Pada bagian awal Al-Qur’an, Allah SWT mengelompokkan umat manusia kedalam tiga golongan, yakni: Mukmin, Kafir, dan Munafik. Allah SWT menjelaskan ciri-ciri orang beriman (mukmin) secara sangat ringkas. Lalu, ciri-ciri orang kafir cukup dijelaskan dengan satu ayat. Kemudian dilanjutkan dengan menguraikan ciri-ciri orang munafik secara panjang-lebar. Golongan munafik dibahas dengan sangat panjang karena mereka adalah golongan yang paling berbahaya di masyarakat. Oleh karenanya, sangatlah perlu kita mengenali ciri-ciri dan nasib mereka ini.
Perlu dicatat bahwa penggolongan ini didasarkan atas apa yang menjadi keyakinan dan bagaimana mereka menjalaninya tanpa memandang warna kulit, bentuk kesaksian/syahadat–nya, asal-usul, bahasa, bangsa, maupun afiliasi teritorialnya.
Sekarang marilah kita mempelajari ciri-ciri orang munafik yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 8:
Diantara manusia terdapat mereka yang mengatakan kami beriman kepada Allah dan hari pembalasan, (namun) mereka tidak beriman, mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang benar-benar beriman. Sungguh celaka mereka, mereka tidak menipu siapapun selain diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak mengetahui.
Perhatikanlah bahwa meskipun mereka menyatakan beriman kepada Allah SWT dan hari pembalasan, tetapi tidak menyatakan beriman atas kenabian Muhammad SAW. Ini adalah kasus orang-orang Yahudi di masa itu. Maka, keimanan apapun tanpa mengimani kenabian Muhammad SAW tidak dapat diterima. Begitu sesatnya mereka, sampai-sampai tidak dapat mengerti apa yang mereka perbuat.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 10:
Didalam hati mereka ada penyakit dan Allah telah menambah penyakit mereka. Dan bagi mereka siksa yang amat pedih akibat kebohongan yang mereka lakukan.
Jadi, berbohong bukanlah dosa yang sepele, karena bisa berakibat mengubah seorang mukmin menjadi munafik. Didalam Al-Qur’an, Allah SWT menguraikan perihal berbohong dan menyembah berhala secara beriringan:
Selamatkanlah dirimu dari kejahatan menyembah berhala dan berbohong.
Allah menjelaskan tiga tanda (indikator) yang jelas pada orang-orang munafik. Didalam
Surat Al-Baqarah Ayat-11,12 Allah SWT berfirman:
Jika dikatakan kepada mereka, “Janganlah membuat kerusakan di bumi.” Mereka berkata, “Sesungguhnya kami melakukan perbaikan.” Sesungguhnya merekalah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.
Yang ke-dua, Allah SWT menerangkan didalam Surat Al-Baqarah Ayat 13:
Jika dikatakan kepada mereka “Berimanlah sebagaimana orang-orang lain telah beriman”, mereka berkata, “Akankah kami beriman seperti orang-orang bodoh itu beriman?” Sesungguhnya merekalah yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa ukuran benarnya keimanan adalah dengan beriman sebagaimana keimanan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Allah SWT telah sangat memuliakan para sahabat Rasulullah SAW, oleh karena itulah Dia (AllahSWT) menjadikan keimanan para sahabat sebagi tolok-ukur (kriteria) ketulusan/kebenaran iman seseorang. Disamping itu Allah SWT telah memberikan penghargaan kepada para sahabat Rasulullah didalam ayat yang sebelumnya, dimana Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang munafik telah mencoba menipu Allah SWT dan Orang-orang yang beriman kepadaNya.
Tanda ke-tiga dari orang-orang munafik diuraikan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 14, 15, 16 sebagai berikut:
Manakala mereka berada bersama-sama orang-orang beriman mereka berkata ‘Kami beriman!’ Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka berkata: "Sesungguhnya kami bersamamu! kami hanyalah berolok-olok (berpura-pura).”
Allah SWT membalas olok-olok mereka, dan membiarkan mereka terombang-ambing didalam kesesatan.
Mereka adalah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Mereka tidak akan beruntung dan tidak akan mendapat petunjuk.
Sebaliknya, marilah kita menjabarkan bagaimanakah kesudahan orang-orang beriman, lelaki maupun perempuan, di Hari Pembalasan. Allah menerangkan hal ini dalam Surat Al-Hadid Ayat 12:
Di Hari pembalasan, kamu akan melihat orang-orang beriman lelaki dan perempuan dengan cahaya penuntun di depan dan di sisi kanan mereka. "Inilah kabar gembira bagi kalian, yaitu surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, kalian akan tinggal untuk selamanya". Sungguh, inilah keberuntungan yang sangat besar.
Beberapa hal perlu ditegaskan disini. Kita mengetahui bahwa lelaki dan perempuan beriman diperlakukan setara dalam hal balasan atas kebajikan yang mereka kerjakan. Mereka mempunyai cahaya pada tangan kanan mereka karena catatan amal perbuatan mereka diberikan di tangan kanan. Kita ketahui juga bahwa selayaknyalah terdapat cahaya di depan mereka untuk melakukan perjalanan. Cahaya di bagian depan ini adalah hasil dari amal kebajikan mereka. Nabi Muhammad SAW menggambarkan hal ini didalam beberapa sabda beliau.
Anas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Berilah kabar gembira bagi mereka yang pergi ke Masjid di kegelapan malam. Mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna di hari Kiamat.” (Ibnu Majah)
Dari Abdullah bin Amr RA diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:”Barangsiapa mengerjakan sholat dengan teratur, tertib dan penuh kehati-hatian (tuma’ninah) akan menerima ganjaran dengan cahaya penuntun di Hari Pembalasan. Adapun yang tidak mengerjakan sedemikian, maka tidaklah akan mendapatkan cahaya itu dan mereka akan dikumpulkan bersama Qarun, Haman, dan Fir’aun.” (Riwayat Ahmad)
Abu Said RA menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:”Siapa saja yang membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jum’at akan mendapatkan cahaya pembimbing di hari Pembalasan, cahaya ini terbentang mulai dari kakinya hingga ke surga.” (Tabrani)
Abu Hurairah RA berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:”Siapa saja yang membaca Al-Qur’an, walaupun satu ayat saja, maka bacaannya itu akan menjadi cahaya penuntun baginya di hari Pembalasan.” (Imam Ahmad)
Demikianlah semua perbuatan baik (amalan shalihan), mempunyai kesamaan hasil berupa cahaya penuntun bagi mereka yang beriman. Sebaliknya mengenai orang-orang munafik, Allah SWT menggambarkan situasi mereka didalam Surat Al-Hadid Ayat 13, 14, 15 berikut ini:
Pada hari itu (Hari Pembalasan) lelaki dan perempuan munafik akan berkata kepada orang-orang beriman:"Tunggulah kami agar kami dapat mamanfaatkan cahayamu". Dan akan dikatakan kepada mereka: "Kembalilah lagi kebelakang dan carilah sendiri cahaya untukmu". Kemudian diadakan dinding yang memisahkan antara mereka yang beriman dan orang-orang munafik. Di sisi dalam dinding inilah terdapat kasih-sayang Allah SWT dan di sisi luarnya adalah siksa.
Orang-orang munafik itu akan berteriak memangil-mangil orang-orang beriman: "Bukankah kami dahulu bersama kalian?" Menjawablah orang-orang beriman: "Benar kamu bersama kami, tetapi kalian saling membujuk satu sama lain, ragu dan kebingungan, sementara angan-angan kosongmu membuatmu terlena hingga datanglah ketetapan Allah SWT. Kamu telah diperdaya dari (beriman kepada) Allah SWT oleh (setan-setan) yang sangat penipu.
Maka pada hari ini tidak ada tebusan yang dapat diterima darimu, tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat tinggalmu adalah api neraka, Itulah tempat yang layak bagimu. Dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.
Menurut Ibnu Katsir, orang-orang beriman maupun orang-orang munafik sama-sama akan diberi cahaya penuntun untuk menyeberangi titian. Namun cahaya orang-orang munafik segera dipadamkan. Dengan cara inilah Allah SWT memperolok-olok mereka sebagaimana mereka dahulu biasa memperolok-olok Allah SWT dan para pembantu(Rasul)-Nya yang taat. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 15:
Allah memperolok-olok mereka dan semakin menambahkan kesesatan kepada mereka sehingga terombang-ambing dengan kesesatannya.
Perhatikanlah bahwa, pada awalnya saja orang-orang munafik diberi cahaya, ini karena mereka telah melakukan amal shaleh untuk sekedar pamer.
Maka kita dapat menyimpulkan bahwa hanya amal shaleh yang ikhlas saja yang menghasilkan cahaya penuntun yang tetap menerangi, dan kemunafikan akan diolok-olok di Hari Pembalasan. Ibnu Katsir telah memaparkan hadits yang sangat panjang dimana dia menjelaskan bahwa setiap orang beriman akan memiliki cahaya sesuai dengan amal shalehnya. Beberapa dari mereka akan memiliki cahaya seperti gunung, sebagian seperti pohon palem, dan sebagian lagi ada yang seukuran tinggi orangnya.
Allah SWT lebih lanjut mewahyukan dalam Surat Al-Hadid Ayat 17:
Ingatlah bahwa Allah menghidupkan kembali bumi setelah matinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu berfikir.
Disini Allah SWT mengingatkan kita bahwa sebagaimana halnya Dia bisa menghidupkan kembali bumi yang mati, maka Dia juga bisa menghidupkan hati yang mati dari orang-orang munafik bilamana terdapat penyesalan yang tulus-ikhlas.
Saya berdo’a kehadirat Allah SWT semoga dijadikanNya kita sebagai Muslim yang ikhlas, dan semoga Allah SWT menyediakan cahaya penuntun yang selalu menerangi kita di Hari Pembalasan. Amiin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan