Bagi orang yang mengerti bahasa Arab, dia akan paham bahwa kata bikr tidak digunakan untuk bocah ingusan berusia 7 atau 9 tahun. Kata yang tepat untuk gadis ingusan yang masih kanak-kanak adalah jariyah. Sebutan bikr diperuntukkan bagi seorang gadis yang belum menikah serta belum punya pengalaman seksual—yang dalam bahasa Inggris diistilahkan "virgin". Oleh karena itu, jelaslah bahwa 'Aisyah yang disebut bikr dalam hadis di atas telah melewati masa kanak-kanak dan mulai menapaki usia dewasa saat menikah dengan Nabi.
Kaum Muslim seringkali disudutkan oleh pertanyaan berikut, "Akankah Anda menikahkan puteri Anda yang baru berumur 7 atau 9 tahun dengan seorang lelaki tua yang telah berusia 50 tahun?" Mereka mungkin akan terdiam karena bingung atau justru marah karena tersinggung. Lalu, pertanyaannya selanjutnya adalah, "Jika Anda tidak akan melakukannya, bagaimana Anda bisa menyetujui pernikahan gadis ingusan berusia 7 atau 9 tahun bernama 'Aisyah dengan Nabi Anda, Muhammad bin 'Abdillah?"
Mayoritas umat Islam mungkin akan menjawab bahwa "menikahi gadis di bawah umur" seperti kasus di atas dapat diterima masyarakat Arab kala itu. Jika tidak, masyarakat tentu akan keberatan dengan pernikahan Nabi Muhammad dengan 'Aisyah, puteri Abu Bakr al-Shiddiq yang masih kanak-kanak.
Nabi Muhammad merupakan uswah hasanah (teladan yang baik) bagi seluruh umat Islam—di mana perilaku, tindakan, dan peri kehidupannya selalu dijadikan sebagai acuan dan rujukan. Namun sekali lagi, dalam konteks "menikahi gadis di bawah umur ini", kaum Muslim seolah dihadapkan pada pilihan yang dilematis. Sebab bagaimana pun, mayoritas Muslim takkan pernah berpikir—apalagi melakukan tindakan—menikahkan anak perempuannya yang baru berusia 7 atau 9 tahun dengan seorang pria dewasa yang lebih pantas menjadi bapak atau bahkan kakeknya. Jika ada orang tua yang setuju dengan pernikahan seperti itu, kebanyakan orang, meski tidak semua, akan mencibir dan memandang sinis, terlebih kepada pria uzur yang tega menikahi bocah di bawah umur.
Namun belum lama ini, umat Islam Indonesia dihebohkan oleh pemberitaan kasus pernikahan gadis di bawah umur. Pujiono Cahyo Widianto, seorang miliarder beristeri satu dan berusia 43 tahun asal Semarang yang lebih populer disapa Syekh Puji, menikahi bocah berusia 12 tahun bernama Lutviana Ulfa pada 8 Agustus 2008 lalu. Lebih heboh lagi, Syekh Puji yang juga berstatus sebagai pengasuh Ponpes Miftahul Jannah itu berencana menikahi dua gadis ingusan lain dalam waktu yang tidak terlalu lama untuk mengenapkan jumlah bilangan isteri yang dikoleksinya menjadi 4 (empat).
Ketika berita itu merebak ke permukaan, pro-kontra pun bermunculan. Mayoritas menolaknya sekaligus menuding Syekh Puji mengidap paedophilia, yaitu karakter kejiwaan yang mempunyai ketertarikan seksual terhadap anak di bawah umur. Tak ketinggalan, MUI juga menfatwakan perihal keharaman tindakan Syekh Puji yang mengawini gadis ingusan di bawah umur itu.
Syekh Puji tak tinggal diam. Dia berdalih bahwa tindakannya itu sesuai dengan tuntunan syariat karena pernah dicontohkan Nabi Muhammad tatkala menikahi 'Aisyah. Syekh Puji tak sendiri. Pembelaan untuknya, di antaranya, datang dari Fauzan al-Anshari (dulu Kepala Departemen Data dan Informasi MMI) dan Puspo Wardoyo (pemilik Rumah Makan Wong Solo yang pernah memperoleh Poligami Award). Keduanya malah berujar lantang, umat Islam yang mengingkari pernikahan seperti itu berarti mengingkari sunnah Nabi, dan pada gilirannya akan membahayakan keimanannya.
Merespon polemik tersebut, tulisan ini akan menelaah sekaligus menguji kembali catatan-catatan sejarah klasik Islam yang dipakai sebagai dasar keabsahan menikahi gadis di bawah umur. Juga, untuk melihat bagaimana sesungguhnya perspektif Alqur'an tentang persolan tersebut. Harapannya, akan diperoleh pandangan yang obyektif dan berimbang dalam menyikapinya.
Kontradiksi Seputar Usia 'Aisyah
Sebagian besar hadis yang mengisahkan pernikahan Nabi dengan 'Aisyah diriwayatkan oleh Hisyam bin 'Urwah. Hadis-hadis tersebut, antara lain: "Khadijah wafat 3 tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah. Rasul SAW sempat menduda kurang lebih 2 tahun sampai kemudian menikahi 'Aisyah yang kala itu berusia 6 tahun. Namun Nabi SAW baru hidup serumah dengan 'Aisyah saat gadis cilik itu telah memasuki usia 9 tahun" (HR. Al-Bukhari).
Riwayat lain yang menceritakan hal serupa dengan informasi sedikit berbeda adalah: "Nabi SAW meminang 'Aisyah di usia 7 tahun dan menikahinya pada usia 9 tahun. Seringkali Nabi SAW mengajaknya bermain. Tatkala Nabi SAW wafat, usia 'Aisyah saat itu baru 18 tahun" (HR. Al-Bukhari).
Sejarahwan Muslim klasik, al-Thabari dalam Târikh al-Umam wa al-Mulûk mengamini riwayat di atas bahwa 'Aisyah (puteri Abu Bakr) dipinang Nabi pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga dengannya pada usia 9 tahun. Pada bagian lain, al-Thabari mengatakan bahwa semua anak Abu Bakr yang berjumlah 4 orang dilahirkan pada masa jahiliyah dari 2 isterinya. Jika 'Aisyah dipinang Nabi pada 620 M (saat dirinya masih berusia 7 tahun) dan berumah tangga tahun 623 M (pada usia 9 tahun), hal itu menunjukkan bahwa 'Aisyah dilahirkan pada tahun 613 M. Yakni, 3 tahun sesudah masa Jahiliyah berakhir (tahun 610 M).
Padahal al-Thabari sendiri menyatakan bahwa 'Aisyah dilahirkan pada masa Jahiliyah. Jika 'Aisyah dilahirkan pada masa Jahiliyah, setidaknya 'Aisyah berusia 14 tahun saat dinikahi Nabi. Pendeknya, riwayat al-Thabari perihal usia 'Aisyah ketika menikah dengan Nabi tidak reliable dan tampak kontradiktif.
Kontradiksi perihal usia 'Aisyah saat dinikahi Nabi akan semakin kentara jika usia 'Aisyah dihitung dari usia kakaknya, Asma' binti Abi Bakr. Menurut Ibn Hajar al-'Asqallani dalam Tahdzîb al-Tahdzîb, Asma' yang lebih tua 10 tahun dari 'Aisyah meninggal di usia 100 tahun pada 74 Hijrah. Jika Asma' wafat di usia 100 tahun pada 74 H, maka Asma' seharusnya berumur 27 tahun ketika adiknya 'Aisyah menikah pada tahun 1 Hijrah (yang bertepatan dengan tahun 623 M).
Kesimpulannya, berdasarkan riwayat di atas itu pula dapat dikalkulasi bahwa 'Aisyah ketika berumah tangga dengan Nabi berusia sekitar 17 tahun.
Kontradiksi lain seputar mitos usia kanak-kanak 'Aisyah tatkala dinikahi Nabi dapat dicermati melalui teks riwayat Ahmad bin Hanbal berikut. Sepeninggal isteri pertamanya, Khaulah datang kepada Nabi dan menasehatinya agar menikah lagi. Lantas Nabi bertanya kepadanya tentang pilihan yang ada dalam pikiran Khaulah. Khaulah kemudian berkata, "Anda dapat menikahi seorang perawan (bikr) atau seorang janda (tsayyib)." Ketika Nabi bertanya tentang identitas gadis perawan (bikr) tersebut, Khaulah menyebut nama 'Aisyah (HR. Ahmad).
Bagi orang yang mengerti bahasa Arab, dia akan paham bahwa kata bikr tidak digunakan untuk bocah ingusan berusia 7 atau 9 tahun. Kata yang tepat untuk gadis ingusan yang masih kanak-kanak adalah jariyah. Sebutan bikr diperuntukkan bagi seorang gadis yang belum menikah serta belum punya pengalaman seksual—yang dalam bahasa Inggris diistilahkan "virgin". Oleh karena itu, jelaslah bahwa 'Aisyah yang disebut bikr dalam hadis di atas telah melewati masa kanak-kanak dan mulai menapaki usia dewasa saat menikah dengan Nabi.
Perspektif Alqur'an
Sebagai Muslim, merupakan kewajiban untuk merujuk sumber utama dari ajaran Islam, yakni Alqur'an. Apakah Alqr'an mengijinkan atau justru melarang pernikahan dari gadis ingusan di bawah umur? Yang jelas, tidak ada satu ayat pun yang secara eksplisit mengizinkan pernikahan seperti itu. Ada sebuah ayat yang dapat dijadikan inspirasi untuk menjawab persoalan di atas, meski substansi dasarnya adalah tuntunan bagi Muslim dalam mendidik dan memperlakukan anak yatim. Meski demikian, petunjuk Alqur'an mengenai perlakuan terhadap anak yatim itu dapat juga kita terapkan pada anak kandung kita sendiri.
Ayat tersebut adalah: "Ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (mampu mengelola harta), maka serahkan kepada mereka harta bendanya" (QS. al-Nisa': 6).
Dalam kasus anak yang ditinggal wafat oleh orang tuanya, seorang bapak asuh diperintahkan untuk: (1) mendidik, (2) menguji kedewasaan mereka "sampai usia menikah" sebelum mempercayakan pengelolaan keuangan sepenuhnya. Di sini, ayat Alqur'an mempersyaratkan perlunya test dan bukti obyektif perihal tingkat kematangan fisik dan kedewasaan intelektual anak asuh sebelum memasuki usia nikah sekaligus mempercayakan pengelolaan harta benda kepadanya.
Logikanya, jika bapak asuh tidak diperbolehkan sembarang mengalihkan pengelolaan keuangan kepada anak asuh yang masih kanak-kanak, tentunya bocah ingusan tersebut juga tidak layak, baik secara fisik dan intelektual untuk menikah. Oleh karena itu, sulit dipercaya, Abu Bakr al-Shiddiq, seorang pemuka sahabat, menunangkan anaknya yang masih belia berusia 7 tahun, untuk kemudian menikahkannya pada usia 9 tahun dengan sahabatnya yang telah berusia setengah abad. Demikian pula halnya, sungguh sulit untuk dibayangkan bahwa Nabi SAW menikahi gadis ingusan berusia 7 atau 9 tahun.
Ringkasnya, pernikahan 'Aisyah pada usia 7 atau 9 tahun itu bisa bertentangan dengan prasyarat kedewasaan fisik dan kematangan intelektual yang ditetapkan Alqur'an. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cerita pernikahan 'Aisyah gadis belia berusia 7 atau 9 tahun dengan Nabi, itu adalah mitos yang perlu diuji kesahihannya.
Di samping persoalan-persoalan yang telah dikemukakan di atas, seorang wanita sebelum dinikahkan harus ditanya dan dimintai persetujuan agar pernikahan yang dilakukannya itu menjadi sah. Dengan berpegang pada prinsip ini, persetujuan yang diberikan gadis belum dewasa (berusia 7 atau 9 tahun) tentu tidak dapat dipertanggung-jawabkan, baik secara moral maupun intelektual.
Adalah tidak terbayangkan bahwa Abu Bakr meminta persetujuan puterinya yang masih kanak-kanak. Buktinya, menurut hadis riwayat Ibn Hanbal di atas, 'Aisyah masih suka bermain-main dengan bonekanya ketika mulai berumah tangga dengan Rasul SAW. Rasul SAW sebagai utusan Allah yang suci juga tidak akan menikahi gadis ingusan berusia 7 atau 9 tahun, karena hal itu tidak memenuhi syarat dasar sebuah pernikahan Islam tentang klausa persetujuan dari pihak isteri. Besar kemungkinan pada saat Nabi SAW menikahi 'Aisyah, puteri Abu Bakr al-Shiddiq itu adalah seorang wanita yang telah dewasa secara fisik dan matang secara intelektual.
Mitos yang Meragukan
Sebetulnya dalam masyarakat Arab tidak ada tradisi menikahkan anak perempuan yang baru berusia 7 atau 9 tahun. Demikian juga tak pernah terjadi pernikahan Nabi dengan 'Aisyah yang masih berusia kanak-kanak. Masyarakat Arab tak pernah keberatan dengan pernikahan seperti itu, karena kasusnya tak pernah terjadi.
Menurut hemat saya, riwayat pernikahan 'Aisyah pada usia 7 atau 9 tahun oleh Hisyam bin 'Urwah tak bisa dianggap valid dan reliable mengingat sederet kontradiksi dengan riwayat-riwayat lain dalam catatan sejarah klasik Islam. Lebih ekstrim, dapat dikatakan bahwa informasi usia 'Aisyah yang masih kanak-kanak saat dinikahi Nabi hanyalah mitos semata.
Nabi adalah seorang gentleman. Dia takkan menikahi bocah ingusan yang masih kanak-kanak. Umur 'Aisyah telah dicatat secara kontradiktif dalam literatur hadis dan sejarah Islam klasik. Karenanya, klaim sejumlah pihak yang menikahi gadis di bawah umur dengan dalih meneladani sunnah Nabi itu bermasalah, baik dari sisi normatif (agama) maupun sosiologis (masyarakat).
Jikalau riwayat-riwayat seputar pernikahan Nabi dengan 'Aisyah yang masih kanak-kanak itu valid, itu juga tak bisa serta-merta dijadikan sandaran untuk mencontohnya. Tidakkah Nabi itu memiliki previlige (hak istimewa) yang hanya diperuntukkan secara khusus untuknya, tapi tidak untuk umatnya? Contoh yang paling gamblang adalah kebolehan Nabi menikah lebih dari 4 orang isteri.
Oleh Yusuf Hanafi
Rabu, November 26, 2008
Antara Pegang Awek dan Anjing
Sekadar renungan dan ingatan bersama.
Antara Pegang Awek & Pegang Anjing
LEMBU: Hai anjing, apa habaq? Macam ada yg tak kena je?
ANJING: Aku tengah tension nih . Mau je aku gigit manusia tadi.
LEMBU : eh? kenapa ?
ANJING: aku lalu tepi dua orang manusia lelaki dan perempuan yg sedang berkepit. Tetiba si lelaki terperanjat dan terus melompat dan berkata "hoi anjing , pergi jauh-jauh, najis!".
LEMBU: Ya, lah. Ko kan haram. Najis tahap berat bagi manusia. Biasalah tu .
ANJING: Kalau aku najis sekali pon, kalau dia tersentuh aku, boleh disamak. Yang dia sentuh dan raba-raba awek dia tu apa? Boleh ke nak samak dosa?
LEMBU: Betul tu . Memegang wanita yg bukan mahramnya tanpa ikatan yg sah, lebih dahsyat kenajisannya daripada memegang ko anjing, malah tak boleh suci sekalipun di samak.
ANJING: Wah .. ayat ko me man g power la... manusia kena ubah pepatah "Pandai macam LEMBU"
Sedikit Penjelasan:
Daripada satu hadis yang diriwayatkan daripada ibnu majah menyatakan bahawa: Bergomolan dengan babi (khinzir) itu adalah lebih baik berbanding dengan bersentuhan (secara sengaja) dengan wanita yang bukan mahram.
Bersentuhan (dengan sengaja & apatah lagi bertujuan syahwat) adalah berdosa dan wajib bertaubat (bagi membersihkan dosa). Sedangkan menyentuh anjing tidaklah berdosa dan hanya perlu disuci (bukan bertaubat). Menyentuh anjing bukanlah satu kesalahan (dosa) atau maksiat. Tetapi, menyentuh wanita bukan mahram adalah berdosa dan merupakan maksiat.
Di dalam satu riwayat hadis yang lain yang maksudnya , Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya . (Riwayat At Tabrani dan Baihaqi)
Antara Pegang Awek & Pegang Anjing
LEMBU: Hai anjing, apa habaq? Macam ada yg tak kena je?
ANJING: Aku tengah tension nih . Mau je aku gigit manusia tadi.
LEMBU : eh? kenapa ?
ANJING: aku lalu tepi dua orang manusia lelaki dan perempuan yg sedang berkepit. Tetiba si lelaki terperanjat dan terus melompat dan berkata "hoi anjing , pergi jauh-jauh, najis!".
LEMBU: Ya, lah. Ko kan haram. Najis tahap berat bagi manusia. Biasalah tu .
ANJING: Kalau aku najis sekali pon, kalau dia tersentuh aku, boleh disamak. Yang dia sentuh dan raba-raba awek dia tu apa? Boleh ke nak samak dosa?
LEMBU: Betul tu . Memegang wanita yg bukan mahramnya tanpa ikatan yg sah, lebih dahsyat kenajisannya daripada memegang ko anjing, malah tak boleh suci sekalipun di samak.
ANJING: Wah .. ayat ko me man g power la... manusia kena ubah pepatah "Pandai macam LEMBU"
Sedikit Penjelasan:
Daripada satu hadis yang diriwayatkan daripada ibnu majah menyatakan bahawa: Bergomolan dengan babi (khinzir) itu adalah lebih baik berbanding dengan bersentuhan (secara sengaja) dengan wanita yang bukan mahram.
Bersentuhan (dengan sengaja & apatah lagi bertujuan syahwat) adalah berdosa dan wajib bertaubat (bagi membersihkan dosa). Sedangkan menyentuh anjing tidaklah berdosa dan hanya perlu disuci (bukan bertaubat). Menyentuh anjing bukanlah satu kesalahan (dosa) atau maksiat. Tetapi, menyentuh wanita bukan mahram adalah berdosa dan merupakan maksiat.
Di dalam satu riwayat hadis yang lain yang maksudnya , Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya . (Riwayat At Tabrani dan Baihaqi)
Kesan Maksiat Terhadap Iman
Maksiat adalah lawan kepada ketaatan, samaada dalam bentuk meninggalkan perintah mahupun melakukan suatu larangan. Sedangkan iman, sebagaimana telah kita ketahui adalah 70 cabang lebih, yang tertinggi adalah ucapan “La ilaha illallah” dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Jadi cabang-cabang ini mempunyai nilai (level) yang berbeza-beza, samaada dalam bentuk mengerjakan (kebaikan) mahupun meninggalkan (larangan). Kerana itu maksiat juga berbeza-beza. Dan maksiat bererti keluar dari ketaatan. Jika ia dilakukan kerana ingkar atau mendustakan maka ia boleh membatalkan iman. Sebagaimana Allah menceritakan tentang fir’aun melalui firman-Nya:
“Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai.” (an-Naziat: 21)
Dan adakalanya, maksiat itu tidak sampai kepada tahap tersebut iaitu sehingga membuatnya keluar dari iman, tetapi memperburuk dan mengurangi keimanan. Maka siapa yang melakukan dosa besar seperti berzina, mencuri, minum-minuman yang memabukkan atau sejenisnya, tetapi tanpa meyakini kehalalan-nya, maka hilang rasa takut, khusyu’ dan cahaya dalam hatinya; sekalipun pokok pembenaran dan iman tetap ada di hatinya. Lalu jika ia bertaubat kepada Allah dan melakukan amal soleh maka kembalilah khassyah dan cahaya itu ke dalam hatinya. Apabila ia terus melakukan kemaksiatan maka bertambahlah kotoran dosa itu di dalam hatinya sampai menutupi serta menguncinya na’udzubillah! Maka ia tidak lagi mengenal yang baik dan tidak mengingkari kemungkaran.
Imam ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya orang mukmin itu jika berbuat dosa maka terbentuklah titik hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkan dan beristighfar maka bersihlah kembali hatinya. Dan jika menambah (dosa) maka bertambahlah (bintik hitamnya) sampai menutupi hatinya. Itulah rain’ yang disebut oleh Allah dalam al-Qur’an:
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (al-Muthaffifin 83: 14, Hadis Riwayat Ahmad, II/297)
Ada sebuah perumpamaan yang menggambarkan pengaruh maksiat atas iman, iaitu bahawasanya iman itu seperti pohon besar yang rendang. Maka akar-akarnya adalah tashdiq (kepercayaan) dan dengan akar itulah ia hidup, sedangkan cabang-cabangnya adalah amal perbuatan. Dengan cabang itulah tergambar kehidupannya yang baik. Semakin bertambah cabangnya, maka semakin bertambah dan sempurnalah pohon itu, dan jika berkurang maka buruklah pohon itu. Lalu jika berkurang terus sampai tidak tersisa cabang mahupun batangnya maka hilanglah nama pohon itu. Manakala akar-akar itu tidak mengeluarkan batang-batang dan cabang-cabang yang boleh berdaun maka keringlah akar-akar itu dan hancurlah ia dalam tanah.
Begitu pula maksiat-maksiat dalam kaitannya dengan pohon iman, ia selalu membuat pengurangan dan aib dalam kesempurnaan dan keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya atau banyak dan sedikitnya kemaksiatan tersebut.
“Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai.” (an-Naziat: 21)
Dan adakalanya, maksiat itu tidak sampai kepada tahap tersebut iaitu sehingga membuatnya keluar dari iman, tetapi memperburuk dan mengurangi keimanan. Maka siapa yang melakukan dosa besar seperti berzina, mencuri, minum-minuman yang memabukkan atau sejenisnya, tetapi tanpa meyakini kehalalan-nya, maka hilang rasa takut, khusyu’ dan cahaya dalam hatinya; sekalipun pokok pembenaran dan iman tetap ada di hatinya. Lalu jika ia bertaubat kepada Allah dan melakukan amal soleh maka kembalilah khassyah dan cahaya itu ke dalam hatinya. Apabila ia terus melakukan kemaksiatan maka bertambahlah kotoran dosa itu di dalam hatinya sampai menutupi serta menguncinya na’udzubillah! Maka ia tidak lagi mengenal yang baik dan tidak mengingkari kemungkaran.
Imam ahmad dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya orang mukmin itu jika berbuat dosa maka terbentuklah titik hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat, meninggalkan dan beristighfar maka bersihlah kembali hatinya. Dan jika menambah (dosa) maka bertambahlah (bintik hitamnya) sampai menutupi hatinya. Itulah rain’ yang disebut oleh Allah dalam al-Qur’an:
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (al-Muthaffifin 83: 14, Hadis Riwayat Ahmad, II/297)
Ada sebuah perumpamaan yang menggambarkan pengaruh maksiat atas iman, iaitu bahawasanya iman itu seperti pohon besar yang rendang. Maka akar-akarnya adalah tashdiq (kepercayaan) dan dengan akar itulah ia hidup, sedangkan cabang-cabangnya adalah amal perbuatan. Dengan cabang itulah tergambar kehidupannya yang baik. Semakin bertambah cabangnya, maka semakin bertambah dan sempurnalah pohon itu, dan jika berkurang maka buruklah pohon itu. Lalu jika berkurang terus sampai tidak tersisa cabang mahupun batangnya maka hilanglah nama pohon itu. Manakala akar-akar itu tidak mengeluarkan batang-batang dan cabang-cabang yang boleh berdaun maka keringlah akar-akar itu dan hancurlah ia dalam tanah.
Begitu pula maksiat-maksiat dalam kaitannya dengan pohon iman, ia selalu membuat pengurangan dan aib dalam kesempurnaan dan keindahannya, sesuai dengan besar dan kecilnya atau banyak dan sedikitnya kemaksiatan tersebut.
Rabu, November 19, 2008
Cara Rasulullah S.A.W. Mengelak Dan Menyembuhkan Penyakit
PENYEBAB ROSAKNYA BADAN
Perkara yang menyebabkan rosaknya badan Iaitu perasaan runsing, gelisah, lapar dan tidak tidur malam (bukan tujuan qiyamullail)
MENERANGKAN PENGLIHATAN
Perkara yang boleh menerangkan pandangan dan menyejukkan hati iaitu melihat pada warna hijau, melihat air yang mengalir, melihat orang/barang yang disayangi dan melihat buah (dedaun). Perkara yang boleh menggelapkan pandangan iaitu berjalan tanpa alas (berkaki ayam), menyambut waktu pagi dengan wajah murka (masam), banyak menangis dan banyak membaca tulisan yang kecil-kecil.
PENYEBAB WAJAH BERSINAR
Perkara yang boleh menyebabkan wajah kelihatan kering (hilang cahaya) iaitu berdusta, tidak mempunyai perasaan malu, banyak bertanya tanpa ilmu dan banyak berbuat dosa. Perkara yang boleh menyebabkan wajah bersinar iaitu menjaga maruah, jujur, dermawan dan takwa.
PERASAAN BENCI
Perkara yang menyebabkan perasaan benci iaitu sombong, dengki, berdusta dan suka mengadu domba.
PERKARA YANG MENDATANGKAN DAN MENYEKAT REZEKI
Perkara yang boleh menyebabkan datangnya rezeki iaitu Qiyamullail (beribadah di waktu malam selepas tidur), banyak membaca istighfar di waktu sahur (masa sebelum masuk waktu subuh), bersedekah dan berzikir di waktu pagi dan petang. Perkara yang menyebabkan rezeki tersekat iaitu tidur di waktu pagi, sedikit mengerjakan sembahyang, malas dan khianat.
KEFAHAMAN DAN INGATAN
Perkara yang boleh menyebabkan rosaknya ingatan dan kefahaman iaitu sentiasa makan buah yang masam, tidur pada tengkuk (belakang kepala), hati sedih dan fikiran runsing. Perkara yang menyebabkan bertambahnya daya ingatan dan kefahaman iaitu kegembiraan hati, sedikit makan dan sedikit minum, mengawal makanan dengan sesuatu yang manis dan berlemak serta mengurangkan kelebihan yang memberatkan badan.
Perkara yang menyebabkan rosaknya badan Iaitu perasaan runsing, gelisah, lapar dan tidak tidur malam (bukan tujuan qiyamullail)
MENERANGKAN PENGLIHATAN
Perkara yang boleh menerangkan pandangan dan menyejukkan hati iaitu melihat pada warna hijau, melihat air yang mengalir, melihat orang/barang yang disayangi dan melihat buah (dedaun). Perkara yang boleh menggelapkan pandangan iaitu berjalan tanpa alas (berkaki ayam), menyambut waktu pagi dengan wajah murka (masam), banyak menangis dan banyak membaca tulisan yang kecil-kecil.
PENYEBAB WAJAH BERSINAR
Perkara yang boleh menyebabkan wajah kelihatan kering (hilang cahaya) iaitu berdusta, tidak mempunyai perasaan malu, banyak bertanya tanpa ilmu dan banyak berbuat dosa. Perkara yang boleh menyebabkan wajah bersinar iaitu menjaga maruah, jujur, dermawan dan takwa.
PERASAAN BENCI
Perkara yang menyebabkan perasaan benci iaitu sombong, dengki, berdusta dan suka mengadu domba.
PERKARA YANG MENDATANGKAN DAN MENYEKAT REZEKI
Perkara yang boleh menyebabkan datangnya rezeki iaitu Qiyamullail (beribadah di waktu malam selepas tidur), banyak membaca istighfar di waktu sahur (masa sebelum masuk waktu subuh), bersedekah dan berzikir di waktu pagi dan petang. Perkara yang menyebabkan rezeki tersekat iaitu tidur di waktu pagi, sedikit mengerjakan sembahyang, malas dan khianat.
KEFAHAMAN DAN INGATAN
Perkara yang boleh menyebabkan rosaknya ingatan dan kefahaman iaitu sentiasa makan buah yang masam, tidur pada tengkuk (belakang kepala), hati sedih dan fikiran runsing. Perkara yang menyebabkan bertambahnya daya ingatan dan kefahaman iaitu kegembiraan hati, sedikit makan dan sedikit minum, mengawal makanan dengan sesuatu yang manis dan berlemak serta mengurangkan kelebihan yang memberatkan badan.
Apa Itu Yoga?
YOGA, satu istilah yang sinonim dengan gaya senaman tersendiri mutakhir ini. Jika dulu ia terbatas kepada kaum tertentu, kini pelbagai pihak cuba mengamalkannya kerana dikatakan mendapat ketenangan melalui senaman itu.
Faktor kesihatan dan ketenangan yang diperoleh melalui senaman yoga menyebabkan masyarakat berbilang agama termasuk umat Islam tertarik dan melakukan aktiviti terbabit. Tetapi apa sebenarnya yoga?
Kamus Dewan (Edisi Keempat) menyatakan yoga ialah sistem falsafah Hindu yang bertujuan menyatukan diri dengan tuhan dengan mengheningkan fikiran (seperti dengan bertafakur) melalui beberapa senaman gerak badan dan fikiran.
Ia juga membawa maksud senaman pelbagai cara untuk menenangkan fikiran, seperti bertafakur, terutama satu siri senaman gerak badan yang bertujuan mewujudkan keadaan badan dan fikiran yang sihat.
Menurut sebuah ensiklopedia, yoga merujuk kepada disiplin tradisional berkaitan fizikal dan mental yang berasal dari India; matlamat yang dicapai melalui disiplin ini; dan satu dari enam fahaman ortodoks (astika) dalam falsafah Hindu.
Istilah yoga dalam bahasa Sanskrit, berasal dari kata yuj, memberikan banyak makna seperti mengawal, menggalas dan menyatukan. Terjemahannya termasuk bergabung, bersatu, kesatuan, penghubung, jalan atau cara.
Pensyarah Fakulti Pengajian Islam Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Prof Zakaria Stapa, berkata Yoga yang berasal daripada masyarakat Hindu, menggabungkan unsur keagamaan dan penyembuhan jiwa kerana percaya yoga boleh menyatukan mereka dengan tuhan.
Yoga dikatakan mempunyai beberapa cabang, antaranya Raja Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, Bhakti Yoga dan Hatha Yoga.
Raja Yoga disusun dalam Sutra Yoga Patanjali dan dikenali sebagai yoga dalam konteks falsafah Hindu adalah sebahagian tradisi Samkhya.
Banyak teks Hindu membincangkan aspek yoga, termasuk Veda, Upanishad, Bhagavad Gita, Hatha Yoga Pradipika, Shiva Samhita dan pelbagai Tantra.
Di luar India, istilah yoga sering disamakan dengan Hatha Yoga dan gaya posisi tubuh (asana) atau suatu bentuk senaman. Seorang pengamal Yoga dipanggil Yogi (uniseks) atau Yogini (perempuan).
Senaman yoga yang diperkenalkan sekitar 3,300 Sebelum Masihi dikatakan dapat membantu melambatkan proses penuaan, mengurangkan risiko diabetes, darah tinggi, lelah dan penyakit berkaitan jantung.
Bagaimanapun, kebanyakan pergerakannya berdasarkan unsur dalam agama Hindu, dikhuatiri boleh memesongkan akidah bagi mereka beragama Islam yang mengamalkannya.
“Mengapa kita perlu mencari alternatif lain untuk bersenam dan ketenangan? Jika silap cara, yoga boleh memesongkan akidah kerana pergerakannya mengikut gaya dan tradisi agama Hindu,” kata Zakaria.
Ketika kebanyakan amalan mistik kuno secara samar-samar diisyaratkan dalam Veda, amalan pertapaan dirujuk dalam Brahmaas.
Rig Veda, teks Hindu paling awal menyatakan amalan terbabit. Pengawalan minda dan pernafasan dipercayai diamal sejak zaman Vedic (zaman Vedic ialah zaman dalam sejarah India sepanjang Veda, teks Hindu yang paling lama digubah).
Penulis popular mengenai yoga, Georg Feuerstein mempercayai yoga menjadi asas kepada upacara Vedic, khususnya untuk ratib zikir suci.
Dalam Upanishad, rujukan yang awal terhadap meditasi dibuat dalam Brihadaranyaka Upanishad, satu daripada Upanishad yang terawal.
Sumber naskhah utama bagi mengembangkan konsep yoga adalah pertengahan Upanishad, Mahabharata, termasuk Bhagavad Gita dan Sutra Yoga Patanjali.
Beberapa pengesahan ditemui di kawasan Peradaban Lembah Indus memaparkan gambaran dalam yoga atau meditasi seperti gaya posisi tubuh, ‘satu bentuk disiplin ritual, yang mencadangkan yoga’ iaitu titik kepada pemujaan Harappan kepada ‘disiplin ritual dan konsentrasi’, menurut ahli arkeologi Gregory Possehl.
Bhagavad Gita (Nyanyian Tuhan), menggunakan terma yoga dengan meluas dalam pelbagai cara. Sebagai sesuatu yang ditambah kepada seluruh bab (ch 6) mendedikasikan kepada amalan yoga tradisional, termasuk meditasi, ia memperkenalkan tiga jenis yoga yang menonjol, iaitu Karma yoga (yoga tindakan/aksi), Bhakti yoga (yoga pemujaan) dan Jnana yoga (yoga pengetahuan).
Madhusudana Sarasvati, seorang ahli falsafah India dalam tradisi Advaita Vedanta (aliran falsafah Hindu) membahagikan Gita kepada tiga seksyen, dengan enam bab pertama berkaitan Karma yoga, enam pertengahannya dengan Bhakti yoga dan enam yang terakhir dengan Jnana.
Pengkritik lain menyifatkan yoga yang berbeza pada setiap bab, dengan menggariskan lapan belas yoga berbeza.
Hatha Yoga adalah sistem yoga khusus digambarkan oleh Yogi Swatmarama, penyusun Hatha Yoga Pradipika pada kurun ke-15 India.
Hatha Yoga berbeza dari yoga Raja Patanjali kerana ia memfokus terhadap shatkarma (merujuk kepada amalan yoga membabitkan penyucian tubuh badan) penyucian fizikal badan sebagai peneraju kepada penyucian minda (ha) dan pernafasan (prana) atau tenaga yang penting (tha).
Dibandingkan dengan gaya posisi tubuh yang duduk atau berdiri, yoga Raja Patanjali, ia menandakan pembangunan gaya posisi tubuh sebagai gaya sepenuh badan yang kini menjadi popular.
Mufti Johor, Datuk Nooh Gadut, ketika mengkritik persoalan ini membabitkan umat Islam, berkata senaman yoga perlu diharamkan kerana bercanggah dengan akidah, syariat serta akhlak Islam dan wajib ditinggalkan individu yang sudah mengamalkannya.
Bahkan menurutnya, mereka yang terbabit dengan aktiviti itu perlu segera bertaubat kepada Allah kerana sudah melakukan perkara yang salah di sisi Islam.
“Bukan saja pengamal yoga, malah pengusaha pusat kecergasan yang beragama Islam juga perlu menghentikan perkhidmatan senaman ini kerana ia bercanggah dengan Islam dan boleh memesongkan akidah.
“Keputusan mengharamkan senaman ini juga tidak perlu dipertikaikan lagi kerana ia bertujuan menjaga kesucian agama dan akidah umat Islam,” katanya.
Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) ada mengeluarkan fatwa mengenai yoga, dengan mengklasifikasikannya sebagai perkara bidaah yang menyesatkan.
“Yoga adalah antara perkara bidaah yang digolongkan ke dalam bidaah dhalalah. la mengandungi unsur agama Hindu.
Segala perkara yang mengandungi unsur syirik dan boleh merosakkan kepercayaan (iktikad) seperti yang menganjurkan kepada persemadian kepada yang bukan mengingati Allah adalah dilarang dan hukumnya haram.”
Faktor kesihatan dan ketenangan yang diperoleh melalui senaman yoga menyebabkan masyarakat berbilang agama termasuk umat Islam tertarik dan melakukan aktiviti terbabit. Tetapi apa sebenarnya yoga?
Kamus Dewan (Edisi Keempat) menyatakan yoga ialah sistem falsafah Hindu yang bertujuan menyatukan diri dengan tuhan dengan mengheningkan fikiran (seperti dengan bertafakur) melalui beberapa senaman gerak badan dan fikiran.
Ia juga membawa maksud senaman pelbagai cara untuk menenangkan fikiran, seperti bertafakur, terutama satu siri senaman gerak badan yang bertujuan mewujudkan keadaan badan dan fikiran yang sihat.
Menurut sebuah ensiklopedia, yoga merujuk kepada disiplin tradisional berkaitan fizikal dan mental yang berasal dari India; matlamat yang dicapai melalui disiplin ini; dan satu dari enam fahaman ortodoks (astika) dalam falsafah Hindu.
Istilah yoga dalam bahasa Sanskrit, berasal dari kata yuj, memberikan banyak makna seperti mengawal, menggalas dan menyatukan. Terjemahannya termasuk bergabung, bersatu, kesatuan, penghubung, jalan atau cara.
Pensyarah Fakulti Pengajian Islam Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Prof Zakaria Stapa, berkata Yoga yang berasal daripada masyarakat Hindu, menggabungkan unsur keagamaan dan penyembuhan jiwa kerana percaya yoga boleh menyatukan mereka dengan tuhan.
Yoga dikatakan mempunyai beberapa cabang, antaranya Raja Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, Bhakti Yoga dan Hatha Yoga.
Raja Yoga disusun dalam Sutra Yoga Patanjali dan dikenali sebagai yoga dalam konteks falsafah Hindu adalah sebahagian tradisi Samkhya.
Banyak teks Hindu membincangkan aspek yoga, termasuk Veda, Upanishad, Bhagavad Gita, Hatha Yoga Pradipika, Shiva Samhita dan pelbagai Tantra.
Di luar India, istilah yoga sering disamakan dengan Hatha Yoga dan gaya posisi tubuh (asana) atau suatu bentuk senaman. Seorang pengamal Yoga dipanggil Yogi (uniseks) atau Yogini (perempuan).
Senaman yoga yang diperkenalkan sekitar 3,300 Sebelum Masihi dikatakan dapat membantu melambatkan proses penuaan, mengurangkan risiko diabetes, darah tinggi, lelah dan penyakit berkaitan jantung.
Bagaimanapun, kebanyakan pergerakannya berdasarkan unsur dalam agama Hindu, dikhuatiri boleh memesongkan akidah bagi mereka beragama Islam yang mengamalkannya.
“Mengapa kita perlu mencari alternatif lain untuk bersenam dan ketenangan? Jika silap cara, yoga boleh memesongkan akidah kerana pergerakannya mengikut gaya dan tradisi agama Hindu,” kata Zakaria.
Ketika kebanyakan amalan mistik kuno secara samar-samar diisyaratkan dalam Veda, amalan pertapaan dirujuk dalam Brahmaas.
Rig Veda, teks Hindu paling awal menyatakan amalan terbabit. Pengawalan minda dan pernafasan dipercayai diamal sejak zaman Vedic (zaman Vedic ialah zaman dalam sejarah India sepanjang Veda, teks Hindu yang paling lama digubah).
Penulis popular mengenai yoga, Georg Feuerstein mempercayai yoga menjadi asas kepada upacara Vedic, khususnya untuk ratib zikir suci.
Dalam Upanishad, rujukan yang awal terhadap meditasi dibuat dalam Brihadaranyaka Upanishad, satu daripada Upanishad yang terawal.
Sumber naskhah utama bagi mengembangkan konsep yoga adalah pertengahan Upanishad, Mahabharata, termasuk Bhagavad Gita dan Sutra Yoga Patanjali.
Beberapa pengesahan ditemui di kawasan Peradaban Lembah Indus memaparkan gambaran dalam yoga atau meditasi seperti gaya posisi tubuh, ‘satu bentuk disiplin ritual, yang mencadangkan yoga’ iaitu titik kepada pemujaan Harappan kepada ‘disiplin ritual dan konsentrasi’, menurut ahli arkeologi Gregory Possehl.
Bhagavad Gita (Nyanyian Tuhan), menggunakan terma yoga dengan meluas dalam pelbagai cara. Sebagai sesuatu yang ditambah kepada seluruh bab (ch 6) mendedikasikan kepada amalan yoga tradisional, termasuk meditasi, ia memperkenalkan tiga jenis yoga yang menonjol, iaitu Karma yoga (yoga tindakan/aksi), Bhakti yoga (yoga pemujaan) dan Jnana yoga (yoga pengetahuan).
Madhusudana Sarasvati, seorang ahli falsafah India dalam tradisi Advaita Vedanta (aliran falsafah Hindu) membahagikan Gita kepada tiga seksyen, dengan enam bab pertama berkaitan Karma yoga, enam pertengahannya dengan Bhakti yoga dan enam yang terakhir dengan Jnana.
Pengkritik lain menyifatkan yoga yang berbeza pada setiap bab, dengan menggariskan lapan belas yoga berbeza.
Hatha Yoga adalah sistem yoga khusus digambarkan oleh Yogi Swatmarama, penyusun Hatha Yoga Pradipika pada kurun ke-15 India.
Hatha Yoga berbeza dari yoga Raja Patanjali kerana ia memfokus terhadap shatkarma (merujuk kepada amalan yoga membabitkan penyucian tubuh badan) penyucian fizikal badan sebagai peneraju kepada penyucian minda (ha) dan pernafasan (prana) atau tenaga yang penting (tha).
Dibandingkan dengan gaya posisi tubuh yang duduk atau berdiri, yoga Raja Patanjali, ia menandakan pembangunan gaya posisi tubuh sebagai gaya sepenuh badan yang kini menjadi popular.
Mufti Johor, Datuk Nooh Gadut, ketika mengkritik persoalan ini membabitkan umat Islam, berkata senaman yoga perlu diharamkan kerana bercanggah dengan akidah, syariat serta akhlak Islam dan wajib ditinggalkan individu yang sudah mengamalkannya.
Bahkan menurutnya, mereka yang terbabit dengan aktiviti itu perlu segera bertaubat kepada Allah kerana sudah melakukan perkara yang salah di sisi Islam.
“Bukan saja pengamal yoga, malah pengusaha pusat kecergasan yang beragama Islam juga perlu menghentikan perkhidmatan senaman ini kerana ia bercanggah dengan Islam dan boleh memesongkan akidah.
“Keputusan mengharamkan senaman ini juga tidak perlu dipertikaikan lagi kerana ia bertujuan menjaga kesucian agama dan akidah umat Islam,” katanya.
Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) ada mengeluarkan fatwa mengenai yoga, dengan mengklasifikasikannya sebagai perkara bidaah yang menyesatkan.
“Yoga adalah antara perkara bidaah yang digolongkan ke dalam bidaah dhalalah. la mengandungi unsur agama Hindu.
Segala perkara yang mengandungi unsur syirik dan boleh merosakkan kepercayaan (iktikad) seperti yang menganjurkan kepada persemadian kepada yang bukan mengingati Allah adalah dilarang dan hukumnya haram.”
Sains Buktikan Sembelihan Cara Islam Terbaik
Barat termasuk aktivis hak asasi haiwan menganggap perbuatan menyembelih haiwan yang dilakukan umat Islam mempamerkan sikap tidak berperikemanusiaan kerana banyak darah tertumpah ke bumi terutama ketika amalan korban pada Aidiladha.
Malah, ketika kempen keganasan sibuk dilancarkan oleh Barat, mereka menggunakan alasan amalan korban ini sebagai satu daripada hujah mereka bagi membuktikan betapa Islam mengajar umatnya menjadi ganas.
Di Barat, undang-undang mereka memperuntukkan supaya haiwan dikenakan kejutan elektrik di kepala sebelum dibunuh, kononnya bagi memastikan haiwan itu pengsan terlebih dulu sebelum ia dibunuh.
Selain itu, kononnya tindakan mereka itu bertujuan untuk menghalang binatang berasa sakit sebelum ia mati.
Tetapi sekali lagi apakah pandangan Barat ini benar?
Pendirian Islam mengenai apa yang boleh dimakan dan apa yang diharamkan adalah jelas terutama membabitkan daging.
Dalam Surah al-Maidah ayat 5, Allah menyatakan:
“Diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai, dan darah, dan daging babi, dan binatang-binatang yang disembelih kerana yang lain dari Allah, dan yang mati tercekik, dan mati dipukul, dan mati jatuh, dan mati ditanduk, dan yang mati dimakan binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih, dan yang disembelih atas nama berhala.” (Tafsir al-Rahman, Jakim).
Selain itu, Islam juga mengharamkan memakan daging haiwan tanpa disembelih seperti mencucuk leher, menghempap dengan batu atau cara selain daripada sembelihan.
Islam mengajar supaya sembelihan dilakukan dengan pisau tajam bagi memotong bahagian leher untuk memutuskan dua urat utama atau urat mareh. Kaedah ini dikaji pakar Jerman.
Pakar itu, Profesor Wilhelm Schulze dan rakannya, Dr Hazim di Sekolah Perubatan Veterinar, Universiti Hannover, Jerman, mencari kaedah terbaik proses mematikan haiwan bagi mendapatkan daging yang bersih dan segar.
Kajian itu bertajuk, “Cubaan untuk mengesan kesakitan dan rasa sedar mengikut kaedah konvensional dan agama ketika menyembelih lembu atau kambing”, menyimpulkan kaedah Islam terbaik kerana lebih berperikemanusiaan..
Mereka menyimpulkan bahawa amalan mengenakan kejutan elektrik ke atas haiwan sebelum dibunuh seperti yang diamalkan oleh Barat, mendatangkan kesakitan yang amat sangat pada haiwan.
Dalam kajian itu, beberapa alat pengesan dipasang di pelbagai tempat pada otak haiwan. Alat itu dimasukkan menerusi pembedahan khas dan haiwan terbabit dibiarkan untuk pulih selama beberapa minggu.
Beberapa ekor haiwan itu disembelih mengikut kaedah Islam menggunakan tindakan pantas, memotong urat leher dengan pisau tajam. Beberapa ekor haiwan lain dibunuh mengikut kaedah barat menggunakan Pistol Kejutan (CBP).
Ketika ujian dijalankan, rekod electroencephalograph (EEG) dan electrocardiogram (ECG) dicatatkan bagi mengetahui keadaan otak dan jantung semua haiwan terbabit ketika proses penyembelihan dan kaedah CBP.
Hasil ujian mendapati menurut kaedah Islam, tiga saat pertama ketika disembelih, EEG tidak mencatatkan sebarang perubahan pada graf sama seperti sebelum penyembelihan.
Keadaan itu membayangkan bahawa haiwan itu tidak berasa sebarang kesakitan ketika atau sebaik saja pisau memotong urat leher terbabit.
Untuk tiga saat kedua, EEG mencatatkan keadaan tidur lena atau tidak sedar diri. Ini disebabkan banyak darah mengalir keluar dari badan.
Selepas enam saat, EEG mencatatkan paras sifar, menunjukkan haiwan itu tidak merasai sebarang kesakitan.
Ketika mesej otak (EEG) jatuh ke paras sifar, jantung masih mengepam dan badan haiwan masih dapat bergerak akibat tindak balas daripada saraf tunjang, menyebabkan semua darah keluar dari badan haiwan menghasilkan daging yang selamat untuk dimakan, menurut penyelidikan itu.
Bagaimanapun, ketika mengkaji kaedah CBP, haiwan dikesan terus pengsan sebaik saja menerima tembakan CBP dan EEG menunjukkan bacaan amat sakit pada haiwan itu.
Jantung haiwan itu berhenti berdenyut lebih awal selepas terkena kejutan berbanding haiwan yang disembelih. Keadaan itu menyebabkan banyak darah masih terkumpul dalam daging dan ia sebenarnya tidak selamat untuk dimakan.
Kajian terbaru juga menunjukkan kaedah mematikan haiwan yang digunakan oleh Barat dan bukan Islam, turut dikatakan menjadi punca kepada penularan wabak penyakit lembu gila daripada haiwan kepada manusia.
Kaitan ini didedahkan menerusi kajian yang dijalankan oleh Universiti Texas A&M dan Agensi Pemeriksaan Makanan Kanada. Ia menyatakan, kaedah kejutan pneumatik (iaitu menembak bola besi ke otak lembu diikuti dengan mengenakan tekanan udara tinggi) menyebabkan kerosakan tisu otak serta saraf tunjang haiwan itu.
Laporan ini amat menggemparkan kerana tisu otak dan saraf tunjang adalah bahagian yang paling terjejas teruk kerana dijangkiti penyakit lembu gila dan apabila ia hancur akibat kaedah berkenaan, bakteria serta protein penyakit lembu gila akan merebak ke daging..
Malah, lebih menggemparkan, kaedah ini digunakan ke atas 30 hingga 40 peratus lembu yang dimatikan untuk diambil dagingnya di Amerika Syarikat.
Malah, kajian lain yang dijalankan di seluruh dunia juga mendapati daging menjadi lebih lembut berbanding daging yang tidak disembelih menurut Islam seperti ujian yang dijalankan ke atas ayam sembelih dan tidak sembelih.
Kajian terbabit jelas membuktikan bahawa penyembelihan menurut kaedah Islam adalah cara yang terbaik bukan saja untuk kebaikan haiwan itu sendiri tetapi juga memberi manfaat kesihatan kepada manusia.
Selain itu, Islam mengenakan beberapa langkah lain bagi memastikan penyembelihan ini dapat disempurnakan dengan lebih baik.
Dalam aspek ini, Nabi Muhammad SAW pernah mengarahkan supaya sentiasa belas kasihan terhadap haiwan dengan memastikan pisau yang digunakan benar-benar tajam bagi mengurangkan rasa sakit.
Islam menjelaskan, proses menyembelih perlu dilakukan dengan pantas bagi memutuskan salur darah ke saraf otak kerana saraf ini yang menghantar mesej kesakitan kepada otak.
Dengan itu, haiwan tidak akan berasa sakit ketika disembelih. Pergerakan dan kekejangan yang berlaku selepas haiwan itu disembelih, bukan akibat kesakitan tetapi akibat denyutan diikuti keadaan tenang.
Proses itu menyebabkan darah dikeluarkan dari badan sepenuhnya, kata Dr Aisha El-Awady, yang menulis dalam Islamonline pada 2003.
Selain itu, Sunnah Nabi Muhammad SAW juga menegaskan, adalah tidak wajar seseorang penyembelih, menajamkan pisaunya di depan haiwan yang akan disembelih atau menyembelih seekor haiwan itu di depan haiwan lain.
Menjelaskan lagi proses penyembelihan Islam, Dr Aisha menyatakan, kaedah Islam juga memastikan saluran udara, kerongkong dan dua urat leher dipotong tanpa menjejaskan saraf tunjang.
Kaedah ini membolehkan darah keluar membuak-buak dari badan haiwan dan menghasilkan daging yang bersih.
“Jika saraf tunjang terputus, fiber saraf ke jantung akan rosak menyebabkan jantung terhenti dan darah akan terkumpul di dalam daging. Darah perlu dikeluarkan sepenuhnya sebelum kepala dicerahkan. Keadaan ini akan membersihkan daging itu kerana darah bertindak sebagai perantara kepada mikro organisma,” kata Aisha dalam kajiannya.
Dengan bukti ini, seharusnya aktivis hak asasi Barat berkempen supaya menggunakan kaedah Islam ketika proses penyembelihan serta mensasarkan kecaman mereka terhadap kaedah selain daripada Islam yang terbukti kejam dan tidak berperikemanusiaan."
Malah, ketika kempen keganasan sibuk dilancarkan oleh Barat, mereka menggunakan alasan amalan korban ini sebagai satu daripada hujah mereka bagi membuktikan betapa Islam mengajar umatnya menjadi ganas.
Di Barat, undang-undang mereka memperuntukkan supaya haiwan dikenakan kejutan elektrik di kepala sebelum dibunuh, kononnya bagi memastikan haiwan itu pengsan terlebih dulu sebelum ia dibunuh.
Selain itu, kononnya tindakan mereka itu bertujuan untuk menghalang binatang berasa sakit sebelum ia mati.
Tetapi sekali lagi apakah pandangan Barat ini benar?
Pendirian Islam mengenai apa yang boleh dimakan dan apa yang diharamkan adalah jelas terutama membabitkan daging.
Dalam Surah al-Maidah ayat 5, Allah menyatakan:
“Diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai, dan darah, dan daging babi, dan binatang-binatang yang disembelih kerana yang lain dari Allah, dan yang mati tercekik, dan mati dipukul, dan mati jatuh, dan mati ditanduk, dan yang mati dimakan binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih, dan yang disembelih atas nama berhala.” (Tafsir al-Rahman, Jakim).
Selain itu, Islam juga mengharamkan memakan daging haiwan tanpa disembelih seperti mencucuk leher, menghempap dengan batu atau cara selain daripada sembelihan.
Islam mengajar supaya sembelihan dilakukan dengan pisau tajam bagi memotong bahagian leher untuk memutuskan dua urat utama atau urat mareh. Kaedah ini dikaji pakar Jerman.
Pakar itu, Profesor Wilhelm Schulze dan rakannya, Dr Hazim di Sekolah Perubatan Veterinar, Universiti Hannover, Jerman, mencari kaedah terbaik proses mematikan haiwan bagi mendapatkan daging yang bersih dan segar.
Kajian itu bertajuk, “Cubaan untuk mengesan kesakitan dan rasa sedar mengikut kaedah konvensional dan agama ketika menyembelih lembu atau kambing”, menyimpulkan kaedah Islam terbaik kerana lebih berperikemanusiaan..
Mereka menyimpulkan bahawa amalan mengenakan kejutan elektrik ke atas haiwan sebelum dibunuh seperti yang diamalkan oleh Barat, mendatangkan kesakitan yang amat sangat pada haiwan.
Dalam kajian itu, beberapa alat pengesan dipasang di pelbagai tempat pada otak haiwan. Alat itu dimasukkan menerusi pembedahan khas dan haiwan terbabit dibiarkan untuk pulih selama beberapa minggu.
Beberapa ekor haiwan itu disembelih mengikut kaedah Islam menggunakan tindakan pantas, memotong urat leher dengan pisau tajam. Beberapa ekor haiwan lain dibunuh mengikut kaedah barat menggunakan Pistol Kejutan (CBP).
Ketika ujian dijalankan, rekod electroencephalograph (EEG) dan electrocardiogram (ECG) dicatatkan bagi mengetahui keadaan otak dan jantung semua haiwan terbabit ketika proses penyembelihan dan kaedah CBP.
Hasil ujian mendapati menurut kaedah Islam, tiga saat pertama ketika disembelih, EEG tidak mencatatkan sebarang perubahan pada graf sama seperti sebelum penyembelihan.
Keadaan itu membayangkan bahawa haiwan itu tidak berasa sebarang kesakitan ketika atau sebaik saja pisau memotong urat leher terbabit.
Untuk tiga saat kedua, EEG mencatatkan keadaan tidur lena atau tidak sedar diri. Ini disebabkan banyak darah mengalir keluar dari badan.
Selepas enam saat, EEG mencatatkan paras sifar, menunjukkan haiwan itu tidak merasai sebarang kesakitan.
Ketika mesej otak (EEG) jatuh ke paras sifar, jantung masih mengepam dan badan haiwan masih dapat bergerak akibat tindak balas daripada saraf tunjang, menyebabkan semua darah keluar dari badan haiwan menghasilkan daging yang selamat untuk dimakan, menurut penyelidikan itu.
Bagaimanapun, ketika mengkaji kaedah CBP, haiwan dikesan terus pengsan sebaik saja menerima tembakan CBP dan EEG menunjukkan bacaan amat sakit pada haiwan itu.
Jantung haiwan itu berhenti berdenyut lebih awal selepas terkena kejutan berbanding haiwan yang disembelih. Keadaan itu menyebabkan banyak darah masih terkumpul dalam daging dan ia sebenarnya tidak selamat untuk dimakan.
Kajian terbaru juga menunjukkan kaedah mematikan haiwan yang digunakan oleh Barat dan bukan Islam, turut dikatakan menjadi punca kepada penularan wabak penyakit lembu gila daripada haiwan kepada manusia.
Kaitan ini didedahkan menerusi kajian yang dijalankan oleh Universiti Texas A&M dan Agensi Pemeriksaan Makanan Kanada. Ia menyatakan, kaedah kejutan pneumatik (iaitu menembak bola besi ke otak lembu diikuti dengan mengenakan tekanan udara tinggi) menyebabkan kerosakan tisu otak serta saraf tunjang haiwan itu.
Laporan ini amat menggemparkan kerana tisu otak dan saraf tunjang adalah bahagian yang paling terjejas teruk kerana dijangkiti penyakit lembu gila dan apabila ia hancur akibat kaedah berkenaan, bakteria serta protein penyakit lembu gila akan merebak ke daging..
Malah, lebih menggemparkan, kaedah ini digunakan ke atas 30 hingga 40 peratus lembu yang dimatikan untuk diambil dagingnya di Amerika Syarikat.
Malah, kajian lain yang dijalankan di seluruh dunia juga mendapati daging menjadi lebih lembut berbanding daging yang tidak disembelih menurut Islam seperti ujian yang dijalankan ke atas ayam sembelih dan tidak sembelih.
Kajian terbabit jelas membuktikan bahawa penyembelihan menurut kaedah Islam adalah cara yang terbaik bukan saja untuk kebaikan haiwan itu sendiri tetapi juga memberi manfaat kesihatan kepada manusia.
Selain itu, Islam mengenakan beberapa langkah lain bagi memastikan penyembelihan ini dapat disempurnakan dengan lebih baik.
Dalam aspek ini, Nabi Muhammad SAW pernah mengarahkan supaya sentiasa belas kasihan terhadap haiwan dengan memastikan pisau yang digunakan benar-benar tajam bagi mengurangkan rasa sakit.
Islam menjelaskan, proses menyembelih perlu dilakukan dengan pantas bagi memutuskan salur darah ke saraf otak kerana saraf ini yang menghantar mesej kesakitan kepada otak.
Dengan itu, haiwan tidak akan berasa sakit ketika disembelih. Pergerakan dan kekejangan yang berlaku selepas haiwan itu disembelih, bukan akibat kesakitan tetapi akibat denyutan diikuti keadaan tenang.
Proses itu menyebabkan darah dikeluarkan dari badan sepenuhnya, kata Dr Aisha El-Awady, yang menulis dalam Islamonline pada 2003.
Selain itu, Sunnah Nabi Muhammad SAW juga menegaskan, adalah tidak wajar seseorang penyembelih, menajamkan pisaunya di depan haiwan yang akan disembelih atau menyembelih seekor haiwan itu di depan haiwan lain.
Menjelaskan lagi proses penyembelihan Islam, Dr Aisha menyatakan, kaedah Islam juga memastikan saluran udara, kerongkong dan dua urat leher dipotong tanpa menjejaskan saraf tunjang.
Kaedah ini membolehkan darah keluar membuak-buak dari badan haiwan dan menghasilkan daging yang bersih.
“Jika saraf tunjang terputus, fiber saraf ke jantung akan rosak menyebabkan jantung terhenti dan darah akan terkumpul di dalam daging. Darah perlu dikeluarkan sepenuhnya sebelum kepala dicerahkan. Keadaan ini akan membersihkan daging itu kerana darah bertindak sebagai perantara kepada mikro organisma,” kata Aisha dalam kajiannya.
Dengan bukti ini, seharusnya aktivis hak asasi Barat berkempen supaya menggunakan kaedah Islam ketika proses penyembelihan serta mensasarkan kecaman mereka terhadap kaedah selain daripada Islam yang terbukti kejam dan tidak berperikemanusiaan."
Agama Yahudi, Kristian dan Selainya ...
Pandangan terhadap Agama Yahudi:
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? (at-Taubah, 9:30)
Kaum Yahudi bukan sahaja menuduh ALLAH memiliki anak, tetapi juga mengubah ajaran-ajaran yang ada di dalam kitab Taurat dengan tulisan tangan mereka. Hal ini diterangkan oleh ALLAH di dalam firman-NYA:
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (al-Baqarah, 2: 79)
(Tafsiran Tambahan: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (S. 2: 79) turun tentang ahli kitab yang memalsukan Taurat.
(Diriwayatkan oleh an-Nasa'i yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 79) tentang padri-padri bangsa Yahudi yang mendapatkan sifat-sifat Nabi SAW tertulis dalam kitab Taurat yang berbunyi: Matanya seperti yang selalu memakai cela, tingginya sedang, rambutnya kriting, mukanya cantik." Akan tetapi mereka hapus (kalimat tersebut dari Taurat) karena dengki dan benci serta menggantinya dengan kalimat: "Badannya tinggi, matanya biru, rambutnya lurus.." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Atas penyimpangan-penyimpangan ini, Islam tidak mengiktiraf Yahudi sebagai agama yang benar.
Pandangan Islam Terhadap agama Nasrani (Kristian)
Sebagaimana agama Yahudi, agama Kristian juga telah diselewengkan pleh para penganutnya. Penyelewengan yang paling besar ialah iktikad mereka terhadap konsep Trinity, iaitu konsep tiga tuhan dalam satu (bersama) iaitu God The Father, Jesus The Son, and The Holy Spirit (Ruhul Qudus). Iktikad mereka ini ditolak oleh ALLAH melalui Firman-NYA:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (al-Ma’idah, 5:72-73)
Selain itu, para penganut agama Nasrani (Kristian) juga tidak terlepas daripada membuat pelbagai pertukaran di dalam kitab injil yang diturunkan kepada mereka. {Rujuk Izhar al-Haq oleh Syaikh Rahmatullah al-Hindi (1308H) (Dar al-Hadith, Kaherah 2001)] pertukaran ini masih dilakukan sehingga kini, bukan sahaja di negara-negara Barat tetapi juga di Indonesia. [Rujuk Dokumen Pemalsuan al-Kitab oleh Molyadi Samuel (Victory Press, Jakarta 2002)] Bahkan di atas segala ini, mereka masih mencipta pelbagai doktrin baru yang bertentangan dengan kitab Injil yang telah mereka tukar tersebut. [Rujuk Christianity Through The Lens of Christian and Muslim Scholars, Book 1 & Book 2 M. Amin Yaakob (Jahabersa, Johor Bahru 2004)]
Maka, atas penyimpangan-penyimpangan ini, agama Nasrani tidak dianggap sebagai agama yang benar di sisi Islam.
Pendirian Islam Terhadap Agama-Agama Yang Lain Termasuk Agama Berhala
Al-Qur’an al-Karim adalah sebagai sebuah kitab yang lengkap tentu sekali tidak terlepas daripada membicarakan status agama-agama penyembah berhala, sama ada berhala tersebut terdiri daripada matahari, patung, atau apa-apa jua selain ALLAH.
[1] Terhadap Penyembah Matahari
(Burung Belatuk menerangkan kepada Nabi Sulaiman): “Aku mendapati raja perempuan itu dan kaumnya sujud (menyembah) kepada matahari dengan meninggalkan ibadat menyembah Allah; dan syaitan pula telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan (syirik) mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (yang benar), sehingga mereka tidak dapat petunjuk”, (an-Naml, 27:24)
[2] Terhadap Penyembah Patung Ukiran (Buatan)
Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya:"Apakah yang kamu sembah? Mereka menjawab:"Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya". Berkata Ibrahim:"Apakah berhala-berhala itu mendengar (do'a)mu sewaktu kamu berdo'a (kepadanya)? atau (dapatkah) mereka memberi manfa'at kepadamu atau memberi mudharat"? Mereka menjawab:"(bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". Ibrahim berkata:"Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam, (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, (as-Syu’ara, 26:69-78)
[3] Terhadap Agama Pelbagai Tuhan Yang Dianggap Oleh Para Penganutnya Sebagai Apa Sahaja Boleh Dianggap Sebagai Tuhan
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, nescaya rosaklah pentadbiran keduanya.. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (al-Anbiya’, 21:22)
[4] Terhadap Pembuat Berhala Sebagai Penghubung Kepada Tuhan
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak menyembah mereka melainkan adalah supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (az-Zumar, 39:3)
Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka.Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. (al-Ahqaf, 46:28)
Kesimpulan:
Daripada ayat-ayat di atas, jelas kepada kita bahawa al-Qur’an membicarakan tentang agama-agama yang menyembah tuhan-tuhan selain ALLAH tanpa mengira apa dan bagaimana tuhan-tuhan tersebut dengan nada yang negative dan tercela (tidak mengiktiraf). Ini adalah tidak lain menunjukkan penolakan Islam terhadap kebenaran agama-agama tersebut.
Berdasark dalil-dali al-Qur’an tersebut juga jelas ALLAH telah membicarakan perihal pelbagai jenis agama yang wujud di muka bumi ini seperti Yahudi, Kristian, Budha, Hindu, Tao, dan ratusan agama lagi. Dengan jelas juga, al-Qur’an telah menolak kebenaran agama tersebut. Dalam apa yang dibicarakan melalui al-Qur’an, yang penting bukanlah nama agama tetapi asas yang membentuk iktikad tauhid sesuatu agama. Dengan cara ini perbahasan al-Qur’an terhadap agama-agama penyembahan selain ALLAH akan sentiasa relevan pada semua zaman dan tempat. Seterusnya, ini telah mengingatkan kepada kita bahawa agama penyembahan selain ALLAH (yang dicipta oleh manusia) sentiasa akan muncul di sana sini tanpa mengira zaman mahupun tempat. Demikianlah kemukjizatan al-Qur’an al-Karim.
Seruan al-Qur’an Kepada Umat Manusia
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (an-Nisa’: 82)
Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (al-Baqarah, 2:21-22)
Katakanlah:"Dialah Allah, Yang Maha Esa". Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (al-Ikhlas, 1-4)
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) meereka bersedih hati. (al-Baqarah,. 2:62)
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran,. 3:18-19)
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (ali-Imran. 3:85)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran, 3:190-191)
“Dan juga pada diri kamu sendiri, maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)”. (az-Zariyat: 21)
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: 'inilah dari Allah', (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." (Al-Baqarah: 79)
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman mengerjakan amal soleh dengan orang-orang yang derhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (al-Mu’min: 58)
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.” (ar-Ruum: 8)
“(al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Ali-Imran: 138)
"(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahawasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran". (Ibrahim: 52)
“…Katakanlah lagi (kepadanya): Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna”. (Surah Zumar: 9)
Seruan Buat Para Muslimin dan Muslimat (Marilah Menerangkan Kebenaran)
Dan katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (al-Kahfi, 18:29)
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (Yunus, 10:99)
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan. (al-Ma’idah, 5:8)
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (al-Mumtahanah, 60:9)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (an-Nahl, 16:125)
Pendirian Sebagai Umat Islam
Katakanlah:"Dialah Allah, Yang Maha Esa". Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (al-Ikhlas, 1-4)
Katakanlah:"Hai orang-orang kafir!" aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (al-Kafirun, 109:1-6)
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling? (at-Taubah, 9:30)
Kaum Yahudi bukan sahaja menuduh ALLAH memiliki anak, tetapi juga mengubah ajaran-ajaran yang ada di dalam kitab Taurat dengan tulisan tangan mereka. Hal ini diterangkan oleh ALLAH di dalam firman-NYA:
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (al-Baqarah, 2: 79)
(Tafsiran Tambahan: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (S. 2: 79) turun tentang ahli kitab yang memalsukan Taurat.
(Diriwayatkan oleh an-Nasa'i yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (S. 2: 79) tentang padri-padri bangsa Yahudi yang mendapatkan sifat-sifat Nabi SAW tertulis dalam kitab Taurat yang berbunyi: Matanya seperti yang selalu memakai cela, tingginya sedang, rambutnya kriting, mukanya cantik." Akan tetapi mereka hapus (kalimat tersebut dari Taurat) karena dengki dan benci serta menggantinya dengan kalimat: "Badannya tinggi, matanya biru, rambutnya lurus.." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Atas penyimpangan-penyimpangan ini, Islam tidak mengiktiraf Yahudi sebagai agama yang benar.
Pandangan Islam Terhadap agama Nasrani (Kristian)
Sebagaimana agama Yahudi, agama Kristian juga telah diselewengkan pleh para penganutnya. Penyelewengan yang paling besar ialah iktikad mereka terhadap konsep Trinity, iaitu konsep tiga tuhan dalam satu (bersama) iaitu God The Father, Jesus The Son, and The Holy Spirit (Ruhul Qudus). Iktikad mereka ini ditolak oleh ALLAH melalui Firman-NYA:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (al-Ma’idah, 5:72-73)
Selain itu, para penganut agama Nasrani (Kristian) juga tidak terlepas daripada membuat pelbagai pertukaran di dalam kitab injil yang diturunkan kepada mereka. {Rujuk Izhar al-Haq oleh Syaikh Rahmatullah al-Hindi (1308H) (Dar al-Hadith, Kaherah 2001)] pertukaran ini masih dilakukan sehingga kini, bukan sahaja di negara-negara Barat tetapi juga di Indonesia. [Rujuk Dokumen Pemalsuan al-Kitab oleh Molyadi Samuel (Victory Press, Jakarta 2002)] Bahkan di atas segala ini, mereka masih mencipta pelbagai doktrin baru yang bertentangan dengan kitab Injil yang telah mereka tukar tersebut. [Rujuk Christianity Through The Lens of Christian and Muslim Scholars, Book 1 & Book 2 M. Amin Yaakob (Jahabersa, Johor Bahru 2004)]
Maka, atas penyimpangan-penyimpangan ini, agama Nasrani tidak dianggap sebagai agama yang benar di sisi Islam.
Pendirian Islam Terhadap Agama-Agama Yang Lain Termasuk Agama Berhala
Al-Qur’an al-Karim adalah sebagai sebuah kitab yang lengkap tentu sekali tidak terlepas daripada membicarakan status agama-agama penyembah berhala, sama ada berhala tersebut terdiri daripada matahari, patung, atau apa-apa jua selain ALLAH.
[1] Terhadap Penyembah Matahari
(Burung Belatuk menerangkan kepada Nabi Sulaiman): “Aku mendapati raja perempuan itu dan kaumnya sujud (menyembah) kepada matahari dengan meninggalkan ibadat menyembah Allah; dan syaitan pula telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan (syirik) mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (yang benar), sehingga mereka tidak dapat petunjuk”, (an-Naml, 27:24)
[2] Terhadap Penyembah Patung Ukiran (Buatan)
Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya:"Apakah yang kamu sembah? Mereka menjawab:"Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya". Berkata Ibrahim:"Apakah berhala-berhala itu mendengar (do'a)mu sewaktu kamu berdo'a (kepadanya)? atau (dapatkah) mereka memberi manfa'at kepadamu atau memberi mudharat"? Mereka menjawab:"(bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". Ibrahim berkata:"Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam, (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, (as-Syu’ara, 26:69-78)
[3] Terhadap Agama Pelbagai Tuhan Yang Dianggap Oleh Para Penganutnya Sebagai Apa Sahaja Boleh Dianggap Sebagai Tuhan
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, nescaya rosaklah pentadbiran keduanya.. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. (al-Anbiya’, 21:22)
[4] Terhadap Pembuat Berhala Sebagai Penghubung Kepada Tuhan
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):"Kami tidak menyembah mereka melainkan adalah supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (az-Zumar, 39:3)
Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka.Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan. (al-Ahqaf, 46:28)
Kesimpulan:
Daripada ayat-ayat di atas, jelas kepada kita bahawa al-Qur’an membicarakan tentang agama-agama yang menyembah tuhan-tuhan selain ALLAH tanpa mengira apa dan bagaimana tuhan-tuhan tersebut dengan nada yang negative dan tercela (tidak mengiktiraf). Ini adalah tidak lain menunjukkan penolakan Islam terhadap kebenaran agama-agama tersebut.
Berdasark dalil-dali al-Qur’an tersebut juga jelas ALLAH telah membicarakan perihal pelbagai jenis agama yang wujud di muka bumi ini seperti Yahudi, Kristian, Budha, Hindu, Tao, dan ratusan agama lagi. Dengan jelas juga, al-Qur’an telah menolak kebenaran agama tersebut. Dalam apa yang dibicarakan melalui al-Qur’an, yang penting bukanlah nama agama tetapi asas yang membentuk iktikad tauhid sesuatu agama. Dengan cara ini perbahasan al-Qur’an terhadap agama-agama penyembahan selain ALLAH akan sentiasa relevan pada semua zaman dan tempat. Seterusnya, ini telah mengingatkan kepada kita bahawa agama penyembahan selain ALLAH (yang dicipta oleh manusia) sentiasa akan muncul di sana sini tanpa mengira zaman mahupun tempat. Demikianlah kemukjizatan al-Qur’an al-Karim.
Seruan al-Qur’an Kepada Umat Manusia
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (an-Nisa’: 82)
Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (al-Baqarah, 2:21-22)
Katakanlah:"Dialah Allah, Yang Maha Esa". Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (al-Ikhlas, 1-4)
Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) meereka bersedih hati. (al-Baqarah,. 2:62)
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran,. 3:18-19)
Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi. (ali-Imran. 3:85)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali Imran, 3:190-191)
“Dan juga pada diri kamu sendiri, maka mengapa kamu tidak mahu melihat serta memikirkan (dalil-dalil dan bukti itu)”. (az-Zariyat: 21)
"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: 'inilah dari Allah', (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan." (Al-Baqarah: 79)
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman mengerjakan amal soleh dengan orang-orang yang derhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (al-Mu’min: 58)
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.” (ar-Ruum: 8)
“(al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Ali-Imran: 138)
"(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahawasanya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran". (Ibrahim: 52)
“…Katakanlah lagi (kepadanya): Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan peringatan hanyalah orang-orang yang berakal sempurna”. (Surah Zumar: 9)
Seruan Buat Para Muslimin dan Muslimat (Marilah Menerangkan Kebenaran)
Dan katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (al-Kahfi, 18:29)
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya (Yunus, 10:99)
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan. (al-Ma’idah, 5:8)
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (al-Mumtahanah, 60:9)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (an-Nahl, 16:125)
Pendirian Sebagai Umat Islam
Katakanlah:"Dialah Allah, Yang Maha Esa". Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (al-Ikhlas, 1-4)
Katakanlah:"Hai orang-orang kafir!" aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku (al-Kafirun, 109:1-6)
Kufur, Syirik, Murtad dan Nifaq
Adakah kita mengetahui bahawa orang yang mati dalam keadaan kafir, musyrik, atau murtad, tidaklah sah amalan-amalan baiknya, sama ada seperti solat, puasa, sedeqah, hubungan baik silaturahim, menjaga hak-hak tetangga dan sebagainya. Hal ini adalah kerana syarat sahnya ibadah adalah sewajarnya terlebih dahulu mengetahui untuk siapa ia/kita beribadah. Sedangkan orang kafir kehilangan syarat ini, maka amalannya pun batal/sia-sia.
Allah s.w.t. berfirman:
“...Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya. “ (Surah al-Baqarah 2: 217)
Allah s.w.t. berfirman:
“Tidaklah sepatutnya orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahawa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam Neraka.” (Surah at-Taubah 9: 17)
Allah s.w.t. berfirman:
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan pertemuannya dengan akhirat, sia-sialah, perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Surah al-A’raaf 7: 147)
Allah s.w.t. berfirman:
“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Surah al-Maa-idah 5: 5)
Allah s.w.t. berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka.” (Surah Muhammad 47: 34)
Firman Allah telah sampai kepada puncaknya (akhirnya) dalam menetapkan hakikat syari’at ini, menyatakan kepada Rasulullah dalam rangka mengingatkan ummatnya. Maka, jika Rasulullah s.a.w. (dengan kedudukannya yang mulia) berbuat syirik, maka akan batallah seluruh amalannya. Bagaimana dengan kita?! Akan tetapi, beliau s.a.w. tidak akan berbuat syirik kerana ketinggian darjatnya, lebih-lebih lagi jika beliau murtad, sangatlah mustahil dilakukan oleh beliau secara syara’, kerana beliau itu ma’shum (terpelihara dari kesalahan) yang dipelihara oleh Allah s.w.t.
Allah s.w.t. berfirman:
“Dan sesungguhnya telab diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-Nabi) sebelummu jika kamu mempersekutukan (Allah,), niscaya akan terhapuslah amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang yang rugi. “ (Surah az-Zumar 39: 65)
Allah s.w.t. berfirman mengkhabarkan tentang seluruh Rasul-Nya:
“...Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang mereka kerjakan.” (Surah al-An’aam 6: 88)
Dan ayat-ayat berkenaan hal ini cukup banyak sekali
Nabi s.a.w. bersabda:
“Jika Allah telah mengumpulkan manusia dari pertama sampai terakhir pada hari yang tidak ada keraguan padanya (hari Kiamat), seorang penyeru akan berkata: “Barangsiapa yang menyekutukan Allah dalam amalannya yang ia lakukan untuk seseorang, maka hendaklah ia meminta pahala darinya, kerana Allah sangat tidak memerlukan kepada kesyirikan”.” (Sahih lighairihi, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (3154), Ibnu Majah (4203), Ahmad (4/215), Ibnu Hibban (7301) dan yang lainnya dari jalan Muhammad bin Bakr al-Bursani, dari Abdul Hamid bin Ja’far, ayahku mengkhabarkan kepadaku dari Ibnu Mina, dari Abu Sa’ad bin Abi Fudhalah al-Anshari secara marfu’. at-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan gharib,” dan disepakati oleh Syaikh al-Albani dalam Takhriijul Misykaah (5318). Menurut Sheikh Salim al-Hilali, “Hadis tersebut sebagaimana yang beliau katakan, Ibnu Mina’ namanya adalah Ziyad, ia seorang yang hadisnya hasan, insya Allah, rawi darinya adalah Ja’far bin ‘Abdillah, seorang yang tsiqah, dan rawi lain semuanya tsiqah. Hadis ini mempunyai syawahid yang sahih dari hadis Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh imam Muslim (8/115, Syarh Nawawi))
Dan selayaknya juga mengetahui beberapa perkara dalam bab ini secara ringkas, di antaranya adalah:
a). Bahawa orang-orang yang mati (dalam keadaan) kafir, tetapi mereka mengamalkan sebahagian perbuatan baik, Allah tidak akan menyia-nyiakannya, namun Allah akan membalasnya di dunia saja.
Allah s.w.t. berfirman:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak dirugikan, itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telab mereka kerjakan.” (Surah Huud 11: 15-16)
Nabi s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi kebaikan seorang mukmin, Dia memberinya (dalam riwayat lain: memberi pahala) rezeki di dunia, dan balasan di akhirat. Adapun orang kafir, ia diberi makanan dengan kebaikan yang ia lakukan di dunia, sehingga apabila ia telah pulang ke akhirat, tidak ada satupun kebaikan yang boleh dibalas. (Hadis Riwayat Muslim (16/149-150, Syarh Nawawi) dari hadis Anas r.a.)
b). Bahawa orang kafir apabila masuk Islam dan wafat di atas keimanan, Allah akan menghapuskan semua kesalahannya, dan dituliskan untuknya kebaikan yang pernah ia lakukan sebelum masuk Islam, sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil yang jelas dari Rasulullah s.a.w..
Dari Abu Said al-Khudri r.a., ia berkata bahawa Nabi s.a.w. bersabda:
“Apabila seorang hamba masuk Islam dan keislamannya itu baik, Allah akan menulis setiap kebaikan yang pernah ia lakukan dan dihapus darinya setiap keburukan yang pernah ia lakukan, kemudian setelah itu adalah balasan; satu kebaikan dihitung 10 sehingga 700 kali lipat, setiap keburukan dihitung satu, kecuali bila Allah memaafkannya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari secara mu’allaq (1/98, Fathul Baari) dan disambung sanadnya oleh an-Nasa’i (8/105-106) dengan sanad yang sahih. al-Hafizh berkata (1/99): “Telah tsabit dalam seluruh riwayat apa-apa yang tidak ada dalam riwayat al-Bukhari, iaitu tentang penulisan kebaikan yang dilakukan sebelum masuk Islam.”)
Dari Hakim bin Hizam r.a., ia berkata kepada Rasulullah s.a.w.: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang perkara (ibadah) yang dulu aku pernah lakukan di masa Jahiliyyah yang berupa sedeqah, memerdekakan budak, jalinan silaturahmi, apakah ada pahalanya?” Beliau menjawab:
“Engkau masuk Islam di atas kebaikan yang pernah engkau lakukan dahulu.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (3/301 Fathul Baari) dan Muslim (2/140, 141,142, Syarh Nawawi))
Dari ‘Aisyah r.anha, ia berkata: “Ya Rasulullah, dahulu di masa Jahiliyyah, Ibnu Jad’an gemar menyambung tali silaturahim dan memberi makan orang miskin, apakah itu bermanfaat baginya?” Beliau menjawab:
“Tidak, wahai ‘Aisyah, sesungguhnya ia tidak pernah sekalipun mengatakan: ‘Wahai Rabb-ku, ampunilah kesalahanku pada han Pembalasan)” (Hadis Riwayat Muslim (3/86, Syarh Nawawi))
‘Abdullah bin Jad’an adalah orang yang sering memberi makan, sehingga ia menyediakan sebuah piring besar (yang berisi makanan) untuk tamu tidak diundang, yang ia boleh ambil dengan menggunakan tangga. Semua itu tidak bermanfaat untuknya di akhirat, kerana ia mati dalam keadaan kafir, ia mengingkari hari Kebangkitan.
Inilah kebenaran yang ditetapkan oleh dalil-dalil yang sahih yang banyak, bahawa orang kafir apabila masuk Islam, maka amalan solehnya di waktu Jahiliyyah tetap bermanfaat untuknya, berbeza jika ia mati dalam kekafiran, maka (amalnya) tidak akan bermanfaat untuknya, bahkan terhapus disebabkan kekufurannya, perbuatan baiknya akan dibalas di dunia sahaja secara syara’, (tetapi) di akhirat kelak kebaikannya tidak akan bermanfaat sedikitpun dan siksanya tidak akan diringankan, apatah lagi untuk diselamatkan darinya.
Apabila kita sekalian telah menyedari hakikat ini, jelaslah bagi kita kesilapan sebahagian kaum muslimin (dalam pandangan kelalaian dan kebodohan) bila mereka melihat penyimpangan kaum muslimin dari akhlak dan perangai yang baik, mereka berkata: “Orang Yahudi dan Nasrani lebih baik dari mereka.’ Maksudnya, ahli maksiat dari kaum muslimin.
Demikian pula perkataan sebagian kaum muslimin (yang bersumpah atas Nama Rabb mereka): “Demi Allah, tidak akan masuk Neraka orang yang menciptakan telefon dan menemukan bahan-bahan perubatan yang menakjubkan, cukuplah untuknya khidmat yang agung ini yang ia persembahkan untuk manusia dan meringankan kesulitan mereka.”
Sheikh Salim al-Hilali menyatakan: “(Pahala Allah itu) bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong, Allah telah berfirman:
‘Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ‘ (Surah Ali ‘Imran 3: 85)
Orang-orang kafir itu tidak akan diterima oleh Allah, taubat dan tebusannya, kerana mereka telah menghabiskan kebaikan mereka dalam kehidupan dunia. Sebagaimana firman Allah s.w.t.:
“Dan (ingatlah) hari (ketika,) orang-orang kafir dihadapkan ke Neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan kerana kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kerana kamu telah fasiq”.” (Surah al-ahqaf 46: 20)
Allah s.w.t. berfirman:
“...Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni Neraka, mereka kekal di dalamnya. “ (Surah al-Baqarah 2: 217)
Allah s.w.t. berfirman:
“Tidaklah sepatutnya orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahawa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam Neraka.” (Surah at-Taubah 9: 17)
Allah s.w.t. berfirman:
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan pertemuannya dengan akhirat, sia-sialah, perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Surah al-A’raaf 7: 147)
Allah s.w.t. berfirman:
“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Surah al-Maa-idah 5: 5)
Allah s.w.t. berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka.” (Surah Muhammad 47: 34)
Firman Allah telah sampai kepada puncaknya (akhirnya) dalam menetapkan hakikat syari’at ini, menyatakan kepada Rasulullah dalam rangka mengingatkan ummatnya. Maka, jika Rasulullah s.a.w. (dengan kedudukannya yang mulia) berbuat syirik, maka akan batallah seluruh amalannya. Bagaimana dengan kita?! Akan tetapi, beliau s.a.w. tidak akan berbuat syirik kerana ketinggian darjatnya, lebih-lebih lagi jika beliau murtad, sangatlah mustahil dilakukan oleh beliau secara syara’, kerana beliau itu ma’shum (terpelihara dari kesalahan) yang dipelihara oleh Allah s.w.t.
Allah s.w.t. berfirman:
“Dan sesungguhnya telab diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-Nabi) sebelummu jika kamu mempersekutukan (Allah,), niscaya akan terhapuslah amalmu, dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang yang rugi. “ (Surah az-Zumar 39: 65)
Allah s.w.t. berfirman mengkhabarkan tentang seluruh Rasul-Nya:
“...Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang mereka kerjakan.” (Surah al-An’aam 6: 88)
Dan ayat-ayat berkenaan hal ini cukup banyak sekali
Nabi s.a.w. bersabda:
“Jika Allah telah mengumpulkan manusia dari pertama sampai terakhir pada hari yang tidak ada keraguan padanya (hari Kiamat), seorang penyeru akan berkata: “Barangsiapa yang menyekutukan Allah dalam amalannya yang ia lakukan untuk seseorang, maka hendaklah ia meminta pahala darinya, kerana Allah sangat tidak memerlukan kepada kesyirikan”.” (Sahih lighairihi, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (3154), Ibnu Majah (4203), Ahmad (4/215), Ibnu Hibban (7301) dan yang lainnya dari jalan Muhammad bin Bakr al-Bursani, dari Abdul Hamid bin Ja’far, ayahku mengkhabarkan kepadaku dari Ibnu Mina, dari Abu Sa’ad bin Abi Fudhalah al-Anshari secara marfu’. at-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan gharib,” dan disepakati oleh Syaikh al-Albani dalam Takhriijul Misykaah (5318). Menurut Sheikh Salim al-Hilali, “Hadis tersebut sebagaimana yang beliau katakan, Ibnu Mina’ namanya adalah Ziyad, ia seorang yang hadisnya hasan, insya Allah, rawi darinya adalah Ja’far bin ‘Abdillah, seorang yang tsiqah, dan rawi lain semuanya tsiqah. Hadis ini mempunyai syawahid yang sahih dari hadis Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh imam Muslim (8/115, Syarh Nawawi))
Dan selayaknya juga mengetahui beberapa perkara dalam bab ini secara ringkas, di antaranya adalah:
a). Bahawa orang-orang yang mati (dalam keadaan) kafir, tetapi mereka mengamalkan sebahagian perbuatan baik, Allah tidak akan menyia-nyiakannya, namun Allah akan membalasnya di dunia saja.
Allah s.w.t. berfirman:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak dirugikan, itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telab mereka kerjakan.” (Surah Huud 11: 15-16)
Nabi s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi kebaikan seorang mukmin, Dia memberinya (dalam riwayat lain: memberi pahala) rezeki di dunia, dan balasan di akhirat. Adapun orang kafir, ia diberi makanan dengan kebaikan yang ia lakukan di dunia, sehingga apabila ia telah pulang ke akhirat, tidak ada satupun kebaikan yang boleh dibalas. (Hadis Riwayat Muslim (16/149-150, Syarh Nawawi) dari hadis Anas r.a.)
b). Bahawa orang kafir apabila masuk Islam dan wafat di atas keimanan, Allah akan menghapuskan semua kesalahannya, dan dituliskan untuknya kebaikan yang pernah ia lakukan sebelum masuk Islam, sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalil-dalil yang jelas dari Rasulullah s.a.w..
Dari Abu Said al-Khudri r.a., ia berkata bahawa Nabi s.a.w. bersabda:
“Apabila seorang hamba masuk Islam dan keislamannya itu baik, Allah akan menulis setiap kebaikan yang pernah ia lakukan dan dihapus darinya setiap keburukan yang pernah ia lakukan, kemudian setelah itu adalah balasan; satu kebaikan dihitung 10 sehingga 700 kali lipat, setiap keburukan dihitung satu, kecuali bila Allah memaafkannya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari secara mu’allaq (1/98, Fathul Baari) dan disambung sanadnya oleh an-Nasa’i (8/105-106) dengan sanad yang sahih. al-Hafizh berkata (1/99): “Telah tsabit dalam seluruh riwayat apa-apa yang tidak ada dalam riwayat al-Bukhari, iaitu tentang penulisan kebaikan yang dilakukan sebelum masuk Islam.”)
Dari Hakim bin Hizam r.a., ia berkata kepada Rasulullah s.a.w.: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang perkara (ibadah) yang dulu aku pernah lakukan di masa Jahiliyyah yang berupa sedeqah, memerdekakan budak, jalinan silaturahmi, apakah ada pahalanya?” Beliau menjawab:
“Engkau masuk Islam di atas kebaikan yang pernah engkau lakukan dahulu.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (3/301 Fathul Baari) dan Muslim (2/140, 141,142, Syarh Nawawi))
Dari ‘Aisyah r.anha, ia berkata: “Ya Rasulullah, dahulu di masa Jahiliyyah, Ibnu Jad’an gemar menyambung tali silaturahim dan memberi makan orang miskin, apakah itu bermanfaat baginya?” Beliau menjawab:
“Tidak, wahai ‘Aisyah, sesungguhnya ia tidak pernah sekalipun mengatakan: ‘Wahai Rabb-ku, ampunilah kesalahanku pada han Pembalasan)” (Hadis Riwayat Muslim (3/86, Syarh Nawawi))
‘Abdullah bin Jad’an adalah orang yang sering memberi makan, sehingga ia menyediakan sebuah piring besar (yang berisi makanan) untuk tamu tidak diundang, yang ia boleh ambil dengan menggunakan tangga. Semua itu tidak bermanfaat untuknya di akhirat, kerana ia mati dalam keadaan kafir, ia mengingkari hari Kebangkitan.
Inilah kebenaran yang ditetapkan oleh dalil-dalil yang sahih yang banyak, bahawa orang kafir apabila masuk Islam, maka amalan solehnya di waktu Jahiliyyah tetap bermanfaat untuknya, berbeza jika ia mati dalam kekafiran, maka (amalnya) tidak akan bermanfaat untuknya, bahkan terhapus disebabkan kekufurannya, perbuatan baiknya akan dibalas di dunia sahaja secara syara’, (tetapi) di akhirat kelak kebaikannya tidak akan bermanfaat sedikitpun dan siksanya tidak akan diringankan, apatah lagi untuk diselamatkan darinya.
Apabila kita sekalian telah menyedari hakikat ini, jelaslah bagi kita kesilapan sebahagian kaum muslimin (dalam pandangan kelalaian dan kebodohan) bila mereka melihat penyimpangan kaum muslimin dari akhlak dan perangai yang baik, mereka berkata: “Orang Yahudi dan Nasrani lebih baik dari mereka.’ Maksudnya, ahli maksiat dari kaum muslimin.
Demikian pula perkataan sebagian kaum muslimin (yang bersumpah atas Nama Rabb mereka): “Demi Allah, tidak akan masuk Neraka orang yang menciptakan telefon dan menemukan bahan-bahan perubatan yang menakjubkan, cukuplah untuknya khidmat yang agung ini yang ia persembahkan untuk manusia dan meringankan kesulitan mereka.”
Sheikh Salim al-Hilali menyatakan: “(Pahala Allah itu) bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong, Allah telah berfirman:
‘Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ‘ (Surah Ali ‘Imran 3: 85)
Orang-orang kafir itu tidak akan diterima oleh Allah, taubat dan tebusannya, kerana mereka telah menghabiskan kebaikan mereka dalam kehidupan dunia. Sebagaimana firman Allah s.w.t.:
“Dan (ingatlah) hari (ketika,) orang-orang kafir dihadapkan ke Neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan kerana kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kerana kamu telah fasiq”.” (Surah al-ahqaf 46: 20)
Benarkah Nabi Isa Disalib?
KONSEP DOSA WARISAN (Siri 1)
Apakah dia Dosa Warisan?
Dosa warisan atau “Original Sin” adalah antara rukun iman yang utama di dalam Agama Kristian. Orang-orang Kristian percaya bahawa Nabi Adam lah yang menyebabkan terjadinya dosa warisan ini. Ini adalah kerana baginda telah melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon larangan setelah terpedaya dengan godaan Iblis. Ini telah dinyatakan di dalam Perjanjian Lama (Kejadian 3:6):
Perempuan itu melihat pokok itu sangat cantik dan buahnya enak dimakan. Dia berfikir betapa eloknya jika dia menjadi bijaksana. Maka dia memetik buah itu dan memakannya serta ia juga memberikan pada suaminya lalu suaminya memakan buah itu.
Oleh kerana seluruh manusia itu berketurunan Adam, maka manusia turut sama menanggung dan mewarisi dosa Adam. Bahkan bayi yang baru lahir pun, turut sama mempunyai dosa warisan ini. Di sini bermulanya asal usul dosa warisan dan orang-orang Kristian mesti meyakininya untuk membenarkan penyaliban Jesus sebagai penebus dosa warisan.
Berterima kasihlah pada Adam!
Setelah kita faham konsep dosa warisan ini, kita dapati seolah-olah Adam telah di ‘set up’kan untuk membuat dosa yang telah mengakibatkan seluruh manusia mendapat dosa warisan secara automatik. Maka dengan itu, barulah Allah dapat mengirimkan Anak-Nya yang tunggal ke dunia ini, untuk menebus dosa warisan tadi.
Bertepatan dengan apa yang telah ‘dirancang terhadap Adam’ ini, di dalam (Yohanes 3:16) telah menyatakan:
Allah sangat mengasihi manusia di dunia ini sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada Anak itu tidak akan binasa tetapi beroleh hidup sejati dan kekal.
Dalam (Galatia 1:4) juga menyatakan tentang idea penebusan dosa warisan ini:
Untuk menyelamatkan kita daripada zaman yang jahat ini, Kristus (Jesus) telah menyerahkan diri-Nya sebagai korban bagi dosa-dosa kita. Dia melakukannya bagi mentaati kehendak Allah bapa kita.
Tetapi tahukah anda? Sekiranya Adam tidak melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon larangan tadi, tentu Jesus tidak akan dikirim oleh Allah ke atas dunia ini untuk menebus dosa warisan dan Agama Kristian tidak akan wujud sama sekali!
Maka orang-orang Kristian mesti berterima kasih pada Adam!
Akal yang waras menolak idea ini.
Saya pernah berbincang dengan seorang Paderi tentang idea dosa warisan ini. Di dalam perbincangan itu, saya menerangkan kepada beliau dengan berkata : “Uncle, sungguh menghairankan! Adam yang membuat dosa tetapi kita semua turut menanggungnya! Inikah keadilan Tuhan?”. Saya meneruskan lagi dengan berkata: “Kami sebagai Muslim percaya bahawa setiap dosa hanya ditanggung oleh diri sendiri”.
Di dalam Al Quran Allah telah berfirman:
Maksudnya :Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah, maka sesungguhnya dia berbuat kebaikan itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang sesat maka kesesatannya itu adalah untuk (kerugiannya) sendiri. Dan setiap orang yang berdosa (dengan dosanya) tidak pula dapat menanggung dosa orang lain dan kami tidak akan menimpakan azab sebelum kami mengutuskan rasul (kepada manusia).
(Surah Al-Isra 17:15)
Saya meneruskan lagi dengan berkata: “Bahkan, Bible sendiri menyokong Al Quran! Dalam (Yeremia 31:30) menyatakan:
Tetapi sesiapa yang makan anggur yang masam, dia sendirilah yang akan merasa masamnya. Setiap orang akan mati kerana dosanya sendiri.
Manakala (Yehezkiel 18:20) juga menyatakan:
Orang yang berdosa akan mati. Seorang anak tidak menanggung akibat daripada dosa bapanya. Demikian juga seorang bapa tidak menanggung akibat daripada dosa anaknya. Seorang yang baik akan menerima ganjaran kerana kebaikannya , dan seorang yang jahat akan menanggung akibat daripada kejahatannya.
Perhatikan juga di dalam (Matius 16:27):
Anak Manusia sudah hampir tiba bersama–sama para Malaikat-Nya dengan kemuliaan Bapa-Nya. Pada masa itu Dia membalas tiap – tiap orang menurut perbuatannya sendiri.
(Matius 19:14 ) menyebut:
Yesus berkata kepada pengikut–pengikut-Nya:
“Biarlah kanak–kanak itu datang kepada–Ku. Jangan larang mereka, kerana orang seperti inilah yang menikmati Pemerintahan Allah”
(Roma 2:5-6) juga menyatakan:
Kamu degil dan keras kepala. Oleh itu, kamu sendiri yang menjadikan hukuman kamu semakin berat pada hari Kiamat apabila Allah menyatakan kemurkaan-Nya dan menjatuhkan hukuman yang adil. Hal yang demikian itu adalah kerana Allah akan membalas setiap orang, setimpal dengan perbuatannya sendiri.
“Lihat! Bible pun turut membenarkan apa yang dikatakan oleh Al-Quran tadi”. Saya meneruskan lagi dengan berkata: “Uncle, pihak Gereja menyatakan adanya dosa warisan, sedangkan Holy Bible pula menyatakan sebaliknya. Di antara kedua pendapat ini, (Gereja dan Holy Bible) mana satukah yang patut diikuti oleh orang–orang Kristian ?”.
Setelah beliau mendengar hujah yang saya utarakan , dengan yakin Paderi itu menjawab : “Sebenarnya, yang dimaksudkan dengan “Original Sin’ (Dosa warisan) ialah kecenderungan untuk membuat dosa, bukannya dosa yang yang kita warisi dari Adam.
Setelah mendengar konsep ‘baru’ tentang dosa warisan itu, saya terus menyatakan lagi : ”Jikalau begitu apa gunanya Jesus disalib kalaulah semata–mata untuk menebus kecenderungan berbuat dosa, kerana semua manusia diberi hawa nafsu.”
Bahkan hingga sekarang ini pun, penganut Kristian yang meyakini dosa warisan mereka telah tertebus pun masih mempunyai kecenderungan membuat dosa.
Amat menakjubkan ! Selain daripada akal yang waras , Bible mereka juga menolak idea dosa warisan ini ! Jadi , siapakah yang sebenarnya telah mencipta idea ini ?
PENEBUSAN DOSA MELALUI PENYALIBAN? (siri 2)
Adakah Nabi Isa disalib ?
Orang-orang Kristian menyakini, bahawa Adam adalah penyebab kepada wujudnya dosa warisan, sebagaimana yang telah saya kupaskan di dalam bab pertama yang lalu. Mereka juga menyakini bahawa Allah yang Maha Pengasih telah mengutuskan anak-Nya yang tunggal (Nabi Isa ) ke dunia ini, untuk menebus dosa warisan manusia. Di dalam (Yohanes 3:16 ) menyatakan :
Allah sangat mengasihi orang di dunia ini, sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada anak itu tidak akan binasa tetapi memperolehi hidup sejati dan kekal.
Orang-orang Kristian juga percaya bahawa kisah penyembelihan Ishak oleh Nabi Ibrahim adalah gambaran awal dari Allah SWT bahawa Jesus akan disalib untuk menebus dosa warisan manusia.
Ketika berbincang dengan seorang Paderi dan isterinya tentang ‘Benarkah Ishak yang disembelih?, saya berkata kepada beliau: “Uncle, kami sebagai Muslim percaya bahawa Ismail yang telah dikorbankan bukannya Ishak sebagaimana yang dipercayai oleh orang-orang Kristian.
Walaupun Kristian membuktikan hujah mereka melalui Old Testament, sebagaimana yang dinyatakan dalam buku Kejadian bab 22 ayat 2 :
Allah berfirman : “Pergilah ke tanah Moria dengan Ishak, anakmu yang tunggal, yang sangat engkau kasihi. Di situ, di sebuah gunung yang akan Ku tunjukkan kepadamu, persembahkanlah anakmu sebagai korban untuk menyenangkan hati-Ku“.
Namun, Kitab Bible sendiri menolak hujah ini!. Saya meneruskan lagi dengan berkata : “Cubalah kita lihat di dalam Old Testament, buku kejadian bab 16 ayat 15-16, di mana Bible telah menyatakan :
Kemudian Hagar ( Hajar ) melahirkan seorang anak lelaki, lalu Abram ( Ibrahim ) bapa anak itu menamakan dia Ismail. Pada masa itu Abram berumur 86 tahun.
dan bandingkan pula dengan Old Testament, buku Kejadian bab 21 ayat 5 ini”.
Ibrahim berumur 100 tahun ketika Ishak dilahirkan
Dengan menggunakan ‘White Board’ yang ada di dalam gereja tersebut, saya melakarkan ayat–ayat tadi agar beliau dapat memerhatikan dengan lebih jelas tentang ‘keistimewaan’ ayat– ayat ini.
Ismail atau Ishak?
Saya berkata kepada beliau : “Uncle, perhatikan ayat-ayat ini. Di antara Ismail dan Ishak, siapakah yang lahir dulu?”. Tanpa menunggu jawapan daripada beliau, saya menyatakan bahawa Ismail yang dilahirkan dulu kerana ketika Ismail dilahirkan umur Nabi Ibrahim 86 tahun, sedangkan ketika Ishak dilahirkan umur Baginda sudah menjangkau 100 tahun. Beliau dan isterinya nampak bersetuju dengan apa yang saya nyatakan.
Saya meneruskan lagi dengan berkata: “Tetapi Uncle, jika Ismail yang dilahirkan dulu, mengapa di dalam Old Testament, buku Kejadian 22:2 di atas menyatakan Ishak adalah anak tunggal Ibrahim? Sedangkan Ishak mempunyai abang iaitu Ismail“.
Saya berkata lagi: “Inilah buktinya bahawa kalimah ‘Ishak didalam Old Testament, buku kejadian 22:2 tadi adalah kalimah tambahan dari Ulama Yahudi yang sememangnya dengki kepada Ismail dan keturunannya”.
Setelah mendengar hujah yang saya kemukakan tadi, beliau terus menjawab dengan penuh yakin: “Sebenarnya Ishak adalah satu-satunya anak tunggal Ibrahim yang lahir daripada isteri yang sah!. Manakala Ismail pula bukanlah anak Baginda yang sah kerana Hagar (Hajar) adalah gundik Ibrahim!”
Dengan segera saya berkata kepada beliau: “Kalau begitu, tunjukkan pada saya di mana ayat di dalam Bible yang menyatakan Hagar (Hajar) adalah gundik Ibrahim?.”
Beliau yang nampaknya terkejut dengan permintaan saya itu, hanya mendiamkan diri sambil membelek–belek kandungan Bible di hadapan beliau .
Pada mulanya saya menyangka beliau tentu tahu di manakah ayat yang menyebut tentang Hagar adalah gundik Ibrahim kerana sememangnya terdapat di dalam sesetengah versi Bible menyatakan sedemikian.
Namun setelah menunggu agak lama serta yakin beliau tidak dapat membuktikannya, maka saya berkata kepada beliau: “Uncle, ayat yang menyatakan bahawa Hagar (Hajar) adalah gundik Ibrahim terdapat di dalam Old Testament, Kejadian bab 16 ayat 3.”
Maka Sarai ( Sarah ) memberikan Hagar ( Hajar ) kepada Abram ( Ibrahim ) untuk dijadikan gundik.
Setelah saya menunjukkan ayat tersebut, beliau nampaknya agak lega dengan ‘bantuan’ saya tadi.
Tanpa menunggu ‘kelegaan’ beliau itu berpanjangan , saya meneruskan hujah dengan berkata: “Uncle, walaupun ayat ini menyatakan Hagar sebagai gundik Ibrahim, sehinggakan Ismail itu dituduh sebagai anak gundik, namun jika kita buka di dalam Bible King James Version, terjemahan English terhadap ayat ini adalah to be his WIFE (untuk dijadikan sebagai isteri) bukannya to be his concubine (untuk dijadikan sebagai gundik) sebagaimana yang tercatat di dalam versi TEV (Todays English Version) dan lain-lain versi!”
“Mengapa Bible mempunyai pelbagai versi jika ia adalah benar– benar dari Allah. Lagipun, kalimah Isteri (Wife) dan Gundik (Concubine) mempunyai perbezaan dan maksud yang amat ketara. Tentu Allah dapat membezakannya!”
Isteri beliau yang hanya mendiamkan diri sejak awal perbincangan kami cuba menyatakan kepada saya bahawa pada zaman dahulu, istilah isteri dan gundik tidak dapat dibezakan dengan tepat. Atas sebab itulah, terdapat kalimah isteri dan gundik digunakan dalam tempat yang sama dalam sesetengah Bible!
Isteri atau gundik?
Saya tidak faham mengapa isteri beliau menyatakan sedemikian, tapi dengan segera saya berkata padanya: “Auntie, bukankah menurut kepercayaan Yahudi dan Kristian bahawa Ibrahim telah berkahwin seramai 3 orang iaitu Sarai, Hagar dan Ketura?
Ini telah dinyatakan di dalam Old Testament buku Kejadian bab 25 ayat 1 dan 2:
Abraham berkahwin lagi dengan seorang perempuan yang bernama Ketura. Isterinya itu melahirkan Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Ishbak dan Suah.
Di dalam ayat ini, jelas dinyatakan bahawa Ketura adalah Isteri Ibrahim.
Saya meneruskan lagi dengan berkata : “Tapi Auntie, cuba bandingkan dengan apa yang dinyatakan di dalam Old Testament Buku 1 Tawarikh bab 1 ayat 32 ini:
Abraham mempunyai seorang gundik bernama Ketura. Gundiknya itu melahirkan enam orang lelaki: Zimran, Yoksan, Medan Midian, Ishbak dan Suah..
Di dalam ayat ini, dinyatakan pula Ketura anak gundik Ibrahim. Bukankah jelas bahawa kalimah isteri dan gundik mempunyai perbezaan dan penulis serta periwayat Bible tahu perbezaan ini!.
Apa pula yang hendak Auntie katakan tentang ayat 1 Raja-raja bab 11 ayat 3 :
Raja Salomo (Sulaiman) berkahwin dengan Tujuh Ratus orang Puteri Raja dan mempunyai Tiga Ratus orang Gundik.
Di dalam ayat yang sama, periwayat Bible sendiri menunjukkan bahawa mereka tahu perbezaan antara kalimah isteri dan gundik!.
Dengan muka yang merah padam, isterinya bangkit meninggalkan perbincangan kami dan saya lihat Paderi tersebut hanya menundukkan mukanya yang kemerahan.
Lantas saya meneruskan lagi dengan berkata : “Uncle, melalui ayat-ayat yang saya nyatakan tadi, jelaslah bahawa Ismail adalah anak sah dan Hagar bukanlah gundik Ibrahim!
Di sinilah buktinya bahawa terdapat perselisihan di dalam ayat-ayat Bible dan sekaligus membuktikan ia bukan Kalam Allah! Ia dikarang serta dipinda sesuka hati oleh Ulama Yahudi.
Setelah saya berkata demikian, Paderi tersebut hanya mendiamkan diri dan tidak lama kemudian, beliau menyatakan pada saya bahawa beliau ada kerja yang ingin diselesaikan.
DOSA WARISAN CIPTAAN PAULUS. (siri 3)
Sebenarnya perintah pergorbanan Ishak (menurut kepercayaan Kristian dan Yahudi) tidak ada kaitannya dengan gambaran awal Jesus akan disalib! Tetapi idea penebusan dosa warisan ini telah diprogramkan oleh Paulus atau Paul, seorang yang dianggap ‘Rasul’ bagi penganut Kristian .
Sekiranya kita lihat di dalam (Galatian 1:4) Paul telah berkata:
Untuk menyelamatkan kita daripada zaman yang jahat ini, Kristus (Jesus) telah menyerahkan diri-Nya sebagai korban bagi dosa-dosa kita. Dia melakukan bagi mentaati kehendak Allah bapa kita.
Di dalam ayat lain pula Paul, telah menyifatkan golongan Yahudi yang enggan menerima ‘berita baik’ penyaliban Jesus ini, sebagai musuh Allah. Ini dapat kita saksikan melalui kata-kata Paul di dalam (Roma 11:28) :
Kerana orang Yahudi tidak mahu menerima berita baik (penyaliban Jesus untuk penghapusan dosa manusia ) daripada Allah ini, maka mereka menjadi musuh Allah .
Tetapi di dalam ayat lain, contohnya di dalam (1 Teselonian 2:15) Paul telah menyatakan sebaliknya pula tentang idea penebusan dosa ini:
Orang Yahudi sudah membunuh Tuhan Jesus dan Nabi–nabi serta menganiayai kami juga. Mereka memusuhi semua orang dan menyebabkan Allah sangat murka.
Sungguh pelik! Paul yang mengajar idea penghapusan dosa warisan ini dalam masa yang sama juga telah mencela orang–orang Yahudi yang ‘membantu’ proses penghapusan dosa ini! Sepatutnya orang–orang Yahudi yang telah membunuh Jesus ini, diberi pahala dan sanjungan yang besar kerana merekalah yang telah membunuh dan menyalib Jesus, sehingga dosa warisan yang membelenggu manusia selama ini, terhapus.
Sekiranya Jesus tidak dibunuh dan disalib oleh mereka, tentu dosa warisan masih lagi membelenggu penganut Kristian hingga ke hari ini dan Agama Kristian tidak mungkin wujud sama sekali.
Mari kita lihat pula apa kata Paul di dalam (1 Korintus 2:8):
Semua roh yang berkuasa dan yang memerintah dunia ini, tidak tahu kebijaksanaan itu. Seandainya roh-roh itu mengetahuinya, tentu roh-roh itu tidak akan menyalib Tuhan (Jesus) Yang Mulia.
Lihatlah! Betapa jelasnya percanggahan kata–kata Paul yang dianggap oleh orang–orang Kristian sebagai ‘Rasul Kristus’.
Oleh kerana kata-kata Paul sendiri mengandungi percanggahan, maka saksi yang paling layak untuk kita analisa bagi mencapai kebenaran hakiki tentang idea penyaliban bagi menebus dosa ini, adalah kata–kata Jesus sendiri. Apa kata Jesus terhadap idea yang telah dicipta oleh Paul ini?
Jesus sendiri tidak rela disalib !
Jika anda perhatikan di dalam (Yohanes 7:19), Jesus sendiri telah berkata kepada orang–orang Yahudi yang ingin membunuh dan menyalibnya:
“Bukankah Musa yang memberi Taurat kepada kamu. Tetapi tidak seorang pun di antara kamu yang mentaati Taurat itu. Mengapa kamu mahu membunuh aku?”
Lihat pula di dalam (Yohanes 8:37) dimana Jesus sendiri telah berkata:
“Aku tahu kamu keturunan Ibrahim. Namun kamu berusaha untuk membunuh aku, kerana kamu tidak mahu menerima ajaranku”.
Di dalam (Yohanes 8:44):
“Bapa kamu Iblis dan kamu anak–anaknya. Kamu lebih suka menurut kehendak bapa kamu. Sejak permulaan, Iblis itu pembunuh..”
Di dalam ( Yohanes 19:11 ):
Jesus telah berdialog dengan Pilatus (Gabenor Kerajaan Rom), dan berkata: “Kamu tidak berkuasa ke atas aku, kecuali Allah memberikan kuasa itu kepadamu. Oleh itu, orang yang menyerahkan aku kepadamu, lebih besar dosanya dari dosamu .
Perhatikan! Jesus sendiri menolak idea penebusan dosa ciptaan Paulus ini!. Bahkan untuk membuktikan keengganan Jesus menghadapi hukuman untuk menebus dosa manusia, Matius dan Markus telah menceritakan bagaimana Jesus telah berusaha melarikan diri dari orang-orang Yahudi dan tentera Rom yang mahu menangkap dan membunuh baginda. Jika ini adalah perintah Allah, mengapa Jesus melarikan diri? Perhatikan ayat ini :
“Bangunlah, mari kita pergi! Lihatlah, orang yang mengkhianati aku sudah datang!”
(Matius 26:46)
“Bangunlah, marilah kita pergi! Lihatlah, orang yang mengkhianati aku sudah datang!”
(Markus 14:42)
Bahkan sahabat-sahabat Jesus sendiri melarikan diri ketika Jesus ditangkap! Jadi, siapakah yang menjadi saksi peristiwa penyaliban ini?
Jika benar penyaliban Jesus ini adalah perintah Allah sebagaimana yang di dakwa oleh Paul dalam (Galatian 1:4) tadi, sudah tentu sahabat–sahabat baginda akan membantu menyerahkan baginda kepada orang–orang Yahudi dan tentera Rom.
Perhatikan apa yang telah diriwayatkan dalam (Matius 26:56) :
…kemudian semua pengikut Jesus lari meninggalkan Dia.
Dan di dalam (Markus 14:50) meriwayatkan :
Ketika itu, semua pengikut Jesus lari meninggalkan Dia.
Sungguh menghairankan! Jika benar apa yang dikatakan oleh Paul tentang penyaliban Jesus adalah rancangan Tuhan untuk menebus dosa warisan, maka kita dapat saksikan bahawa Jesus dan sahabat–sahabat baginda sendiri ‘lari’ dari perintah Tuhan!
KISAH PENYALIBAN BERBAGAI VERSI (siri 4)
Kisah penyaliban Jesus telah dirakamkan oleh 4 Gospel yang utama di dalam New Testament iaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Namun tahukah anda, kisah penyaliban ini berbeza dan berbagai versi keadaannya?
Rela disalib
Orang-orang Kristian telah menggunakan ayat (Lukas 23:46) ini sebagai tanda Jesus telah rela disalib untuk menebus dosa warisan manusia. Perhatikan ayat ini :
Lalu Jesus berseru dengan suara lantang “Ya bapa aku serahkan diriku ke dalam tanganMu”. Setelah berkata demikian dia pun meninggal.
Perhatikan pula di dalam ( Yohanes 19:28-30 ):
Jesus tahu bahawa sekarang semuanya selesai dan supaya apa yang tertulis di dalam Al-kitab berlaku, dia berkata “Aku dahaga. Di situ ada sebuah mangkuk yang penuh dengan wain murah. Bunga karang dicelupkan ke dalam wain murah itu kemudian dicucukkan ke sebatang kayu dan dihulurkan ke mulut Jesus. Jesus mengecapnya lalu berkata: “Telah selesai.” Setelah itu dia menundukkan kepalanya dan meninggal.
Melalui dua ayat ini, orang-orang Kristian berkata dengan megahnya, “Inilah tanda kasih sayang Jesus. Dia sanggup mati demi dosa kita!”
Apakah ‘Kasih sayang’ itu?
Kepada orang-orang Kristian, saya bertanya: “Apakah maksud kasih sayang di dalam agama anda? Adakah semata-mata untuk menebus dosa warisan dari Adam ( yang hanya memakan sebiji buah larangan ) lalu Tuhan Maha Pengasih terpaksa membunuh anak-nya yang tunggal, kamu katakan sebagai ‘kasih sayang’?”
Bahkan ‘Putus asa’!
Sebenarnya, apa yang telah dinyatakan di dalam (Lukas 23:46 dan Yohanes 19:28-30) ini adalah menunjukkan putus asa Jesus! Mengapa tidak? Jesus telah berusaha melarikan diri dari tangkapan tentera Rom dan orang-orang Yahudi selama hidupnya, tiba-tiba Bapa di Syurga tidak membantu beliau melepaskan diri! Maka dengan putus asa beliau mengucapkan : Ya bapa, aku serahkan diriku ke dalam tangan-Mu.
Bahkan Jika kita perhatikan kalimah ‘Ya bapa, aku serahkan diriku ke dalam tanganMu’ ini juga, dapat kita perhatikan ada 2 ‘Tuhan’ bukannya Satu seperti yang didakwa oleh orang-orang Kristian. Pertama, ‘Anak Tuhan’ yang mati di tiang salib dan yang kedua, ‘Tuhan Bapa’ yang tidak mati bersama anak-Nya. Dan ‘Tuhan-Tuhan’ ini bercerai tidak bersatu sehinggakan ada Tuhan yang mati dan ada yang tidak mati!
Tidak rela disalib
Kali ini kita perhatikan pula bagaimanakah dua ayat ini menjelaskan keengganan Jesus untuk disalib. Perhatikan (Matius 27:45-50):
Pada tengah hari selama tiga jam, Seluruh negeri itu menjadi gelap. Pada pukul tiga petang, Jesus berseru dengan suara lantang “Eli Eli lama sabakhtani?” yang bermaksud “Allah Allah mengapa Engkau tinggalkan aku?”. Beberapa orang di situ mendengar seruan Jesus lalu berkata “dia memanggil Elia”. Seorang dari mereka mengambil bunga karang, lalu mencelupkannya ke dalam wain murah. Kemudian bunga karang itu dicucukkan pada sebatang kayu, lalu dihulurkan ke mulut Jesus. Tetapi orang lain di situ berkata: Tunggu, mari kita lihat kalau-kalau Elia datang menyelamatkan dia.” Kemudian Jesus berseru lagi dengan nyaring lalu menghembuskan nafas terakhirnya.
Keengganan Jesus untuk disalib juga digambarkan oleh (Markus 15:33-37)
Pada tengah hari selama tiga jam, Seluruh negeri itu menjadi gelap. Pada pukul tiga petang, Jesus berseru dengan suara lantang “Eloi Eloi lama sabakhtani?” yang bermaksud “Ya Allah Ya Allah mengapa Engkau tinggalkan aku?”. Beberapa orang di situ mendengar seruan itu lalu berkata “Dia memanggil Elia”. Seorang dari mereka mengambil bunga karang, yang dicelup dengan wain murah lalu mencucukkannya pada sebatang kayu, lalu dihulurkan ke mulut Jesus sambil berkata “Tunggu! mari kita lihat kalau-kalau Elia menurunkan dia dari salib.” Lalu Jesus berteriak dan menghembuskan hafasnya yang terakhir.
Bahkan bukan Jesus di tiang salib!
Kalimah “Eloi Eloi lama sabakhtani? yang bermaksud “Ya Allah mengapa Engkau tinggalkan aku?” di dalam ayat-ayat di atas juga, jelas menunjukkan bahawa bukan Jesus yang disalib.
Saya pernah memberitahu kepada seorang Pastor berbangsa India di negeri saya ketika kami berbincang mengenai siapakah yang disalib sebenarnya. Saya berkata “Uncle, sekiranya Jesus yang disalib, tentu dia tidak akan menggunakan lafaz ‘Allah, Allah’ tetapi ‘Bapa,bapa’. Ini adalah kerana, Jesus adalah ‘anak Tuhan’!
Amat menghairankan! Matius dan Markus telah meriwayatkan berita penyaliban ini dengan perbezaan yang amat ketara berbanding dengan versi yang dibawa oleh Lukas dan Yohanes. Namun begitu, terdapat persamaan di antara keempat-empat Gospel ini. Tahukah anda apakah persamaan itu? Ia adalah tentang Kematian ‘Tuhan’!
Adakah anda percaya Tuhan telah mati ?
Saya pernah bertanya kepada seorang Kristian dari Jamaica, yang secara kebetulan saya temui ketika menunggu KLIA Ekpress . Pada mulanya saya menyangka beliau seorang Arab Muslim (memandangkan rupanya seperti Arab) tetapi setelah beliau memperkenalkan dirinya sebagai Roger dan menyatakan beliau seorang Kristian Protestant, saya segera mengambil peluang keemasan tersebut untuk bertanya tentang kematian ‘Tuhan’!
Di dalam kesempatan itu saya bertanya : “Uncle, do you believe God (Jesus) died for three days and three night?” (Adakah tuan percaya bahawa Tuhan (Nabi Isa) telah mati tiga hari tiga malam?) Beliau tersenyum sambil berkata : “This is a very interesting question”.
Saya menunggu agar beliau meneruskan jawapannya tetapi apabila saya melihat beliau seperti ingin lari dari menjawab soalan tersebut, saya ulangi semula soalan itu untuk kali kedua. Dengan serba salah beliau menjawab: “I do not believe God (Jesus) died.” (Saya tidak percaya tuhan (Nabi Isa) telah mati).
Apabila saya ingin melanjutkan perbualan kami ke topik yang lebih menarik berkaitan Kristian, beliau dengan segera menjawab: “Im very tired now and I have to sleep”. ( saya amat letih sekarang dan perlu berehat.)- Ikuti selanjutnya di dalam Siri kelima.
JESUS TIDAK PERNAH DISALIB ( siri 5 )
Walaupun kita telah membuktikan kepada orang-orang Kristian bahawa Jesus sendiri ‘tidak merestui’ upacara penebusan dosa bahkan bukan Jesus yang disalib oleh tentera Rom, namun orang- orang Kristian masih lagi mempertahankan hujah mereka dengan berkata: “Baiklah! Kami akan membuktikan pada kamu melalui kata-kata Jesus sendiri tentang kematian dan kebangkitannya!”.
Dalam ( Matius 17:22-23 ):
…Jesus berkata kepada mereka, “Tidak lama lagi Anak Manusia akan diserahkan ke dalam kekuasaan manusia. Dia akan dibunuh, tetapi pada hari ketiga, Dia akan dibangkitkan semula”.
Dalam ( Lukas 24:46):
Jesus berkata kepada mereka, “Sudah tertulis bahawa Penyelamat yang diutus oleh Allah mesti mengalami penderitaan dan mesti bangkit daripada kematian pada hari ketiga”.
“Lihatlah ayat–ayat ini! Pasti tiada seorang pun Muslim yang mampu menyangkal tentang kematian dan kebangkitan Jesus!”
Saudara, perhatikan! Sekiranya kita tidak mempersiapkan diri dengan ilmu, sudah tentu ayat-ayat di atas memutuskan hujah kita sebagai Muslim yang beryakinan bahawa Jesus ataupun Nabi Isa A.S tidak pernah mati! Mereka mengutarakan hujah yang diambil dari Holy Bible dan ayat-ayat tersebut memang terdapat di dalam Bible mereka.
Jesus menjawab ‘bagi pihak’ Muslim
Oleh kerana orang-orang Kristian tidak menerima Al-Quran sebagai ‘Last Testament’, maka sudah tentu hujah yang terpaksa kita pakai untuk membuktikan keyakinan Muslim tadi adalah melalui Holy Bible mereka.
Katakan kepada mereka: “Wahai saudaraku, perhatikan apa yang telah dikatakan oleh Petrus atau Peter dan bandingkan dengan apa yang telah Jesus katakan tentang ‘kematian dan kebangkitannya’!
Petrus atau Peter menyatakan di dalam ( Petrus 3:18) bahawa, kebangkitan setelah kematian itu hanya berlaku dalam bentuk ruh atau ‘spirit’ sahaja. Perhatikan :
…Dia (Jesus) dibunuh dalam keadaan jasmani, tetapi dihidupkan semula dalam keadaan rohani.
Sedangkan di dalam ( Lukas 24:39-40 ) Jesus pula menyatakan :
Lihatlah tangan-ku dan kaki-ku ini. Inilah aku! Peganglah aku, maka kamu akan tahu bahawa aku bukan hantu (ruh) kerana hantu (ruh) tidak mempunyai daging dan tulang, sedangkan aku masih mempunyainya.” Jesus berkata demikian sambil menunjukkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
Perhatikan! Jesus menafikan apa yang telah dinyatakan oleh Petrus dengan bahasa dan kalimah yang amat jelas!
Bahkan, untuk menyakinkan bahawa Dia belum mati sebagaimana yang diyakini oleh murid-muridnya ketika itu dan orang-orang Kristian pada hari ini, Jesus juga telah meminta makanan dari mereka dan memakannya . Perhatikan ayat ( Lukas bab 24 ayat 41-43):
Mereka masih tidak dapat percaya kerana terlalu gembira dan hairan. Jesus bertanya kepada mereka, “ Adakah kamu mempunyai makanan di sini?” Mereka pun memberi sepotong ikan yang sudah dimasak kepada-Nya. Lalu Jesus memgambil ikan itu lalu makan di hadapan mereka.
Sungguh jelas! Jesus menegaskan bahawa Dia tidak pernah mati kerana Dia masih mempunyai daging serta tulang. Sedangkan ruh tidak mempunyainya! Dan demi meyakinkan mereka yang menyaksikan itu , Dia telah memakan makanan yang diberikan.
Sungguh aneh! Petrus atau Peter memberitahu umat Kristian bahawa Jesus telah dibunuh dan bangkit dalam bentuk ruh atau ‘spirit’. Sedangkan Jesus menjawab: ‘Wahai Peter dan umat Kristian, Aku tidak pernah mati! Lihatlah aku masih hidup dan lengkap dengan ruh serta jasad! Siapakah yang anda pilih? Jesus atau Petrus?
Apa jawapan Allah SWT terhadap mereka ?
Jika kita perhatikan kepada riwayat yang telah disifatkan oleh empat Gospel tadi, ( Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ) seolah-olah Jesus sendiri ada kalanya rela, ada kalanya tidak rela dan ada kalanya putus asa. Sedangkan di dalam Islam, para Nabi dan Rasul itu bersifat dengan benar dan tidak pula pernah berdusta. Inilah di antara bukti bahawa terdapat percanggahan yang amat ketara di dalam kitab Bible serta juga Taurat orang-orang Yahudi .
Amat benarlah firman Allah di dalam Al-Quran :
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang–orang yang menulis (merubah) Alkitab dengan tangan mereka sendiri kemudian mereka mengatakan: “Inilah dari Allah” (dengan maksud) ingin memprolehi keuntungan yang sedikit dari perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang telah ditulis oleh mereka dan kecelakaan besarlah bagi mereka, di atas apa yang telah mereka kerjakan”.
(Surah Al-Baqarah 2:79)
Di dalam menjawab fitnah yang telah ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi dan Kristian melalui kitab Taurat dan Bible mereka, maka Allah SWT juga telah menyatakan secara jelas di dalam Al-Quran :
“Dan kerana ucapan mereka ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih Isa anak Maryam pesuruh Allah. Dan sebenarnya, mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi ( yang mereka bunuh itu ialah ) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa benar–benar di dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapakah yang sebenarnya dibunuh itu, kecuali mereka hanya menurut sangkaan mereka sahaja. Mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu, adalah Isa. Tetapi (sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNYa. Dan adalah Allah itu, Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
( Surah An-Nisa :4:157-158 )
TRINITI SERTA KETUHANAN JESUS? (siri 6)
Apakah dia Triniti?
Triniti merupakan Akidah Utama di dalam Agama Kristian. Ia bermaksud Tuhan itu satu tetapi di dalam tiga keperibadian. Triniti terdiri daripada Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Holy Spirit. Ketiga-tiga Tuhan ini bersatu dan tidak pernah berpisah. Orang-orang Kristian meyakini akidah Triniti ini berdasarkan ( Yohanes 5 :7-8) :
“Ada tiga saksi : Roh Allah, air dan darah dan ketiga-tiganya memberi kesaksian yang sama”.
Namun tahukah anda? Ayat ini telah dibuang dari cetakan Bible RSV (Revised Standard Version) kerana Ulama-Ulama Kristian mengakuinya sebagai ayat palsu serta ditokok tambah!.
Di dalam (Matius 3:16-17) menyatakan :
Setelah Jesus dibaptis, Dia keluar dari air sungai itu. Tiba-tiba langit terbuka dan Jesus nampak Roh Allah turun seperti burung merpati ke atasnya. Kemudian terdengarlah suara Allah berfirman : “Inilah Anak-Ku yang Aku kasihi. Dia menyenangkan hati-Ku”.
Di dalam (Lukas 3:21-22):
Setelah semua orang itu dibaptis, Jesus juga dibaptis. Ketika Dia berdoa, langit terbuka dan roh Allah berwujud burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengar suara dari syurga mengatakan : “Engkaulah Anak-Ku yang Aku kasihi. Engkau menyenangkan hati-Ku”.
Inilah dalil-dalil yang menyatakan wujudnya tiga kesaksian atau Triniti dalam Agama Kristian. Ketiga-tiga keperibadian ini tidak terpisah dan mereka adalah satu. Jika benar Tuhan-Tuhan ini tidak pernah berpisah, mengapa ketika Jesus mati di tiang salib, Tuhan Bapa dan Holy Spirit masih hidup? Ini menunjukkan ‘Tuhan-Tuhan’ ini bercerai dan mempunyai Tiga keperibadian yang berasingan!
Holy Spirit di Dalam Agama Kristian
Orang-orang Kristian percaya bahawa selain dari Allah sebagai Tuhan Bapa dan Jesus sebagai Anak Tuhan, mereka juga meyakini bahawa Holy Spirit adalah oknum ketiga di dalam akidah Triniti mereka. Ketiga-tiga oknum ini adalah Tuhan dan mereka semua adalah satu.
Holy Spirit adalah pengganti Jesus di bumi ini. Dialah yang mengambil alih tugas Jesus yang sekarang ini berada di sebelah kanan Tuhan Bapa di langit. Orang-orang Kristian mendakwa bahawa mereka semua adalah umat ‘kelahiran kembali’ dan mengakui Holy Spirit atau Ruh Kudus telah menguasai mereka. Di dalam (Yohanes 3:3) menyatakan :
Jesus menjawab: “Percayalah, tidak seorang pun dapat menikmati pemerintahan Allah, kecuali dia dilahirkan kembali”.
Bahkan untuk memahami Al Kitab pun, mereka mendakwa harus mempunyai Ruh Kudus terlebih dahulu. Di dalam ( Korintus 2 : 13-14) menyatakan :
Oleh itu, ketika kami menjelaskan hal-hal tentang Allah kepada orang yang mempunyai Ruh kudus, kami tidak berkata-kata menurut kebijaksanaan manusia, tetapi menurut ajaran Ruh kudus. Sesiapa yang tidak mempunyai Ruh kudus, tidak dapat menerima kurnia daripada Ruh Kudus, kerana orang seperti itu tidak dapat memahaminya dan menganggapnya sebagai satu kebodohan sahaja. Kurnia daripada Ruh Kudus hanya dapat dinilai secara rohani.
Inilah dalil yang selalu digunakan oleh orang-orang Kristian ketika menjawab soalan-soalan tentang percanggahan di dalam kitab mereka. Mereka mengatakan : “Kamu harus mempunyai Ruh Kudus terlebih dahulu sebelum memahami kitab kami!”.
Ruh Kudus yang membisu!
Ketika berpeluang mengunjungi salah sebuah gereja di Selangor, kenalan Kristian saya cuba memberi kefahaman pada saya tentang akidah mereka. Antaranya, bagaimanakah Jesus di anggap sebagai Anak Tuhan dan Tuhan oleh Penganut Kristian.
Mereka mengatakan Jesus sebagai Anak Tuhan kerana di dalam Bible sendiri menyatakan demikian.
Saya bertanya kepada mereka : “Adakah semata-mata kerana Bible menggunakan kalimah Anak Tuhan maka Jesus dianggap Anak Tuhan? Sedangkan Jesus juga menggunakan kalimah Anak Manusia di dalam Bible. Bahkan penggunaan kalimah Anak Manusia lebih banyak berbanding dengan kalimah Anak Tuhan”.
‘Anak-anak Tuhan’
Saya meneruskan lagi dengan berkata : “Kalaulah semata-mata penggunaan kalimah Anak Tuhan ini dijadikan dalil dan bukti untuk menerima Jesus sebagai Anak Tuhan, maka ramailah Anak Tuhan di dalam Bible”.
Di dalam Old Testament (Kejadian 6:1-4):
…anak-anak Allah mengahwini anak-anak manusia…
Di dalam Old Testament (Keluaran 4:22):
…Israel adalah anak-ku, anak sulung-Ku…
Di dalam Old Testament (Yeremiah 31:9):
…Efraim adalah anak-ku yang sulung…
Di dalam New Testament (Lukas 3:38):
…menurut pendapat orang…Dia(Jesus) anak Yusuf, anak Eli, anak Matat……anak Enos, anak Set, Anak Adam, Anak Allah.
Di dalam New Testament (Roma 8:14):
Orang yang dipimpin oleh ruh Allah, maka mereka itu, anak-anak Allah.
Saya bertanya lagi : “Berapa ramaikah Anak Allah di dalam Bible?”. Mereka terdiam dan saya dapati salah seorang dari mereka agak tegang dan penuh emosi. Manakala yang lain pula (kemungkinan) berminat untuk mendengar hujah saya yang selanjutnya.
Saya tidak pasti mengapa dia tegang dengan situasi perbincangan dan soalan yang telah saya kemukakan.
Sedangkan jika dia membaca di Dalam New Testament (1 Peter 3 : 15-16) telah menyebut :
“Tetapi dengan tulus hormatilah Kristus sebagai tuhan dalam hidup kamu, Hendaklah kamu sentiasa bersedia memberikan jawapan kepada sesiapa sahaja yang meminta kamu menjelaskan harapan yang kamu miliki. Tetapi lakukanlah hal itu dengan lemah lembut dan hormat. Hendaklah hati nurani kamu murni, supaya apabila kamu difitnah kerana hidup dengan baik sebagai pengikut Kritus, orang yang menfitnah kamu itu akan menjadi malu.”
Tanpa menghiraukan keadaan yang agak tegang tadi, saya meneruskan lagi dengan berkata : “Sebenarnya kalimah Anak Allah di sini ialah kiasan atau pun metafora di dalam bahasa Yahudi”. ( ikuti siri seterusnya dalam keluaran akan datang )
METAFORA DI DALAM TAURAT YAHUDI ( siri ke 7 )
Di dalam Perjanjian Lama serta Perjanjian Baru yang dipercayai sebagai Taurat dan Injil oleh Kristian ( Walaupun Islam menolak pandangan ini ) banyak terdapat metafora-metafora terhadap bahasa dan istilah yang digunakan.Antaranya ialah kalimah Anak Allah. Di dalam Siri yang lalu, kita telah mrembincangkan isu kalimah metafora di dalam Taurat Yahudi dan Bible Kristian, antaranya metafora bagi kalimah Anak Allah. Kali ini kita akan menilai unsur-unsur metafora yang terdapat pada kalimat yang lain antaranya ialah kalimah Tuhan. Ketika berpeluang mengutarakan pandangan saya di dalam pertemuan tertutup antara saya dengan seorang Paderi, saya cuba membuktikan unsur-unsur metafora kalimah tersebut padanya. Dengan memetik kata demi kata dari pidato Allahyarham Syeikh Ahmed Hoosen Deedat (semoga Allah merahmati beliau), saya membawakan contoh dengan mengatakan : “Saudara, cuba kita perhatikan New Testament (Yohanes 10:34-36):
Jesus berkata kepada mereka : “Bukankah tertulis di dalam Taurat kamu : Allah berfirman, ‘kamu Tuhan’? Kita tahu bahawa apa yang tertulis di dalam Alkitab berlaku untuk selama-lamanya. Allah menyebut, orang yang menerima firman-Nya sebagai ‘Ilahi’. Aku ini dipilih dan diutus oleh bapa ke dunia. Adakah kamu mengatakan aku mengkufuri Allah semata-mata aku mengatakan aku ‘anak Allah’? (Sedangkan dalam bahasa kamu, kamu dipanggil sebagai ‘Ilahi’)
“Inilah buktinya ! Bukankah kalimah Anak Allah yang digunakan oleh Jesus berdasarkan ayat ini adalah metafora semata-mata dan di sinilah Jesus cuba memberi faham kepada umat Kristian, bahawa Allah tidak pernah mempunyai anak dan Jesus bukan Anak Allah seperti yang dipercayai oleh jutaan umat Kristian pada hari ini”.
Tuhan-Tuhan
Saya berkata lagi: “kalaulah semata-mata kalimah Anak Allah yang telah disebut oleh Jesus tadi kita menerimanya tanpa memikirkan unsur kiasan atau metafora, bagaimana pula dengan ayat-ayat ini?”.
Di dalam Old Testament (Keluaran 7:1) :
Tuhan berfirman kepada Musa, “Dengarlah, Aku akan menjadikan engkau Tuhan di depan Firaun, dan Harun sebagai Nabimu.
Di Dalam New Testament (Mazmur 82:6) :
“Aku berkata bahawa kamu semua Tuhan, bahawa kamu semua anak Yang Maha Tinggi”
Di dalam New Testament (2 Korintus 4:4) :
…Iblis adalah Tuhan pada zaman ini…
Di dalam New Testament (Yohanes 10:34)
Jesus berkata kepada mereka : “Bukankah telah tertulis di dalam Taurat kamu bahawa Allah telah berfirman: “Kamu adalah Tuhan?”.
Saya bertanya lagi : “Adakah Tuhan yang disebutkan dalam ayat-ayat ini adalah Tuhan yang membawa makna hakiki?”. Mereka semua terdiam.
Tanpa menunggu jawapan dari mereka, saya meneruskan hujah dengan berkata : “Inilah buktinya bahawa kalimah Anak Tuhan dan Tuhan di dalam ayat-ayat yang saya nyatakan tadi merupakan metafora di dalam Bahasa Yahudi. Bila Jesus menyebutkan dia sebagai Anak Tuhan sebagaimana yang difahami oleh orang-orang Kristian. Maha Suci Allah s.w.t dari mempunyai anak atau diperanakkan”.
Seterusnya saya menyambung lagi dengan berkata : “Al Quran telah menerangkan kepada manusia bahawa Allah SWT tidak mempunyai anak atau diperanakkan sebagaimana firman-Nya” :
Katakanlah (Wahai Muhammad) : “Dialah Allah yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala makhluk. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada satu pun yang setara dengan-Nya.
(Surah Al-Ikhlas 112:1-4)
“Sekarang, cuba anda terangkan kepada saya, dari sudut manakah lagi yang ingin anda pertahankan bahawa Jesus itu sebagai Anak Tuhan dan juga Tuhan?”
“Jika anda katakan dia memang Anak Tuhan dan juga Tuhan kerana telah menghidupkan sahabatnya yang telah mati iaitu Lazarus sebagaimana yang telah dikisahkan dalam (Yohanes 11:38-44), Elia dam Elisha juga pernah menghidupkan orang yang telah mati”.
Elia pernah menghidupkan seorang kanak-kanak kecil yang telah mati sebagaimana yang tercatat di dalam (Old Testament, 1 Raja-Raja 17:20-22) :
Kemudian Elia berdoa dengan suara kuat, “Ya tuhan, Allahku, mengapakah engkau melakukan perkara yang sedahsyat ini kepada balu itu? Dia sudah memberikan tumpangan kepadaku, tetapi engkau telah membunuh anaknya!”. Kemudian Elia menelengkupkan badannya di atas anak itu tiga kali sambil berdoa, “Ya TUHAN, Allahku, hidupkanlah semula anak ini!” Tuhan mengabulkan doa Elia. Anak itu mula bernafas lagi, lalu hidup semula.
Bahkan, cara Elisha menghidupkan orang mati lagi mengkagumkan. Ini adalah kerana Elisah telah menghidpkan orang mati setelah Elisha sendiri mati dan telah pun menjadi tulang. Perhatikan (Old Testament, 2 Raja-Raja 13:21):
Pada suatu hari, ketika orang Israel sedang menguburkan orang mati, mereka nampak gerombolan orang Moab. Oleh sebab ketakutan, mereka melemparkan mayat itu ke dalam kubur Elisha, lalu melarikan diri. Sebaik sahaja mayat itu terkena pada tulang-tulang Elisha, mayat itu hidup semula dan berdiri tegak.
“Dan jika anda katakan dia adalah Anak Tuhan dan juga Tuhan kerana tidak mempunyai bapa sebagaimana manusia yang normal, bagaimana pula dengan adam A.S? Adam tidak mempunyai ibu dan juga bapa. Bukankah begitu?”.
Dan sudah tentu anda pernah membaca tentang Melkisedik sebagaimana yang tercatat di dalam New Testament (Ibrani 7:1-3):
“Melkisedik adalah Raja Salem dan Imam Allah Yang Maha Tinggi. Ia pergi berjumpa dengan Ibrahim untuk memberkatinya setelah Ibrahim kembali dari mengalahkan Raja-Raja. Ibrahim memberikan kepada Melkisedik sepersepuluh dari harta yang dirampasnya. Menurut erti nama Melkisedik itu ialah, Raja kebenaran. Oleh sebab dia adalah Raja Salem, maka namanya juga bermakna Raja Kesejahteraan. Ia tidak mempunyai bapa, tidak mempunyai ibu, tidak ada salasilah keturunan, harinya tiada permulaan dan hidupnya tiada kesudahan dan ia dijadikan sama dengan anak Allah, ia tetap menjadi Imam selama-lamanya”.
“Jadi, cuba anda terangkan kepada saya, di atas dasar apakah Jesus itu dianggap Anak Tuhan dan juga Tuhan?
Salah seorang dari mereka menjawab: “Kamu tidak boleh menggunakan akal semata-mata dalam memahami Tuhan. Dan yang paling penting seseorang itu seharusnya mempunyai Holy Spirit terlebih dahulu sebelum menafsirkan ayat-ayat di dalam Alkitab”.
Saya menjawab: “Mengapa tidak boleh menggunakan akal? Bukankah Tuhan yang memberikan kita akal? Bahkan di dalam New Testament (Markus 12:30) mengatakan :
“Cintailah Tuhan Allah mu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan seluruh akalmu dan dengan segala kekuatanmu”.
Dan banyak lagi ayat-ayat di tempat lain yang menyatakan pentingnya akal untuk menyintai Allah.
Ke mana Menghilangnya Holy Spirit?
Saya meneruskan lagi dengan berkata : “Orang-orang Kristian mendakwa bahawa mereka adalah umat yang mempunyai serta dipimpin oleh Holy Spirit. Dan bila kami sebagai Muslim bertanya kepada kamu tentang percanggahan-percanggahan di dalam Alkitab, kamu mengatakan pula bahawa seseorang itu perlu mempunyai Holy Spirit terlebih dahulu untuk memahami Alkitab. Sungguh menghairankan! Apa yang telah Holy Spirit buat pada kamu sehinggakan kamu sebagai umat yang telah merasai Holy Spirit, terdiam membisu setiap kali soalan diutarakan kepada kamu? Ke mana menghilangnya Holy Spirit itu?
Salah seorang dari mereka menyatakan secara ikhlas kepada saya : “Saya tak mampu untuk memberikan jawapan tentang apa yang telah kamu timbulkan tadi, tetapi saya berdoa semoga satu hari nanti, kamu mendapat hidayah dari Holy Spirit dan beriman dengan ketuhanan Jesus!”.
Lihatlah, betapa mereka masih mempertahankan akidah mereka yang rapuh itu walaupun segala bukti dan hujah untuk menolak idea dosa warisan ini datangnya dari kitab suci mereka sendiri!
Mereka meremehkan ajaran Jesus yang mana baginda sendiri telah menafikan idea dosa warisan dan penebusan dosa ini. Dan amat malang lagi, mereka lebih mempercayai apa yang dikatakan oleh Paul, Peter dan lain-lain berbanding apa yang dikatakan oleh Jesus sendiri!
Sedangkan Jesus menyeru mereka supaya mentauhidkan Allah yang Esa bukannya menyembah makhluk selain Allah SWT atau mensyirikkan-Nya dengan sesuatu!
Perhatikan apa yang telah dikatakan oleh Jesus terhadap mereka:
Jesus menjawab :”Inilah perintah yang paling utama, “Dengarlah wahai bangsa Israil Tuhan Allah KITA, Dialah Tuhan Yang ESA’. Kasihilah tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan seluruh akalmu, dan dengan segala kekuatanmu”.
(Markus 12 :29-30)
Dan Nabi Muhammad s.a.w. sendiri telah membenarkan apa yang dikatakan oleh Jesus melalui Firman Allah s.w.t. di dalam Al Quran yang telah diturunkan kepada Baginda :
Katakanlah (Wahai Muhammad) :”Dialah Allah yang Maha ESA, Allah tempat bergantung segala makhluk. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada satu pun yang setara dengan-Nya.”
(Surah Al-Ikhlas 112:1-4)
Inilah kalimah tauhid yang dibawa oleh para Rasul dan Nabi-nabi dan kaumnya termasuk Jesus sendiri.
Bagi mereka yang memerhatikan dalil-dalil ini dengan hati yang ikhlas dalam mencari kebenaran, maka sudah pasti mereka akan memilih Islam sebagai ‘Jalan Keselamatan’ hakiki, namun bagi mereka yang tertutup pintu hatinya dari kebenaran, maka mereka tetap mempertahankan akidah mereka walaupun telah datang cahaya kebenaran melalui utusan-utusan Allah SWT
Di dalam hal ini, Allah SWT telah menggambarkan kepada Muslim tentang sikap sesetengah mereka yang masih ingin mempertahankan akidah mereka yang bercanggah dengan apa yang telah diajar oleh Jesus sendiri serta menyeru umat Islam agar terus berdakwah kepada golongan Ahli Kitab ini. Firman Allah SWT :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada makruf, dan mencegah dari kemungkaran dan beriman pada Allah. Dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman, tentulah (keimanan) itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(Surah Al-Imran 3:110)
Perhatikan, betapa benarnya Al-Quran dalam menyatakan sifat mereka ini terhadap Islam dan kita sebagai Muslim wajib menyampaikan dakwah ini kepada seluruh umat Nabi Muhammad s.a.w agar terus berakidah dengan akidah yang sebenar. Dan yakinlah, Allah SWT akan membantu kita yang membantu agama-Nya.
Firman Allah SWT :
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (Agama) Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu).
(Surah Muhammad 26:7)
Apakah dia Dosa Warisan?
Dosa warisan atau “Original Sin” adalah antara rukun iman yang utama di dalam Agama Kristian. Orang-orang Kristian percaya bahawa Nabi Adam lah yang menyebabkan terjadinya dosa warisan ini. Ini adalah kerana baginda telah melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon larangan setelah terpedaya dengan godaan Iblis. Ini telah dinyatakan di dalam Perjanjian Lama (Kejadian 3:6):
Perempuan itu melihat pokok itu sangat cantik dan buahnya enak dimakan. Dia berfikir betapa eloknya jika dia menjadi bijaksana. Maka dia memetik buah itu dan memakannya serta ia juga memberikan pada suaminya lalu suaminya memakan buah itu.
Oleh kerana seluruh manusia itu berketurunan Adam, maka manusia turut sama menanggung dan mewarisi dosa Adam. Bahkan bayi yang baru lahir pun, turut sama mempunyai dosa warisan ini. Di sini bermulanya asal usul dosa warisan dan orang-orang Kristian mesti meyakininya untuk membenarkan penyaliban Jesus sebagai penebus dosa warisan.
Berterima kasihlah pada Adam!
Setelah kita faham konsep dosa warisan ini, kita dapati seolah-olah Adam telah di ‘set up’kan untuk membuat dosa yang telah mengakibatkan seluruh manusia mendapat dosa warisan secara automatik. Maka dengan itu, barulah Allah dapat mengirimkan Anak-Nya yang tunggal ke dunia ini, untuk menebus dosa warisan tadi.
Bertepatan dengan apa yang telah ‘dirancang terhadap Adam’ ini, di dalam (Yohanes 3:16) telah menyatakan:
Allah sangat mengasihi manusia di dunia ini sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada Anak itu tidak akan binasa tetapi beroleh hidup sejati dan kekal.
Dalam (Galatia 1:4) juga menyatakan tentang idea penebusan dosa warisan ini:
Untuk menyelamatkan kita daripada zaman yang jahat ini, Kristus (Jesus) telah menyerahkan diri-Nya sebagai korban bagi dosa-dosa kita. Dia melakukannya bagi mentaati kehendak Allah bapa kita.
Tetapi tahukah anda? Sekiranya Adam tidak melanggar perintah Allah dengan memakan buah dari pohon larangan tadi, tentu Jesus tidak akan dikirim oleh Allah ke atas dunia ini untuk menebus dosa warisan dan Agama Kristian tidak akan wujud sama sekali!
Maka orang-orang Kristian mesti berterima kasih pada Adam!
Akal yang waras menolak idea ini.
Saya pernah berbincang dengan seorang Paderi tentang idea dosa warisan ini. Di dalam perbincangan itu, saya menerangkan kepada beliau dengan berkata : “Uncle, sungguh menghairankan! Adam yang membuat dosa tetapi kita semua turut menanggungnya! Inikah keadilan Tuhan?”. Saya meneruskan lagi dengan berkata: “Kami sebagai Muslim percaya bahawa setiap dosa hanya ditanggung oleh diri sendiri”.
Di dalam Al Quran Allah telah berfirman:
Maksudnya :Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah, maka sesungguhnya dia berbuat kebaikan itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang sesat maka kesesatannya itu adalah untuk (kerugiannya) sendiri. Dan setiap orang yang berdosa (dengan dosanya) tidak pula dapat menanggung dosa orang lain dan kami tidak akan menimpakan azab sebelum kami mengutuskan rasul (kepada manusia).
(Surah Al-Isra 17:15)
Saya meneruskan lagi dengan berkata: “Bahkan, Bible sendiri menyokong Al Quran! Dalam (Yeremia 31:30) menyatakan:
Tetapi sesiapa yang makan anggur yang masam, dia sendirilah yang akan merasa masamnya. Setiap orang akan mati kerana dosanya sendiri.
Manakala (Yehezkiel 18:20) juga menyatakan:
Orang yang berdosa akan mati. Seorang anak tidak menanggung akibat daripada dosa bapanya. Demikian juga seorang bapa tidak menanggung akibat daripada dosa anaknya. Seorang yang baik akan menerima ganjaran kerana kebaikannya , dan seorang yang jahat akan menanggung akibat daripada kejahatannya.
Perhatikan juga di dalam (Matius 16:27):
Anak Manusia sudah hampir tiba bersama–sama para Malaikat-Nya dengan kemuliaan Bapa-Nya. Pada masa itu Dia membalas tiap – tiap orang menurut perbuatannya sendiri.
(Matius 19:14 ) menyebut:
Yesus berkata kepada pengikut–pengikut-Nya:
“Biarlah kanak–kanak itu datang kepada–Ku. Jangan larang mereka, kerana orang seperti inilah yang menikmati Pemerintahan Allah”
(Roma 2:5-6) juga menyatakan:
Kamu degil dan keras kepala. Oleh itu, kamu sendiri yang menjadikan hukuman kamu semakin berat pada hari Kiamat apabila Allah menyatakan kemurkaan-Nya dan menjatuhkan hukuman yang adil. Hal yang demikian itu adalah kerana Allah akan membalas setiap orang, setimpal dengan perbuatannya sendiri.
“Lihat! Bible pun turut membenarkan apa yang dikatakan oleh Al-Quran tadi”. Saya meneruskan lagi dengan berkata: “Uncle, pihak Gereja menyatakan adanya dosa warisan, sedangkan Holy Bible pula menyatakan sebaliknya. Di antara kedua pendapat ini, (Gereja dan Holy Bible) mana satukah yang patut diikuti oleh orang–orang Kristian ?”.
Setelah beliau mendengar hujah yang saya utarakan , dengan yakin Paderi itu menjawab : “Sebenarnya, yang dimaksudkan dengan “Original Sin’ (Dosa warisan) ialah kecenderungan untuk membuat dosa, bukannya dosa yang yang kita warisi dari Adam.
Setelah mendengar konsep ‘baru’ tentang dosa warisan itu, saya terus menyatakan lagi : ”Jikalau begitu apa gunanya Jesus disalib kalaulah semata–mata untuk menebus kecenderungan berbuat dosa, kerana semua manusia diberi hawa nafsu.”
Bahkan hingga sekarang ini pun, penganut Kristian yang meyakini dosa warisan mereka telah tertebus pun masih mempunyai kecenderungan membuat dosa.
Amat menakjubkan ! Selain daripada akal yang waras , Bible mereka juga menolak idea dosa warisan ini ! Jadi , siapakah yang sebenarnya telah mencipta idea ini ?
PENEBUSAN DOSA MELALUI PENYALIBAN? (siri 2)
Adakah Nabi Isa disalib ?
Orang-orang Kristian menyakini, bahawa Adam adalah penyebab kepada wujudnya dosa warisan, sebagaimana yang telah saya kupaskan di dalam bab pertama yang lalu. Mereka juga menyakini bahawa Allah yang Maha Pengasih telah mengutuskan anak-Nya yang tunggal (Nabi Isa ) ke dunia ini, untuk menebus dosa warisan manusia. Di dalam (Yohanes 3:16 ) menyatakan :
Allah sangat mengasihi orang di dunia ini, sehingga Dia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada anak itu tidak akan binasa tetapi memperolehi hidup sejati dan kekal.
Orang-orang Kristian juga percaya bahawa kisah penyembelihan Ishak oleh Nabi Ibrahim adalah gambaran awal dari Allah SWT bahawa Jesus akan disalib untuk menebus dosa warisan manusia.
Ketika berbincang dengan seorang Paderi dan isterinya tentang ‘Benarkah Ishak yang disembelih?, saya berkata kepada beliau: “Uncle, kami sebagai Muslim percaya bahawa Ismail yang telah dikorbankan bukannya Ishak sebagaimana yang dipercayai oleh orang-orang Kristian.
Walaupun Kristian membuktikan hujah mereka melalui Old Testament, sebagaimana yang dinyatakan dalam buku Kejadian bab 22 ayat 2 :
Allah berfirman : “Pergilah ke tanah Moria dengan Ishak, anakmu yang tunggal, yang sangat engkau kasihi. Di situ, di sebuah gunung yang akan Ku tunjukkan kepadamu, persembahkanlah anakmu sebagai korban untuk menyenangkan hati-Ku“.
Namun, Kitab Bible sendiri menolak hujah ini!. Saya meneruskan lagi dengan berkata : “Cubalah kita lihat di dalam Old Testament, buku kejadian bab 16 ayat 15-16, di mana Bible telah menyatakan :
Kemudian Hagar ( Hajar ) melahirkan seorang anak lelaki, lalu Abram ( Ibrahim ) bapa anak itu menamakan dia Ismail. Pada masa itu Abram berumur 86 tahun.
dan bandingkan pula dengan Old Testament, buku Kejadian bab 21 ayat 5 ini”.
Ibrahim berumur 100 tahun ketika Ishak dilahirkan
Dengan menggunakan ‘White Board’ yang ada di dalam gereja tersebut, saya melakarkan ayat–ayat tadi agar beliau dapat memerhatikan dengan lebih jelas tentang ‘keistimewaan’ ayat– ayat ini.
Ismail atau Ishak?
Saya berkata kepada beliau : “Uncle, perhatikan ayat-ayat ini. Di antara Ismail dan Ishak, siapakah yang lahir dulu?”. Tanpa menunggu jawapan daripada beliau, saya menyatakan bahawa Ismail yang dilahirkan dulu kerana ketika Ismail dilahirkan umur Nabi Ibrahim 86 tahun, sedangkan ketika Ishak dilahirkan umur Baginda sudah menjangkau 100 tahun. Beliau dan isterinya nampak bersetuju dengan apa yang saya nyatakan.
Saya meneruskan lagi dengan berkata: “Tetapi Uncle, jika Ismail yang dilahirkan dulu, mengapa di dalam Old Testament, buku Kejadian 22:2 di atas menyatakan Ishak adalah anak tunggal Ibrahim? Sedangkan Ishak mempunyai abang iaitu Ismail“.
Saya berkata lagi: “Inilah buktinya bahawa kalimah ‘Ishak didalam Old Testament, buku kejadian 22:2 tadi adalah kalimah tambahan dari Ulama Yahudi yang sememangnya dengki kepada Ismail dan keturunannya”.
Setelah mendengar hujah yang saya kemukakan tadi, beliau terus menjawab dengan penuh yakin: “Sebenarnya Ishak adalah satu-satunya anak tunggal Ibrahim yang lahir daripada isteri yang sah!. Manakala Ismail pula bukanlah anak Baginda yang sah kerana Hagar (Hajar) adalah gundik Ibrahim!”
Dengan segera saya berkata kepada beliau: “Kalau begitu, tunjukkan pada saya di mana ayat di dalam Bible yang menyatakan Hagar (Hajar) adalah gundik Ibrahim?.”
Beliau yang nampaknya terkejut dengan permintaan saya itu, hanya mendiamkan diri sambil membelek–belek kandungan Bible di hadapan beliau .
Pada mulanya saya menyangka beliau tentu tahu di manakah ayat yang menyebut tentang Hagar adalah gundik Ibrahim kerana sememangnya terdapat di dalam sesetengah versi Bible menyatakan sedemikian.
Namun setelah menunggu agak lama serta yakin beliau tidak dapat membuktikannya, maka saya berkata kepada beliau: “Uncle, ayat yang menyatakan bahawa Hagar (Hajar) adalah gundik Ibrahim terdapat di dalam Old Testament, Kejadian bab 16 ayat 3.”
Maka Sarai ( Sarah ) memberikan Hagar ( Hajar ) kepada Abram ( Ibrahim ) untuk dijadikan gundik.
Setelah saya menunjukkan ayat tersebut, beliau nampaknya agak lega dengan ‘bantuan’ saya tadi.
Tanpa menunggu ‘kelegaan’ beliau itu berpanjangan , saya meneruskan hujah dengan berkata: “Uncle, walaupun ayat ini menyatakan Hagar sebagai gundik Ibrahim, sehinggakan Ismail itu dituduh sebagai anak gundik, namun jika kita buka di dalam Bible King James Version, terjemahan English terhadap ayat ini adalah to be his WIFE (untuk dijadikan sebagai isteri) bukannya to be his concubine (untuk dijadikan sebagai gundik) sebagaimana yang tercatat di dalam versi TEV (Todays English Version) dan lain-lain versi!”
“Mengapa Bible mempunyai pelbagai versi jika ia adalah benar– benar dari Allah. Lagipun, kalimah Isteri (Wife) dan Gundik (Concubine) mempunyai perbezaan dan maksud yang amat ketara. Tentu Allah dapat membezakannya!”
Isteri beliau yang hanya mendiamkan diri sejak awal perbincangan kami cuba menyatakan kepada saya bahawa pada zaman dahulu, istilah isteri dan gundik tidak dapat dibezakan dengan tepat. Atas sebab itulah, terdapat kalimah isteri dan gundik digunakan dalam tempat yang sama dalam sesetengah Bible!
Isteri atau gundik?
Saya tidak faham mengapa isteri beliau menyatakan sedemikian, tapi dengan segera saya berkata padanya: “Auntie, bukankah menurut kepercayaan Yahudi dan Kristian bahawa Ibrahim telah berkahwin seramai 3 orang iaitu Sarai, Hagar dan Ketura?
Ini telah dinyatakan di dalam Old Testament buku Kejadian bab 25 ayat 1 dan 2:
Abraham berkahwin lagi dengan seorang perempuan yang bernama Ketura. Isterinya itu melahirkan Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Ishbak dan Suah.
Di dalam ayat ini, jelas dinyatakan bahawa Ketura adalah Isteri Ibrahim.
Saya meneruskan lagi dengan berkata : “Tapi Auntie, cuba bandingkan dengan apa yang dinyatakan di dalam Old Testament Buku 1 Tawarikh bab 1 ayat 32 ini:
Abraham mempunyai seorang gundik bernama Ketura. Gundiknya itu melahirkan enam orang lelaki: Zimran, Yoksan, Medan Midian, Ishbak dan Suah..
Di dalam ayat ini, dinyatakan pula Ketura anak gundik Ibrahim. Bukankah jelas bahawa kalimah isteri dan gundik mempunyai perbezaan dan penulis serta periwayat Bible tahu perbezaan ini!.
Apa pula yang hendak Auntie katakan tentang ayat 1 Raja-raja bab 11 ayat 3 :
Raja Salomo (Sulaiman) berkahwin dengan Tujuh Ratus orang Puteri Raja dan mempunyai Tiga Ratus orang Gundik.
Di dalam ayat yang sama, periwayat Bible sendiri menunjukkan bahawa mereka tahu perbezaan antara kalimah isteri dan gundik!.
Dengan muka yang merah padam, isterinya bangkit meninggalkan perbincangan kami dan saya lihat Paderi tersebut hanya menundukkan mukanya yang kemerahan.
Lantas saya meneruskan lagi dengan berkata : “Uncle, melalui ayat-ayat yang saya nyatakan tadi, jelaslah bahawa Ismail adalah anak sah dan Hagar bukanlah gundik Ibrahim!
Di sinilah buktinya bahawa terdapat perselisihan di dalam ayat-ayat Bible dan sekaligus membuktikan ia bukan Kalam Allah! Ia dikarang serta dipinda sesuka hati oleh Ulama Yahudi.
Setelah saya berkata demikian, Paderi tersebut hanya mendiamkan diri dan tidak lama kemudian, beliau menyatakan pada saya bahawa beliau ada kerja yang ingin diselesaikan.
DOSA WARISAN CIPTAAN PAULUS. (siri 3)
Sebenarnya perintah pergorbanan Ishak (menurut kepercayaan Kristian dan Yahudi) tidak ada kaitannya dengan gambaran awal Jesus akan disalib! Tetapi idea penebusan dosa warisan ini telah diprogramkan oleh Paulus atau Paul, seorang yang dianggap ‘Rasul’ bagi penganut Kristian .
Sekiranya kita lihat di dalam (Galatian 1:4) Paul telah berkata:
Untuk menyelamatkan kita daripada zaman yang jahat ini, Kristus (Jesus) telah menyerahkan diri-Nya sebagai korban bagi dosa-dosa kita. Dia melakukan bagi mentaati kehendak Allah bapa kita.
Di dalam ayat lain pula Paul, telah menyifatkan golongan Yahudi yang enggan menerima ‘berita baik’ penyaliban Jesus ini, sebagai musuh Allah. Ini dapat kita saksikan melalui kata-kata Paul di dalam (Roma 11:28) :
Kerana orang Yahudi tidak mahu menerima berita baik (penyaliban Jesus untuk penghapusan dosa manusia ) daripada Allah ini, maka mereka menjadi musuh Allah .
Tetapi di dalam ayat lain, contohnya di dalam (1 Teselonian 2:15) Paul telah menyatakan sebaliknya pula tentang idea penebusan dosa ini:
Orang Yahudi sudah membunuh Tuhan Jesus dan Nabi–nabi serta menganiayai kami juga. Mereka memusuhi semua orang dan menyebabkan Allah sangat murka.
Sungguh pelik! Paul yang mengajar idea penghapusan dosa warisan ini dalam masa yang sama juga telah mencela orang–orang Yahudi yang ‘membantu’ proses penghapusan dosa ini! Sepatutnya orang–orang Yahudi yang telah membunuh Jesus ini, diberi pahala dan sanjungan yang besar kerana merekalah yang telah membunuh dan menyalib Jesus, sehingga dosa warisan yang membelenggu manusia selama ini, terhapus.
Sekiranya Jesus tidak dibunuh dan disalib oleh mereka, tentu dosa warisan masih lagi membelenggu penganut Kristian hingga ke hari ini dan Agama Kristian tidak mungkin wujud sama sekali.
Mari kita lihat pula apa kata Paul di dalam (1 Korintus 2:8):
Semua roh yang berkuasa dan yang memerintah dunia ini, tidak tahu kebijaksanaan itu. Seandainya roh-roh itu mengetahuinya, tentu roh-roh itu tidak akan menyalib Tuhan (Jesus) Yang Mulia.
Lihatlah! Betapa jelasnya percanggahan kata–kata Paul yang dianggap oleh orang–orang Kristian sebagai ‘Rasul Kristus’.
Oleh kerana kata-kata Paul sendiri mengandungi percanggahan, maka saksi yang paling layak untuk kita analisa bagi mencapai kebenaran hakiki tentang idea penyaliban bagi menebus dosa ini, adalah kata–kata Jesus sendiri. Apa kata Jesus terhadap idea yang telah dicipta oleh Paul ini?
Jesus sendiri tidak rela disalib !
Jika anda perhatikan di dalam (Yohanes 7:19), Jesus sendiri telah berkata kepada orang–orang Yahudi yang ingin membunuh dan menyalibnya:
“Bukankah Musa yang memberi Taurat kepada kamu. Tetapi tidak seorang pun di antara kamu yang mentaati Taurat itu. Mengapa kamu mahu membunuh aku?”
Lihat pula di dalam (Yohanes 8:37) dimana Jesus sendiri telah berkata:
“Aku tahu kamu keturunan Ibrahim. Namun kamu berusaha untuk membunuh aku, kerana kamu tidak mahu menerima ajaranku”.
Di dalam (Yohanes 8:44):
“Bapa kamu Iblis dan kamu anak–anaknya. Kamu lebih suka menurut kehendak bapa kamu. Sejak permulaan, Iblis itu pembunuh..”
Di dalam ( Yohanes 19:11 ):
Jesus telah berdialog dengan Pilatus (Gabenor Kerajaan Rom), dan berkata: “Kamu tidak berkuasa ke atas aku, kecuali Allah memberikan kuasa itu kepadamu. Oleh itu, orang yang menyerahkan aku kepadamu, lebih besar dosanya dari dosamu .
Perhatikan! Jesus sendiri menolak idea penebusan dosa ciptaan Paulus ini!. Bahkan untuk membuktikan keengganan Jesus menghadapi hukuman untuk menebus dosa manusia, Matius dan Markus telah menceritakan bagaimana Jesus telah berusaha melarikan diri dari orang-orang Yahudi dan tentera Rom yang mahu menangkap dan membunuh baginda. Jika ini adalah perintah Allah, mengapa Jesus melarikan diri? Perhatikan ayat ini :
“Bangunlah, mari kita pergi! Lihatlah, orang yang mengkhianati aku sudah datang!”
(Matius 26:46)
“Bangunlah, marilah kita pergi! Lihatlah, orang yang mengkhianati aku sudah datang!”
(Markus 14:42)
Bahkan sahabat-sahabat Jesus sendiri melarikan diri ketika Jesus ditangkap! Jadi, siapakah yang menjadi saksi peristiwa penyaliban ini?
Jika benar penyaliban Jesus ini adalah perintah Allah sebagaimana yang di dakwa oleh Paul dalam (Galatian 1:4) tadi, sudah tentu sahabat–sahabat baginda akan membantu menyerahkan baginda kepada orang–orang Yahudi dan tentera Rom.
Perhatikan apa yang telah diriwayatkan dalam (Matius 26:56) :
…kemudian semua pengikut Jesus lari meninggalkan Dia.
Dan di dalam (Markus 14:50) meriwayatkan :
Ketika itu, semua pengikut Jesus lari meninggalkan Dia.
Sungguh menghairankan! Jika benar apa yang dikatakan oleh Paul tentang penyaliban Jesus adalah rancangan Tuhan untuk menebus dosa warisan, maka kita dapat saksikan bahawa Jesus dan sahabat–sahabat baginda sendiri ‘lari’ dari perintah Tuhan!
KISAH PENYALIBAN BERBAGAI VERSI (siri 4)
Kisah penyaliban Jesus telah dirakamkan oleh 4 Gospel yang utama di dalam New Testament iaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Namun tahukah anda, kisah penyaliban ini berbeza dan berbagai versi keadaannya?
Rela disalib
Orang-orang Kristian telah menggunakan ayat (Lukas 23:46) ini sebagai tanda Jesus telah rela disalib untuk menebus dosa warisan manusia. Perhatikan ayat ini :
Lalu Jesus berseru dengan suara lantang “Ya bapa aku serahkan diriku ke dalam tanganMu”. Setelah berkata demikian dia pun meninggal.
Perhatikan pula di dalam ( Yohanes 19:28-30 ):
Jesus tahu bahawa sekarang semuanya selesai dan supaya apa yang tertulis di dalam Al-kitab berlaku, dia berkata “Aku dahaga. Di situ ada sebuah mangkuk yang penuh dengan wain murah. Bunga karang dicelupkan ke dalam wain murah itu kemudian dicucukkan ke sebatang kayu dan dihulurkan ke mulut Jesus. Jesus mengecapnya lalu berkata: “Telah selesai.” Setelah itu dia menundukkan kepalanya dan meninggal.
Melalui dua ayat ini, orang-orang Kristian berkata dengan megahnya, “Inilah tanda kasih sayang Jesus. Dia sanggup mati demi dosa kita!”
Apakah ‘Kasih sayang’ itu?
Kepada orang-orang Kristian, saya bertanya: “Apakah maksud kasih sayang di dalam agama anda? Adakah semata-mata untuk menebus dosa warisan dari Adam ( yang hanya memakan sebiji buah larangan ) lalu Tuhan Maha Pengasih terpaksa membunuh anak-nya yang tunggal, kamu katakan sebagai ‘kasih sayang’?”
Bahkan ‘Putus asa’!
Sebenarnya, apa yang telah dinyatakan di dalam (Lukas 23:46 dan Yohanes 19:28-30) ini adalah menunjukkan putus asa Jesus! Mengapa tidak? Jesus telah berusaha melarikan diri dari tangkapan tentera Rom dan orang-orang Yahudi selama hidupnya, tiba-tiba Bapa di Syurga tidak membantu beliau melepaskan diri! Maka dengan putus asa beliau mengucapkan : Ya bapa, aku serahkan diriku ke dalam tangan-Mu.
Bahkan Jika kita perhatikan kalimah ‘Ya bapa, aku serahkan diriku ke dalam tanganMu’ ini juga, dapat kita perhatikan ada 2 ‘Tuhan’ bukannya Satu seperti yang didakwa oleh orang-orang Kristian. Pertama, ‘Anak Tuhan’ yang mati di tiang salib dan yang kedua, ‘Tuhan Bapa’ yang tidak mati bersama anak-Nya. Dan ‘Tuhan-Tuhan’ ini bercerai tidak bersatu sehinggakan ada Tuhan yang mati dan ada yang tidak mati!
Tidak rela disalib
Kali ini kita perhatikan pula bagaimanakah dua ayat ini menjelaskan keengganan Jesus untuk disalib. Perhatikan (Matius 27:45-50):
Pada tengah hari selama tiga jam, Seluruh negeri itu menjadi gelap. Pada pukul tiga petang, Jesus berseru dengan suara lantang “Eli Eli lama sabakhtani?” yang bermaksud “Allah Allah mengapa Engkau tinggalkan aku?”. Beberapa orang di situ mendengar seruan Jesus lalu berkata “dia memanggil Elia”. Seorang dari mereka mengambil bunga karang, lalu mencelupkannya ke dalam wain murah. Kemudian bunga karang itu dicucukkan pada sebatang kayu, lalu dihulurkan ke mulut Jesus. Tetapi orang lain di situ berkata: Tunggu, mari kita lihat kalau-kalau Elia datang menyelamatkan dia.” Kemudian Jesus berseru lagi dengan nyaring lalu menghembuskan nafas terakhirnya.
Keengganan Jesus untuk disalib juga digambarkan oleh (Markus 15:33-37)
Pada tengah hari selama tiga jam, Seluruh negeri itu menjadi gelap. Pada pukul tiga petang, Jesus berseru dengan suara lantang “Eloi Eloi lama sabakhtani?” yang bermaksud “Ya Allah Ya Allah mengapa Engkau tinggalkan aku?”. Beberapa orang di situ mendengar seruan itu lalu berkata “Dia memanggil Elia”. Seorang dari mereka mengambil bunga karang, yang dicelup dengan wain murah lalu mencucukkannya pada sebatang kayu, lalu dihulurkan ke mulut Jesus sambil berkata “Tunggu! mari kita lihat kalau-kalau Elia menurunkan dia dari salib.” Lalu Jesus berteriak dan menghembuskan hafasnya yang terakhir.
Bahkan bukan Jesus di tiang salib!
Kalimah “Eloi Eloi lama sabakhtani? yang bermaksud “Ya Allah mengapa Engkau tinggalkan aku?” di dalam ayat-ayat di atas juga, jelas menunjukkan bahawa bukan Jesus yang disalib.
Saya pernah memberitahu kepada seorang Pastor berbangsa India di negeri saya ketika kami berbincang mengenai siapakah yang disalib sebenarnya. Saya berkata “Uncle, sekiranya Jesus yang disalib, tentu dia tidak akan menggunakan lafaz ‘Allah, Allah’ tetapi ‘Bapa,bapa’. Ini adalah kerana, Jesus adalah ‘anak Tuhan’!
Amat menghairankan! Matius dan Markus telah meriwayatkan berita penyaliban ini dengan perbezaan yang amat ketara berbanding dengan versi yang dibawa oleh Lukas dan Yohanes. Namun begitu, terdapat persamaan di antara keempat-empat Gospel ini. Tahukah anda apakah persamaan itu? Ia adalah tentang Kematian ‘Tuhan’!
Adakah anda percaya Tuhan telah mati ?
Saya pernah bertanya kepada seorang Kristian dari Jamaica, yang secara kebetulan saya temui ketika menunggu KLIA Ekpress . Pada mulanya saya menyangka beliau seorang Arab Muslim (memandangkan rupanya seperti Arab) tetapi setelah beliau memperkenalkan dirinya sebagai Roger dan menyatakan beliau seorang Kristian Protestant, saya segera mengambil peluang keemasan tersebut untuk bertanya tentang kematian ‘Tuhan’!
Di dalam kesempatan itu saya bertanya : “Uncle, do you believe God (Jesus) died for three days and three night?” (Adakah tuan percaya bahawa Tuhan (Nabi Isa) telah mati tiga hari tiga malam?) Beliau tersenyum sambil berkata : “This is a very interesting question”.
Saya menunggu agar beliau meneruskan jawapannya tetapi apabila saya melihat beliau seperti ingin lari dari menjawab soalan tersebut, saya ulangi semula soalan itu untuk kali kedua. Dengan serba salah beliau menjawab: “I do not believe God (Jesus) died.” (Saya tidak percaya tuhan (Nabi Isa) telah mati).
Apabila saya ingin melanjutkan perbualan kami ke topik yang lebih menarik berkaitan Kristian, beliau dengan segera menjawab: “Im very tired now and I have to sleep”. ( saya amat letih sekarang dan perlu berehat.)- Ikuti selanjutnya di dalam Siri kelima.
JESUS TIDAK PERNAH DISALIB ( siri 5 )
Walaupun kita telah membuktikan kepada orang-orang Kristian bahawa Jesus sendiri ‘tidak merestui’ upacara penebusan dosa bahkan bukan Jesus yang disalib oleh tentera Rom, namun orang- orang Kristian masih lagi mempertahankan hujah mereka dengan berkata: “Baiklah! Kami akan membuktikan pada kamu melalui kata-kata Jesus sendiri tentang kematian dan kebangkitannya!”.
Dalam ( Matius 17:22-23 ):
…Jesus berkata kepada mereka, “Tidak lama lagi Anak Manusia akan diserahkan ke dalam kekuasaan manusia. Dia akan dibunuh, tetapi pada hari ketiga, Dia akan dibangkitkan semula”.
Dalam ( Lukas 24:46):
Jesus berkata kepada mereka, “Sudah tertulis bahawa Penyelamat yang diutus oleh Allah mesti mengalami penderitaan dan mesti bangkit daripada kematian pada hari ketiga”.
“Lihatlah ayat–ayat ini! Pasti tiada seorang pun Muslim yang mampu menyangkal tentang kematian dan kebangkitan Jesus!”
Saudara, perhatikan! Sekiranya kita tidak mempersiapkan diri dengan ilmu, sudah tentu ayat-ayat di atas memutuskan hujah kita sebagai Muslim yang beryakinan bahawa Jesus ataupun Nabi Isa A.S tidak pernah mati! Mereka mengutarakan hujah yang diambil dari Holy Bible dan ayat-ayat tersebut memang terdapat di dalam Bible mereka.
Jesus menjawab ‘bagi pihak’ Muslim
Oleh kerana orang-orang Kristian tidak menerima Al-Quran sebagai ‘Last Testament’, maka sudah tentu hujah yang terpaksa kita pakai untuk membuktikan keyakinan Muslim tadi adalah melalui Holy Bible mereka.
Katakan kepada mereka: “Wahai saudaraku, perhatikan apa yang telah dikatakan oleh Petrus atau Peter dan bandingkan dengan apa yang telah Jesus katakan tentang ‘kematian dan kebangkitannya’!
Petrus atau Peter menyatakan di dalam ( Petrus 3:18) bahawa, kebangkitan setelah kematian itu hanya berlaku dalam bentuk ruh atau ‘spirit’ sahaja. Perhatikan :
…Dia (Jesus) dibunuh dalam keadaan jasmani, tetapi dihidupkan semula dalam keadaan rohani.
Sedangkan di dalam ( Lukas 24:39-40 ) Jesus pula menyatakan :
Lihatlah tangan-ku dan kaki-ku ini. Inilah aku! Peganglah aku, maka kamu akan tahu bahawa aku bukan hantu (ruh) kerana hantu (ruh) tidak mempunyai daging dan tulang, sedangkan aku masih mempunyainya.” Jesus berkata demikian sambil menunjukkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
Perhatikan! Jesus menafikan apa yang telah dinyatakan oleh Petrus dengan bahasa dan kalimah yang amat jelas!
Bahkan, untuk menyakinkan bahawa Dia belum mati sebagaimana yang diyakini oleh murid-muridnya ketika itu dan orang-orang Kristian pada hari ini, Jesus juga telah meminta makanan dari mereka dan memakannya . Perhatikan ayat ( Lukas bab 24 ayat 41-43):
Mereka masih tidak dapat percaya kerana terlalu gembira dan hairan. Jesus bertanya kepada mereka, “ Adakah kamu mempunyai makanan di sini?” Mereka pun memberi sepotong ikan yang sudah dimasak kepada-Nya. Lalu Jesus memgambil ikan itu lalu makan di hadapan mereka.
Sungguh jelas! Jesus menegaskan bahawa Dia tidak pernah mati kerana Dia masih mempunyai daging serta tulang. Sedangkan ruh tidak mempunyainya! Dan demi meyakinkan mereka yang menyaksikan itu , Dia telah memakan makanan yang diberikan.
Sungguh aneh! Petrus atau Peter memberitahu umat Kristian bahawa Jesus telah dibunuh dan bangkit dalam bentuk ruh atau ‘spirit’. Sedangkan Jesus menjawab: ‘Wahai Peter dan umat Kristian, Aku tidak pernah mati! Lihatlah aku masih hidup dan lengkap dengan ruh serta jasad! Siapakah yang anda pilih? Jesus atau Petrus?
Apa jawapan Allah SWT terhadap mereka ?
Jika kita perhatikan kepada riwayat yang telah disifatkan oleh empat Gospel tadi, ( Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ) seolah-olah Jesus sendiri ada kalanya rela, ada kalanya tidak rela dan ada kalanya putus asa. Sedangkan di dalam Islam, para Nabi dan Rasul itu bersifat dengan benar dan tidak pula pernah berdusta. Inilah di antara bukti bahawa terdapat percanggahan yang amat ketara di dalam kitab Bible serta juga Taurat orang-orang Yahudi .
Amat benarlah firman Allah di dalam Al-Quran :
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang–orang yang menulis (merubah) Alkitab dengan tangan mereka sendiri kemudian mereka mengatakan: “Inilah dari Allah” (dengan maksud) ingin memprolehi keuntungan yang sedikit dari perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang telah ditulis oleh mereka dan kecelakaan besarlah bagi mereka, di atas apa yang telah mereka kerjakan”.
(Surah Al-Baqarah 2:79)
Di dalam menjawab fitnah yang telah ditimbulkan oleh orang-orang Yahudi dan Kristian melalui kitab Taurat dan Bible mereka, maka Allah SWT juga telah menyatakan secara jelas di dalam Al-Quran :
“Dan kerana ucapan mereka ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih Isa anak Maryam pesuruh Allah. Dan sebenarnya, mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi ( yang mereka bunuh itu ialah ) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa benar–benar di dalam keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapakah yang sebenarnya dibunuh itu, kecuali mereka hanya menurut sangkaan mereka sahaja. Mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu, adalah Isa. Tetapi (sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNYa. Dan adalah Allah itu, Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
( Surah An-Nisa :4:157-158 )
TRINITI SERTA KETUHANAN JESUS? (siri 6)
Apakah dia Triniti?
Triniti merupakan Akidah Utama di dalam Agama Kristian. Ia bermaksud Tuhan itu satu tetapi di dalam tiga keperibadian. Triniti terdiri daripada Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Holy Spirit. Ketiga-tiga Tuhan ini bersatu dan tidak pernah berpisah. Orang-orang Kristian meyakini akidah Triniti ini berdasarkan ( Yohanes 5 :7-8) :
“Ada tiga saksi : Roh Allah, air dan darah dan ketiga-tiganya memberi kesaksian yang sama”.
Namun tahukah anda? Ayat ini telah dibuang dari cetakan Bible RSV (Revised Standard Version) kerana Ulama-Ulama Kristian mengakuinya sebagai ayat palsu serta ditokok tambah!.
Di dalam (Matius 3:16-17) menyatakan :
Setelah Jesus dibaptis, Dia keluar dari air sungai itu. Tiba-tiba langit terbuka dan Jesus nampak Roh Allah turun seperti burung merpati ke atasnya. Kemudian terdengarlah suara Allah berfirman : “Inilah Anak-Ku yang Aku kasihi. Dia menyenangkan hati-Ku”.
Di dalam (Lukas 3:21-22):
Setelah semua orang itu dibaptis, Jesus juga dibaptis. Ketika Dia berdoa, langit terbuka dan roh Allah berwujud burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengar suara dari syurga mengatakan : “Engkaulah Anak-Ku yang Aku kasihi. Engkau menyenangkan hati-Ku”.
Inilah dalil-dalil yang menyatakan wujudnya tiga kesaksian atau Triniti dalam Agama Kristian. Ketiga-tiga keperibadian ini tidak terpisah dan mereka adalah satu. Jika benar Tuhan-Tuhan ini tidak pernah berpisah, mengapa ketika Jesus mati di tiang salib, Tuhan Bapa dan Holy Spirit masih hidup? Ini menunjukkan ‘Tuhan-Tuhan’ ini bercerai dan mempunyai Tiga keperibadian yang berasingan!
Holy Spirit di Dalam Agama Kristian
Orang-orang Kristian percaya bahawa selain dari Allah sebagai Tuhan Bapa dan Jesus sebagai Anak Tuhan, mereka juga meyakini bahawa Holy Spirit adalah oknum ketiga di dalam akidah Triniti mereka. Ketiga-tiga oknum ini adalah Tuhan dan mereka semua adalah satu.
Holy Spirit adalah pengganti Jesus di bumi ini. Dialah yang mengambil alih tugas Jesus yang sekarang ini berada di sebelah kanan Tuhan Bapa di langit. Orang-orang Kristian mendakwa bahawa mereka semua adalah umat ‘kelahiran kembali’ dan mengakui Holy Spirit atau Ruh Kudus telah menguasai mereka. Di dalam (Yohanes 3:3) menyatakan :
Jesus menjawab: “Percayalah, tidak seorang pun dapat menikmati pemerintahan Allah, kecuali dia dilahirkan kembali”.
Bahkan untuk memahami Al Kitab pun, mereka mendakwa harus mempunyai Ruh Kudus terlebih dahulu. Di dalam ( Korintus 2 : 13-14) menyatakan :
Oleh itu, ketika kami menjelaskan hal-hal tentang Allah kepada orang yang mempunyai Ruh kudus, kami tidak berkata-kata menurut kebijaksanaan manusia, tetapi menurut ajaran Ruh kudus. Sesiapa yang tidak mempunyai Ruh kudus, tidak dapat menerima kurnia daripada Ruh Kudus, kerana orang seperti itu tidak dapat memahaminya dan menganggapnya sebagai satu kebodohan sahaja. Kurnia daripada Ruh Kudus hanya dapat dinilai secara rohani.
Inilah dalil yang selalu digunakan oleh orang-orang Kristian ketika menjawab soalan-soalan tentang percanggahan di dalam kitab mereka. Mereka mengatakan : “Kamu harus mempunyai Ruh Kudus terlebih dahulu sebelum memahami kitab kami!”.
Ruh Kudus yang membisu!
Ketika berpeluang mengunjungi salah sebuah gereja di Selangor, kenalan Kristian saya cuba memberi kefahaman pada saya tentang akidah mereka. Antaranya, bagaimanakah Jesus di anggap sebagai Anak Tuhan dan Tuhan oleh Penganut Kristian.
Mereka mengatakan Jesus sebagai Anak Tuhan kerana di dalam Bible sendiri menyatakan demikian.
Saya bertanya kepada mereka : “Adakah semata-mata kerana Bible menggunakan kalimah Anak Tuhan maka Jesus dianggap Anak Tuhan? Sedangkan Jesus juga menggunakan kalimah Anak Manusia di dalam Bible. Bahkan penggunaan kalimah Anak Manusia lebih banyak berbanding dengan kalimah Anak Tuhan”.
‘Anak-anak Tuhan’
Saya meneruskan lagi dengan berkata : “Kalaulah semata-mata penggunaan kalimah Anak Tuhan ini dijadikan dalil dan bukti untuk menerima Jesus sebagai Anak Tuhan, maka ramailah Anak Tuhan di dalam Bible”.
Di dalam Old Testament (Kejadian 6:1-4):
…anak-anak Allah mengahwini anak-anak manusia…
Di dalam Old Testament (Keluaran 4:22):
…Israel adalah anak-ku, anak sulung-Ku…
Di dalam Old Testament (Yeremiah 31:9):
…Efraim adalah anak-ku yang sulung…
Di dalam New Testament (Lukas 3:38):
…menurut pendapat orang…Dia(Jesus) anak Yusuf, anak Eli, anak Matat……anak Enos, anak Set, Anak Adam, Anak Allah.
Di dalam New Testament (Roma 8:14):
Orang yang dipimpin oleh ruh Allah, maka mereka itu, anak-anak Allah.
Saya bertanya lagi : “Berapa ramaikah Anak Allah di dalam Bible?”. Mereka terdiam dan saya dapati salah seorang dari mereka agak tegang dan penuh emosi. Manakala yang lain pula (kemungkinan) berminat untuk mendengar hujah saya yang selanjutnya.
Saya tidak pasti mengapa dia tegang dengan situasi perbincangan dan soalan yang telah saya kemukakan.
Sedangkan jika dia membaca di Dalam New Testament (1 Peter 3 : 15-16) telah menyebut :
“Tetapi dengan tulus hormatilah Kristus sebagai tuhan dalam hidup kamu, Hendaklah kamu sentiasa bersedia memberikan jawapan kepada sesiapa sahaja yang meminta kamu menjelaskan harapan yang kamu miliki. Tetapi lakukanlah hal itu dengan lemah lembut dan hormat. Hendaklah hati nurani kamu murni, supaya apabila kamu difitnah kerana hidup dengan baik sebagai pengikut Kritus, orang yang menfitnah kamu itu akan menjadi malu.”
Tanpa menghiraukan keadaan yang agak tegang tadi, saya meneruskan lagi dengan berkata : “Sebenarnya kalimah Anak Allah di sini ialah kiasan atau pun metafora di dalam bahasa Yahudi”. ( ikuti siri seterusnya dalam keluaran akan datang )
METAFORA DI DALAM TAURAT YAHUDI ( siri ke 7 )
Di dalam Perjanjian Lama serta Perjanjian Baru yang dipercayai sebagai Taurat dan Injil oleh Kristian ( Walaupun Islam menolak pandangan ini ) banyak terdapat metafora-metafora terhadap bahasa dan istilah yang digunakan.Antaranya ialah kalimah Anak Allah. Di dalam Siri yang lalu, kita telah mrembincangkan isu kalimah metafora di dalam Taurat Yahudi dan Bible Kristian, antaranya metafora bagi kalimah Anak Allah. Kali ini kita akan menilai unsur-unsur metafora yang terdapat pada kalimat yang lain antaranya ialah kalimah Tuhan. Ketika berpeluang mengutarakan pandangan saya di dalam pertemuan tertutup antara saya dengan seorang Paderi, saya cuba membuktikan unsur-unsur metafora kalimah tersebut padanya. Dengan memetik kata demi kata dari pidato Allahyarham Syeikh Ahmed Hoosen Deedat (semoga Allah merahmati beliau), saya membawakan contoh dengan mengatakan : “Saudara, cuba kita perhatikan New Testament (Yohanes 10:34-36):
Jesus berkata kepada mereka : “Bukankah tertulis di dalam Taurat kamu : Allah berfirman, ‘kamu Tuhan’? Kita tahu bahawa apa yang tertulis di dalam Alkitab berlaku untuk selama-lamanya. Allah menyebut, orang yang menerima firman-Nya sebagai ‘Ilahi’. Aku ini dipilih dan diutus oleh bapa ke dunia. Adakah kamu mengatakan aku mengkufuri Allah semata-mata aku mengatakan aku ‘anak Allah’? (Sedangkan dalam bahasa kamu, kamu dipanggil sebagai ‘Ilahi’)
“Inilah buktinya ! Bukankah kalimah Anak Allah yang digunakan oleh Jesus berdasarkan ayat ini adalah metafora semata-mata dan di sinilah Jesus cuba memberi faham kepada umat Kristian, bahawa Allah tidak pernah mempunyai anak dan Jesus bukan Anak Allah seperti yang dipercayai oleh jutaan umat Kristian pada hari ini”.
Tuhan-Tuhan
Saya berkata lagi: “kalaulah semata-mata kalimah Anak Allah yang telah disebut oleh Jesus tadi kita menerimanya tanpa memikirkan unsur kiasan atau metafora, bagaimana pula dengan ayat-ayat ini?”.
Di dalam Old Testament (Keluaran 7:1) :
Tuhan berfirman kepada Musa, “Dengarlah, Aku akan menjadikan engkau Tuhan di depan Firaun, dan Harun sebagai Nabimu.
Di Dalam New Testament (Mazmur 82:6) :
“Aku berkata bahawa kamu semua Tuhan, bahawa kamu semua anak Yang Maha Tinggi”
Di dalam New Testament (2 Korintus 4:4) :
…Iblis adalah Tuhan pada zaman ini…
Di dalam New Testament (Yohanes 10:34)
Jesus berkata kepada mereka : “Bukankah telah tertulis di dalam Taurat kamu bahawa Allah telah berfirman: “Kamu adalah Tuhan?”.
Saya bertanya lagi : “Adakah Tuhan yang disebutkan dalam ayat-ayat ini adalah Tuhan yang membawa makna hakiki?”. Mereka semua terdiam.
Tanpa menunggu jawapan dari mereka, saya meneruskan hujah dengan berkata : “Inilah buktinya bahawa kalimah Anak Tuhan dan Tuhan di dalam ayat-ayat yang saya nyatakan tadi merupakan metafora di dalam Bahasa Yahudi. Bila Jesus menyebutkan dia sebagai Anak Tuhan sebagaimana yang difahami oleh orang-orang Kristian. Maha Suci Allah s.w.t dari mempunyai anak atau diperanakkan”.
Seterusnya saya menyambung lagi dengan berkata : “Al Quran telah menerangkan kepada manusia bahawa Allah SWT tidak mempunyai anak atau diperanakkan sebagaimana firman-Nya” :
Katakanlah (Wahai Muhammad) : “Dialah Allah yang Maha Esa. Allah tempat bergantung segala makhluk. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada satu pun yang setara dengan-Nya.
(Surah Al-Ikhlas 112:1-4)
“Sekarang, cuba anda terangkan kepada saya, dari sudut manakah lagi yang ingin anda pertahankan bahawa Jesus itu sebagai Anak Tuhan dan juga Tuhan?”
“Jika anda katakan dia memang Anak Tuhan dan juga Tuhan kerana telah menghidupkan sahabatnya yang telah mati iaitu Lazarus sebagaimana yang telah dikisahkan dalam (Yohanes 11:38-44), Elia dam Elisha juga pernah menghidupkan orang yang telah mati”.
Elia pernah menghidupkan seorang kanak-kanak kecil yang telah mati sebagaimana yang tercatat di dalam (Old Testament, 1 Raja-Raja 17:20-22) :
Kemudian Elia berdoa dengan suara kuat, “Ya tuhan, Allahku, mengapakah engkau melakukan perkara yang sedahsyat ini kepada balu itu? Dia sudah memberikan tumpangan kepadaku, tetapi engkau telah membunuh anaknya!”. Kemudian Elia menelengkupkan badannya di atas anak itu tiga kali sambil berdoa, “Ya TUHAN, Allahku, hidupkanlah semula anak ini!” Tuhan mengabulkan doa Elia. Anak itu mula bernafas lagi, lalu hidup semula.
Bahkan, cara Elisha menghidupkan orang mati lagi mengkagumkan. Ini adalah kerana Elisah telah menghidpkan orang mati setelah Elisha sendiri mati dan telah pun menjadi tulang. Perhatikan (Old Testament, 2 Raja-Raja 13:21):
Pada suatu hari, ketika orang Israel sedang menguburkan orang mati, mereka nampak gerombolan orang Moab. Oleh sebab ketakutan, mereka melemparkan mayat itu ke dalam kubur Elisha, lalu melarikan diri. Sebaik sahaja mayat itu terkena pada tulang-tulang Elisha, mayat itu hidup semula dan berdiri tegak.
“Dan jika anda katakan dia adalah Anak Tuhan dan juga Tuhan kerana tidak mempunyai bapa sebagaimana manusia yang normal, bagaimana pula dengan adam A.S? Adam tidak mempunyai ibu dan juga bapa. Bukankah begitu?”.
Dan sudah tentu anda pernah membaca tentang Melkisedik sebagaimana yang tercatat di dalam New Testament (Ibrani 7:1-3):
“Melkisedik adalah Raja Salem dan Imam Allah Yang Maha Tinggi. Ia pergi berjumpa dengan Ibrahim untuk memberkatinya setelah Ibrahim kembali dari mengalahkan Raja-Raja. Ibrahim memberikan kepada Melkisedik sepersepuluh dari harta yang dirampasnya. Menurut erti nama Melkisedik itu ialah, Raja kebenaran. Oleh sebab dia adalah Raja Salem, maka namanya juga bermakna Raja Kesejahteraan. Ia tidak mempunyai bapa, tidak mempunyai ibu, tidak ada salasilah keturunan, harinya tiada permulaan dan hidupnya tiada kesudahan dan ia dijadikan sama dengan anak Allah, ia tetap menjadi Imam selama-lamanya”.
“Jadi, cuba anda terangkan kepada saya, di atas dasar apakah Jesus itu dianggap Anak Tuhan dan juga Tuhan?
Salah seorang dari mereka menjawab: “Kamu tidak boleh menggunakan akal semata-mata dalam memahami Tuhan. Dan yang paling penting seseorang itu seharusnya mempunyai Holy Spirit terlebih dahulu sebelum menafsirkan ayat-ayat di dalam Alkitab”.
Saya menjawab: “Mengapa tidak boleh menggunakan akal? Bukankah Tuhan yang memberikan kita akal? Bahkan di dalam New Testament (Markus 12:30) mengatakan :
“Cintailah Tuhan Allah mu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan seluruh akalmu dan dengan segala kekuatanmu”.
Dan banyak lagi ayat-ayat di tempat lain yang menyatakan pentingnya akal untuk menyintai Allah.
Ke mana Menghilangnya Holy Spirit?
Saya meneruskan lagi dengan berkata : “Orang-orang Kristian mendakwa bahawa mereka adalah umat yang mempunyai serta dipimpin oleh Holy Spirit. Dan bila kami sebagai Muslim bertanya kepada kamu tentang percanggahan-percanggahan di dalam Alkitab, kamu mengatakan pula bahawa seseorang itu perlu mempunyai Holy Spirit terlebih dahulu untuk memahami Alkitab. Sungguh menghairankan! Apa yang telah Holy Spirit buat pada kamu sehinggakan kamu sebagai umat yang telah merasai Holy Spirit, terdiam membisu setiap kali soalan diutarakan kepada kamu? Ke mana menghilangnya Holy Spirit itu?
Salah seorang dari mereka menyatakan secara ikhlas kepada saya : “Saya tak mampu untuk memberikan jawapan tentang apa yang telah kamu timbulkan tadi, tetapi saya berdoa semoga satu hari nanti, kamu mendapat hidayah dari Holy Spirit dan beriman dengan ketuhanan Jesus!”.
Lihatlah, betapa mereka masih mempertahankan akidah mereka yang rapuh itu walaupun segala bukti dan hujah untuk menolak idea dosa warisan ini datangnya dari kitab suci mereka sendiri!
Mereka meremehkan ajaran Jesus yang mana baginda sendiri telah menafikan idea dosa warisan dan penebusan dosa ini. Dan amat malang lagi, mereka lebih mempercayai apa yang dikatakan oleh Paul, Peter dan lain-lain berbanding apa yang dikatakan oleh Jesus sendiri!
Sedangkan Jesus menyeru mereka supaya mentauhidkan Allah yang Esa bukannya menyembah makhluk selain Allah SWT atau mensyirikkan-Nya dengan sesuatu!
Perhatikan apa yang telah dikatakan oleh Jesus terhadap mereka:
Jesus menjawab :”Inilah perintah yang paling utama, “Dengarlah wahai bangsa Israil Tuhan Allah KITA, Dialah Tuhan Yang ESA’. Kasihilah tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan seluruh akalmu, dan dengan segala kekuatanmu”.
(Markus 12 :29-30)
Dan Nabi Muhammad s.a.w. sendiri telah membenarkan apa yang dikatakan oleh Jesus melalui Firman Allah s.w.t. di dalam Al Quran yang telah diturunkan kepada Baginda :
Katakanlah (Wahai Muhammad) :”Dialah Allah yang Maha ESA, Allah tempat bergantung segala makhluk. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada satu pun yang setara dengan-Nya.”
(Surah Al-Ikhlas 112:1-4)
Inilah kalimah tauhid yang dibawa oleh para Rasul dan Nabi-nabi dan kaumnya termasuk Jesus sendiri.
Bagi mereka yang memerhatikan dalil-dalil ini dengan hati yang ikhlas dalam mencari kebenaran, maka sudah pasti mereka akan memilih Islam sebagai ‘Jalan Keselamatan’ hakiki, namun bagi mereka yang tertutup pintu hatinya dari kebenaran, maka mereka tetap mempertahankan akidah mereka walaupun telah datang cahaya kebenaran melalui utusan-utusan Allah SWT
Di dalam hal ini, Allah SWT telah menggambarkan kepada Muslim tentang sikap sesetengah mereka yang masih ingin mempertahankan akidah mereka yang bercanggah dengan apa yang telah diajar oleh Jesus sendiri serta menyeru umat Islam agar terus berdakwah kepada golongan Ahli Kitab ini. Firman Allah SWT :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada makruf, dan mencegah dari kemungkaran dan beriman pada Allah. Dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman, tentulah (keimanan) itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(Surah Al-Imran 3:110)
Perhatikan, betapa benarnya Al-Quran dalam menyatakan sifat mereka ini terhadap Islam dan kita sebagai Muslim wajib menyampaikan dakwah ini kepada seluruh umat Nabi Muhammad s.a.w agar terus berakidah dengan akidah yang sebenar. Dan yakinlah, Allah SWT akan membantu kita yang membantu agama-Nya.
Firman Allah SWT :
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (Agama) Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu).
(Surah Muhammad 26:7)
Langgan:
Catatan (Atom)