghidupkan semula adik bongsunya yang mati pada 18 Oktober 2003)

Ciri-Ciri Yang Tiada Pada Sai Baba Tetapi Ada Dalam Hadith

* Ibunya berbadan besar dan rendah manakala bapanya tinggi lampai dan hidung seperti paruh burung.
* Kulit mukanya putih kemerah-merahan.
* Berketurunan Yahudi
* Berasal dari suatu tempat antara Syam dan Iraq
* Hanya mata sebelah kiri yang dapat melihat, mata sebelah kanan buta dan agak terhapus termasuk wajah sebelah kanan.
* Memaksa orang awam mengakuinya sebagai tuhan sedangkan Sai Baba tidak menyatakan hal demekian cuma orang ramai yang beranggapan ia berkuasa sperti tuhan. Namun begitu, tiada orang Hindu yang anggap ia tuhan.

Penafian Bahawa Sai Baba adalah Dajjal

Penafian bahawa Sai Baba bukan Dajjal dapat dilihat pada ibu bapa dan keturunannya sendiri. Ibu bapa Sai Baba tidak kelihatan seperti dalam gambaran hadith malah bukan pula berketurunan Yahudi. Ibu bapa Dajjal yang sebenar telah pun mati sejak sebelum kelahiran Nabi Musa lagi. Selain itu, Sai Baba juga kelihatan semakin tua dan tidak bermaya walaupun ia mendakwa mempunyai kuasa seperti tuhan.

Masyarakat Hindu mungkin mempercayainya sebagai anak tuhan namun ada seorang ahli silap mata terkenal India iaitu Basava Premanand mendakwa Sai Baba menipu dalam ajarannya. Premanand juga memberitahu beliau telah lama mengkaji dan memerhati tindak tanduk Sai Baba sejak tahun 1968 lagi. Laporan berkenaan dakwaan Premanand ini telah dihuraikan panjang lebar dalam majalah “Indian Today” yang diterbitkan pada Disember tahun 2000.

Seperkara yang paling tidak menampakkan ciri-ciri Dajjal ialah Sai Baba tidak berdakwah kepada orang-orang Islam di India. Sedangkan itulah matlamat Dajjal dalam dakwahnya. Dajjal seluruh hidupnya menjadikan Islam sebagai satu target utama untuk dimusnahkan kerana dari kalangan masyarakat Islam akan timbul musuh Dajjal yang utama iaitu Nabi Isa dan Imam Mahdi.

Bukan itu sahaja yang menjadi penafian terhadap Sai Baba sebagai Dajjal ialah Sai Baba memuji pula agama-agama lain dalam laman web rasminya. Sai Baba bersikap bertolak ansur dan tidak memaksa dan tidak pula merendah-rendahkan agama lain. Adakah Dajjal akan bersikap demikian?

“Let the different faiths exist, let them flourish, and let the glory of God be sung in all the languages and in a variety of tunes. That should be the Ideal. Respect the differences between the faiths and recognize them as valid as long as they do not extinguish the flame of unity.”

Kesimpulan

Kesimpulannya, Sai Baba bukanlah Dajjal dan Dajjal bukanlah Sai Baba. Penulis langsung tidak bersetuju Dajjal adalah Sai Baba kerana Sai Baba tidak menunjukkan kehebatannya dalam menerbitkan matahari dari Barat. Sai Baba juga hidup lebih dari 70 tahun sedangkan hadith mengatakan Dajjal hanya hidup dikalangan masyarakat setelah ia keluar sekadar 40 hari sahaja. Namun begitu, penulis boleh menerima pendapat sekiranya ada yang mengatakan Sai Baba adlaah bahan ujian Dajjal.

Pendapat itu lebih logik dan penulis sendiri agak terdorong dengan pendapat itu. Dajjal masih melakukan kajian-kajian untuk mencari pilihan terbaik tempat, situasi dan imej untuk dia muncul di tengah-tengah masyarakat. Penulis percaya Sai Baba adalah suatu subjek kajian Dajjal untuk melihat sejauh mana penampilan orang India dalam mempengaruhi masyarakat dunia. Maka tidak hairanlah Sai Baba mempunyai pertubuhan seluruh dunia termasuk Russia dan Eropah. Hairannya di Malaysia tidak ada.

Nampaknya Dajjal tidak akan muncul dikalangan masyarakat India kerana Sai Baba kurang dikenali malah berimej selekeh yang tidak disenangi oleh kebanyakan orang-orang Eropah dan Amerika.