Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda :”Sesungguhnya ada seorang hamba mengucapakan satu kalimat yang mendatangkan murka Allah, diucapkan tanpa kontrol akan tetapi menjerumuskan dia ke neraka”(H.R. Al-Bukhari 647).
Al Hafidz Ibn Hajar berkata dalam Fathul Bari ketika menjelaskan hadits ini, yang dimaksud diucapkan tanpa kontrol adalah tidak direnungkan bahayanya, tidak dipikirkan akibatnya, dan tidak diperkirakan dampak yang ditimbulkan. Hal ini semisal dengan firman Allah ketika menyebutkan tentang tuduhan terhadap Aisyah : “(Ingatlah) di waktu mendengar berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (Q.S An-Nur : 15)
Ucapan yang dimaksud adalah ungkapan penamaan yang begitu mendarah daging di kalangan kamu muslimin, yaitu penamaan YAHUDI dengan ISRAEL. Tulisan ini banyak diturunkan dari sebuah risalah yang ditulis oleh Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali Hafidzahahullah yang berjudul “Penamaan Negeri Yahudi yang Terkutuk dengan Israel”. Tidak diragukan bahkan seolah telah menjadi kesepakatan dunia termasuk kaum muslimin bahwa negeri Yahudi bernama Israel. Akan tetapi sangat disayangkan tidak ada seorang pun yang mengingatkan bahaya besar penamaan ini.
Perlu diketahui dan dicamkan dalam benak hati tiap muslim bahwa ISRAIL adalah nama dari seorang Nabi yang mulia, keturunan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yaitu Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Allah ta’ala berfirman : “Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah, “(Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat),maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar”".(Q.S. Al-Imran:93)
Dari ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa Israil adalah nama lain dari Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Dan nama ini diakui sendiri oleh orang-orang yahudi, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhu :”Sekelompok orang yahudi mendatangi Nabi untuk menanyakan empat hal yang hanya diketahui oleh seorang nabi. Pada salah satu jawabannya, Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengatakan : “Apakah kalian mengakui Israil adalah Ya’qub?” Mereka menjawab : “Ya, betul” Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Ya Allah, saksikanlah”.”(H.R. Daud At-Thayalisy 2846)
Kata “Israil” merupakan susunan dua kata “israa” dan “iil” yang dalam bahasa arab artinya shafwatullah (kekasih Allah). Ada juga yang mengatakan israa dalam bahasa arab artinya ‘abdun (hamba), sedangkan iil artinya Allah. Sehingga Israil dalam bahasa arab artinya ‘Abdullah (hamba Allah). (lihat Tafsir At Thabari dan Al Kasyaf ketika menjelaskan surat Al-Baqarah ayat 40).
Telah diketahui bersama bahwa Nabi Ya’qub adalah seorang nabi yang memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah ta’ala. Allah banyak memujinya di banyak ayat al Qur’an. jika kita mengetahui hal ini, maka dengan alasan apa nama Israil yang mulia disematkan kepada orang-orang yahudi. Terlebih lagi ketika umat islam menggunakan nama ini dalam konteks kalimat yang negatif, diucapkan disertai perasaan kebencian yang memuncak seperti Biadab Israel…Israel Bangsat…Keparat Israel atau bahkan dijadikan sebagai Head Line News seperti Israel membantai kaum muslimin…Agresi militer Israel ke Palestina…dan seterusnya, namun sekali lagi, yang sangat fatal adalah ketika hal ini diucapkan tidak ada pengingkaran atau bahkan tidak merasa bersalah.
Mungkin perlu kita renungkan, pernahkah orang yang mengucapkan kalimat-kalimat di atas merasa bahwa dirinya telah menghina Nabi Ya’qub ‘alaihis salam? pernahkah orang-orang yang menulis kalimat ini di majalah-majalah berlabelkan Islam dan mengajak kaum muslimin untuk mengobarkan jihad, merasa bahwa dirinya telah membuat tuduhan dusta kepada Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Mengapa tidak disadari bahwa Nabi Ya’qub ‘alaihis salam tidak ikut serta dalam perbuatan orang-orang yahudi dan bahkan beliau berlepas diri dari perbuatan mereka yang keparat. Pernahkah mereka berfikir, apakah Nabi Israil ‘alaihis salam ridha andaikan beliau masih hidup?!
“Sedikitpun kami tidak berniat menghina Nabi Ya’qub ‘alaihis salam dalam penggunaan kalimat-kalimat ini sebaliknya, yang kami maksud adalah yahudi…” Barangkali ini salah satu pernyataan yang akan dilontarkan oleh sebagian kaum muslimin ketika menerima nasihat ini. Maka jawaban singkat yang mungkin bisa kita berikan:”Justru inilah yang berbahaya, seseorang melakukan kesalahan namun dia tidak sadar kalau dirinya berbuat salah”. Bisa jadi orang-orang yahudi tidak merasa terhina dan dijelek-jelekkan karena yang dicela bukan nama mereka tapi nama nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Lalu dengan apa kita menamai mereka?! Kita menamai mereka sebagaimana nama yang Allah berikan dalam Al-Qur’an, YAHUDI dan bukan dengan ISRAEL.
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita dan seluruh kaum muslimin untuk mengucapkan dan melakukan perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allah ta’ala.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan