Kaum Yahudi di Israel berkubang dalam konflik yang berkepanjangan dengan tetangganya, Palestina. Sementara laporan kekerasan di West Bank dan jalur Gaza terus disajikan oleh media-media. Sesungguhnya tak ada keraguan lagi bahwa titik pusat dari konflik ini terletak di Yerusalem atau lebih tepatnya lagi di Temple Mount, Kota Tua (Old City).
Banyak analisis yang berusaha menjawab tentang apa sesungguhnya permasalahan di balik konflik tak berujung antara Yahudi-Israel dan Muslim Palestina. Akan tetapi sebelum menjawab hal tersebut perlu dibahas mitos-mitos yang sangat dipercaya umat Yahudi, yang menjadi dasar dari sikap mereka
Keimanan yahudi terhadap Yerusalem
Untuk memahami hubungan antara Yahudi dan Yerusalem maka kita harus memulainya dari Bibel Perjanjian Lama. Menurut pandangan Yahudi, daerah yang paling suci adalah Mount Moriah (Gunung Moriah), yang kemudian dikenal dengan Temple Mount (Kuil Gunung). Area ini yang mereka katakan sekarang terletak di bawah bangunan milik muslim, the Dome Of the Rock atau Kubbah As-Sakhra.
Dalam Bibel kaum Yahudi, Yerusalem mempunyai banyak nama, Salem (Shalem), Moriah, Jebuse (Yevuse), Jerusalem (Yerushalayim), and Zion (Tziyon). Dan terbanyak yang disebutkan dalam Bibel adalah Yerushalayim, yang disebutkan sebanyak 349 kali, sementara Tziyon disebutkan sebanyak 108 kali.
Penyebutan yang pertama adalah di Kitab Kejadian 14:18, ketika Abraham berinteraksi dengan Malchizedek, Raja dari Shalem (Yerussalem). Menurut tradisi Yahudi kisah tentang Ishak yang akan disembelih (Kitab Kejadian 22:2) juga mengambil tempat di "tanah Moriah" (Yerusalem).
Kejadian 22
22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
Menurut kepercayaan Kabbalah, suatu tradisi mistis yahudi, batu dari Gunung Moriah di yang kenal sebagai "Even Shtiyah"- the Drinking Stone (batu yang sedang minum), adalah pusat dari alam semesta, tempat dimana dunia terairi secara spiritual.
Kisah-kisah dalam Bibel yang berhubungan dengan Gunung Moriah adalah :
Ketika Ishak pergi ke sebuah lapangan ia bertemu Ribka untuk pertama kalinya (Kitab Kejadian 24:63-67), dia berdiri di gunung Moriah (Yerusalem).
Mimpi Jakub naik ke surga melihat para malaikat turun tangga. (Kejadian 28:10-22) juga terjadi di tempat ini, gunung Moriah (Yerusalem).
Kejadian 28:12-17
Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu. Berdirilah TUHAN di sampingnya dan berfirman: "Akulah TUHAN, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke mana pun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu." Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia: "Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya." Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga."
Perhatikan disini, bahwa orang Yahudi berabad-abad lalu selalu menghubungkan Gunung Moriah sebagai tempat dimana Tuhan hadir/menampakkan diri, yang dianggap lebih sakral ketimbang tempat-tempat yang lain. Itulah mengapa bagi orang Yahudi, Yerusalem, yang khususnya Temple Mount (Kuil Gunung) adalah satu-satunya tempat yang suci.
Keyakinan ini masih hidup, sangat dipercayai oleh orang Yahudi sekarang dan tampak dalam ritual-ritual mereka, contoh : Ketika seorang Yahudi berdoa 3 kali sehari, mereka selalu menghadap Yerusalem. Jika sedang berada di Yerusalem, maka mereka berdoa menghadap Temple Mount. Yerusalem disebutkan berkali-kali dalam doa keseharian Yahudi dan dalam doa terimakasih setelah makan.
Orang Yahudi menutup Passover Seder, yakni acara makan dalam hari suci Yahudi, selalu dengan kalimat "Next Year in Jerusalem." Satu kalimat yang mengungkapkan cita-cita mereka untuk menduduki Yerusalem. Hari berduka cita/berkabung Yahudi, Tisha B'Av, memperingati perusakan Kuil yang pertama dan kedua.
Ketika dalam acara pernikahan Yahudi, pengantin memecahkan sebuah gelas sebagai tanda mengingat kedukaan terhadap perusakan kedua kuil yang berdiri di Mount Moriah. Ketika memecahkan gelas di iringi dengan membaca sebagian ayat Bibel dari Mazmur 137:5-6: Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku! Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
Dan orang Yahudi yang beriman selalu menyisakan tempat kecil pada dinding rumah mereka tanpa di plester tanpa di cat, sebagai tanda kedukaan perusakan Kuil. Dalam keyakinan Yudaisme, yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa as, bangsa Yahudi meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah akan mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia. Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina.
Bagi zionis Yahudi, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Messiah, yakni mereka harus menemukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak. Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun. Masalahnya saat ini bukit Zaitun masih berada di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.
Sejarah Kuil Yahudi
Kurang-lebih sekitar 400 tahun sejak mendaratnya orang Yahudi, berlanjut pada masa Hakim-hakim, Jerusalem merupakan kota bekas orang-orang non-Yahudi. Hingga dibawah kekuasaan Raja Daud (kira-kira th. 1.000 SM) Yerusalem direbut dari orang Kanaan (II Samuel : 5) dan dikuasai secara politik maupun spiritual sehingga berubahlah menjadi ibukota negara sekaligus pusat religius orang yahudi. (Para ahli arkeologi sepakat, ibukota Kanaan dan ibukota kerajaan Daud berlokasi di tempat yang sekarang ini adalah kampung Arab, Silwan, beberapa kilometer sebelah selatan tembok ”baru” dari Kota Tua).
Daud menunjuk puncak gunung Moriah (II Samuel 24:18-25) sebagai tempat untuk pembangunan kuil dan mengumpulkan barang-barang yang dibutuhkan untuk pembangunannya. Kitab 1Raja-raja 6-8 menggambarkan dengan detail yang jelas bagaimana anak Daud, Raja Sulaiman, membangun dan meresmikan Kuil.
1 Raja-raja 6 :1
Dan terjadilah pada tahun keempat ratus delapan puluh sesudah orang Israel keluar dari tanah Mesir, pada tahun keempat sesudah Salomo menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang kedua, maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi TUHAN.
II Tawarikh 3:1
Salomo mulai mendirikan rumah TUHAN di Yerusalem di gunung Moria, di mana TUHAN menampakkan diri kepada Daud, ayahnya, di tempat yang ditetapkan Daud, yakni di tempat pengirikan Ornan, orang Yebus itu.
Kuil Sulaiman (Haikal Sulaiman) juga dikenal sebagai Beit HaMikdash (Kuil yang Suci). Sementara semua pakar arkeologi setuju bahwa bangunan itu berdiri di atas Gunung Moriah. Kemungkinan sekarang ini adalah di Al-aqsa, tempat pastinya belum diketahui.
Setelah selesai, dalam waktu empat ratus sepuluh tahun, orang Babylonia datang mengepung Yerusalem dan menghancurkan kuil tersebut tanpa sisa. Setelah penghancuran oleh Babylonia, sebagian besar dari populasi Yahudi di Israel terpaksa keluar dari tanahnya. Pengusiran ini disebutkan dalam Bibel, Mazmur : 137, “Di tepi sungai-sungai Babel, disanalah kita duduk sambil menangis apabila kita mengingat Sion.”
Lima puluh tahun kemudian, setelah Babylonia dikalahkan oleh Persia, orang-orang Yahudi diperbolehkan kembali ke Yerusalem. Dibawah kepemimpinan Zerubavel dan Nechemiah, umat yahudi membangun kembali kuil tersebut beserta dinding-dindingnya yang mengelilingi kota (Nehemia 4-6). Pembangunan yang kedua dari Haikal Sulaiman ini dikenal juga dengan nama Second Temple (Bayit Sheni).
Kuil ini berdiri selama 420 tahun di tempat yang sama dengan Kuil Pertama, di gunung Moriah. Kuil yang kedua ini berubah model beberapa kali, model yang terindah adalah ketika masa King Herod the Great (37-4 SM). Hal ini dikatakan oleh sejarawan Yahudi terkenal, Josephus, yang hidup pada masa periode Second Temple dan ia memberikan gambaran detail dari konstruksi dan layout dari Kuil.
Selama periode kuil pertama dan kedua, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari umat yahudi di Israel maupun yang berada di luar Israel. Kondisi baru ini telah melunasi kesengsaraan umat Yahudi sebelumnya. Kohanim (para pendeta) dan Levites (para imam) mendapatkan posisinya didalam kuil tersebut, dan tiga kali dalam setahun – yakni waktu hari suci Passover, Sukkot and Shavuot – semua orang Yahudi diperintahkan untuk datang ke Yerusalem dan mengunjungi Haikal Sulaiman.
Masa dari Second Temple berakhir pada perusakan yang dilakukan oleh orang Romawi di Yerusalem pada 70 M. Maka sangat mungkin jika orang-orang Yahudi berusaha untuk membangun kembali kuil tersebut dikemudian hari, tapi tidak pernah berhasil, dan lebih dari 600 tahun lokasi Temple Mount masih berupa reruntuhan. Satu-satunya yang mengingatkan adalah dinding-dinding yang masih berdiri yang dibangun oleh Herod-Raja Romawi untuk menguatkan tanah di mana kuil tersebut berdiri.
Tembok Ratapan bukan tempat suci Yahudi
Walaupun Haikal Sulaiman belum berdiri kembali hampir selama 2000 tahun, Yerusalem tetap menjadi pusat kaum Yahudi dunia. Kuil boleh saja tidak ada disana, tetapi keyakinan kaum Yahudi akan kesucian yang hakiki dari tempat tersebut tetap terjaga. Tradisi Yahudi juga mempertahankan keyakinan bahwa di akhir zaman, saat Messianic Era, sebuah kuil yang ketiga / pembangunan Haikal Sulaiman yang ketiga serta menjadi dan kuil yang terakhir akan dibangun kembali di Gunung Moriah.
Adalah suatu kesalahan, mengatakan bahwa tempat tersuci umat Yahudi adalah Western Wall (Tembok Barat). Ini sama sekali salah. Tempat tersuci bagi umat Yahudi adalah Gunung Moriah yang terletak di balik tembok. Tembok Barat ini hanya sekedar bagian kecil dari dinding besar yang dibangun oleh Herod dan menjadi penting karena di sisi baliknya adalah Haikal Sulaiman.
Lalu mengapa umat Yahudi berdoa, meratap di Tembok Ratapan ? Sejak pengrusakan Kuil Sulaiman, para guru atau yang disebut kaum ultra ortodoks Yahudi menetapkan untuk mensucikan tempat tersebut, Umat yahudi (dan juga yang bukan Yahudi) tidak diperbolehkan menginjakkan kaki di tempat dimana Temple Mount (Haikal Sulaiman) dulu berada.
Itulah sebabnya Western Wall menjadi tempat berdoa orang Yahudi, yang memohon untuk bisa sedekat mungkin dengan tempat tersuci mereka, Temple Mount. Sehingga terciptalah "Wailing Wall" (Tembok Ratapan) karena umat Yahudi datang ke tempat ini untuk menangisi Kuil suci yang saat ini berdiri dibawah bangunan Al-Aqsa, masjid suci umat Islam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan